Episode 08: Tolong beri aku satu kesempatan...

6 6 3
                                    

Arabella, tidak akan kubiarkan kau menolak ku begitu saja!

Di pagi hari, aku langsung bersiap-siap untuk ke Kerajaan ayang.

"Kereta kudanya sudah siap, Pangeran." Suara pengawalku terdengar, aku pun menatapnya dan mengangguk.

Aku berjalan ke halaman istana, tempat kereta kuda itu berada dan duduk di dalam.

"Ayo. Segera ke Kerajaan Stellaris." Aku menatap ke jendela dengan wajah serius.

Suara kuda terdengar, kereta pun berlari dengan cepat menuju Kerajaan Stellaris.

Arabella... Kenapa kau menolak ku begitu saja...? Apa yang membuatmu menolak tawaran ku begitu saja...? Tidak bisakah kau memberikanku satu kesempatan...?

Apakah mungkin ini ulah dari Carlina? Itu mungkin saja terjadi. Membuat ayang tidak percaya diri dan mungkin saja merundungnya.

Aku menatap sedih pada gelang yang kubeli bersama Arabella di kota.

Gelang... Kata nenek penjualmu kau bisa mengawetkan sebuah hubungan kan? Kumohon... Cairkan hati Arabella yang dingin saat ini... Aku mempercayaimu..

"Pangeran. Kita sudah sampai di Kerajaan Stellaris!" Teriak dari pengawal membuatku terkejut, aku kemudian keluar dari kereta kuda dan menatap ke Kerajaan.

"Pengawal. Ayo." Aku berjalan ke arah gerbang Kerajaan itu, tapi tiba-tiba pengawal Kerajaan Stellaris menghadang ku menggunakan pedangnya.

"Maaf, Pangeran. Tapi, Nona Arabella tidak ingin bertemu dengan siapapun." Kata salah satu pengawal.

Pengganggu..

"Tapi, masalah denganku dan Arabella harus diselesaikan hari ini. Biarkan aku masuk. Aku bisa saja melumpuhkan kalian di sini secara terang-terangan." Aku menatap mereka tajam.

Para pengawal Kerajaan itu bergidik dan mempersilahkan ku untuk masuk. Aku masuk ke Kerajaan bersama pengawalku.

Aku membuka pintu kerajaan dan melihat bahwa semua orang yang ada di sana terkejut.

"Permisi. Aku ingin berbicara dengan Arabella Stellaris." Aku menatap mereka dengan datar.

"Salam bagi cahaya yang terang, Pangeran Erlan Dallin Harrison... Saya akan memanggilkan Nona Arabella. Sembari menunggu, anda bisa berada di ruang tamu dulu" Salah satu pelayan menghampiri ku dan membungkuk.

Aku hanya mengangguk dan berjalan ke arah ruang tamu, aku duduk di sofa dan menunggu.

"Silahkan di minum, Pangeran.." Suara pelayan terdengar, dia menaruh set teh dan membungkuk.

Aku hanya mengangguk saat pelayan itu berjalan keluar.

"Pasti Arabella akan datang beberapa jam lagi dan memakai gaun yang membuatnya tidak nyaman." Aku terkekeh dan meminum teh itu.

Mungkin Arabella akan datang dengan wajah kesal dan tajam... Dia akan tetap sopan kepada ku tapi, hatinya akan berkata lain...

BRAAKKK....

Aku terkejut dan menatap ke arah pintu, Arabella yang masih memakai pakaian kesatria sedang terengah-engah dan menatapku dengan wajah terkejut.

"S-selamat pagi, Arabella.." Aku mencoba tersenyum.

"Salam bagi cahaya yang terang, Pangeran Erlan Dallin Harrison. Maaf jika saya mengagetkan anda." Arabella menutup pintu dan duduk di sofa depanku.

"K-kenapa anda datang ke Kerajaan Stellaris? Bukankah saya sudah menolak tawaran anda...?" Arabella menunduk, aku melihat tangannya sedikit bergetar.

"Apa kau pikir aku akan menerima begitu saja setelah kau menolakku? Ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba menolakku begitu saja? Aku salah apa padamu?" Aku memberinya pertanyaan bertubi-tubi dan menatapnya serius.

Kenapa aku seperti menanyakan hal seperti aku ditolak karena cinta ya...?

"M-maaf... Tapi, kemampuan pedang saya masih dibilang minim untuk melindungi Pangeran... Makanya saya menolak tawaran itu..." Arabella tetap menunduk.

"Kau jangan merendah untuk meroket ya! Jangan berpikir seperti itu! Apa kau ingat siapa yang melindungiku saat di kepung oleh kelompok perampok?" Tanya ku serius dan geram.

"Saya.."

"Nah! Jadi, jangan merendah diri. Kau harus mencoba untuk merubah masa depanmu. Mungkin saja kau berpikiran bahwa itu hal yang tidak mungkin kau lakukan, tapi cobalah terlebih dahulu. Kau harus berani mencoba dan tetap berusaha!" Kata-kata ku ternyata bagus juga..

Arabella terkejut, dia kemudian menatap mataku dan tersenyum. "Ternyata Pangeran memiliki sifat keras kepala juga..."

"Tentu saja! Ini gara-gara kau yang tiba-tiba menolak ku! Aku akan tetap keras kepala jika kau akan terus menolak ku!" Aku cemberut dan bersedekap dada.

"Baiklah. Saya akan mencoba dan berusaha menjadi kesatria pribadi anda... Mohon bantuannya, Pangeran." Arabella kemudian tersenyum.

AKHHH!

SILAU BANGET SENYUMANNYA AYANG!

"Jadi, sekarang kau tinggal di Kerajaanku! Ayo!" Aku kemudian berdiri dengan semangat.

"Eh?? Besok saja, Pangeran. Anda terlalu bersemangat..." Arabella menatapku terkejut.

"Begitukah...? Baiklah... Tapi, bolehkah aku meminta satu pelukan...? Ya? Ya? Boleh ya?" Aku menatapnya dengan mata berbinar-binar.

"Ahahaha... Tentu."

Aku kemudian memeluknya erat, sesekali mengelus rambutnya lembut.

"Aku benar-benar rindu padamu..." Aku berbisik di telinganya dan menyandarkan kepalaku di bahunya.

"Kenapa anda rindu pada saya?" Suara Arabella terdengar bingung.

"Karena aku menyukaimu..."

Aku benar-benar berkata serius saat mengatakan itu... Aku benar-benar menyu- ah tidak, aku benar-benar mencintainya...

"A-apa maksud Pangeran...?" Terdengar suara Arabella terdengar lirih, aku medongak dan terkejut. Pipinya merona... Tapi, sedikit ada raut sedikit kesal di wajahnya.

Lucunya...

"Maksudnya adalah bahwa aku menyukaimu! Tidak mungkin kau tidak mengetahui arti dari 'menyukai' kan?" Aku tersenyum nakal.

Waktunya bermain~

"T-tapi, kenapa anda mengatakan itu kepada saya...?"

Arabella lucu banget, aku suka deh~

"Karena kau menanyakannya kepadaku kan? 'Kenapa anda rindu pada saya?' Tentu saja karena aku menyukaimu. Makanya aku berkata seperti itu padamu." Aku menjawabnya dengan menyeringai.

"Tetap saja..."

Balas Dendam Seorang KesatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang