THE LAST: Walkers (5)

14 3 0
                                    

         Malam pertama di dalam sel, Samuel tak bisa terlelap. Berbeda dengan Ana yang sudah pulas sedari tadi. Setelah menyantap satu potong roti, meski dengan setengah hati, Ana nyatanya merasa kenyang dan mulai mengantuk. Pun seperti anak-anak lainnya di dalam sel. Sedangkan Samuel, tenggorokannya terasa tersendat setiap kali menelan kunyahan roti, entah karena tekstur yang keras atau tidak ada minuman yang menyertai, maka dengan alasan sudah kenyang, ia tak menghabiskan jatahnya, dan membiarkan Ana memakan roti miliknya.

Lalu kembalilah Samuel pada momen sebelumnya. Duduk bersandar pada dinding tebal yang ternyata masih mampu menghantarkan dinginnya malam, membiarkan salah satu kakinya lurus menjadi bantalan Ana agar tertidur pulas, terus mengelus kepala Ana sehingga adiknya itu merasa nyaman. Tak cukup dengan pulas yang telah ia berikan, Samuel bahkan merelakan Ana menggunakan jaket miliknya. Tak membiarkan Ana merasa kedinginan seperti saat keduanya berada dalam box sebelumnya.

"Apa pun untuk Ana." Kalimat itu hanya diam di pikiran dan hatinya ketika rasa dingin mulai merambat di punggungnya. Samuel dengan instingnya sebagai seorang kakak menarik tubuh Ana untuk semakin dekat, semakin menutupi tubuh adiknya agar Ana tetap hangat.

Tak peduli dengan dirinya sendiri, Samuel memaksa matanya untuk tetap terjaga. Meski rasa kantuk sudah menarik turun kelopak matanya beberapa waktu, nyatanya sunyi di sepanjang lorong penuh sel itu bisa menampar kesadarannya. Temaram dan sunyi bukan perpaduan yang baik di momen seperti ini, jika ada pilihan, Samuel akan memilih berada di jalanan ketika api mulai menghabiskan kotanya.

Samuel menutup mata, lalu membukanya lagi dengan harapan dapat terbangun dari mimpi buruknya saat ini. Tetapi ia tidak bisa. Tangannya yang masih setia mengelus rambut Ana membuat gambaran ingatan tentang kehidupannya muncul, tentu sebelum semua orang menghancurkannya dalam waktu dua malam ini.

Samuel membuang napas panjang. Jika ia hanya pasrah, nasibnya akan ditentukan oleh orang-orang yang membawanya ke tempat ini. Jika ia memberontak, ia tak dapat apa-apa, pasalnya orang-orang yang menangkapnya tidak begitu saja mengikat tangan dan kakinya, mereka memiliki senjata api, mereka lebih kuat dan tentunya lebih berpengalaman daripada Samuel. Samuel hanya remaja sembilan belas tahun, tidak memiliki pengalaman apapun dengan hal-hal seperti itu selain menggunakan senapan berisi air warna-warni.

Samuel tersenyum, menggeleng pelan menertawakan dirinya sendiri. Payah, pikirnya. Lantas ia mendongak, melihat camera yang masih aktif, terlihat dari lampu kecil yang berkedip sedari ia tahu benda itu di sana. Tangan kirinya meraba ke belakang tubuhnya, sesuatu di sana tersentuh. Samuel berusaha biasa saja, menaruh kembali barang itu di tempatnya.

Samuel tak melakukan apapun setelahnya. Begitulah awal malam itu ia lewatkan, berharap nanti tidak ada apapun yang mengancam keselamatannya dan adiknya. Tetapi, harapannya ternyata tak sebaik yang ia bayangkan. Waktu tengah malam, ia tak dapatkan tidur seperti sebelumnya. Rasa-rasanya tak lama ia baru menutup mata, namun serentak gebrakan penjaga-penjaga sel membangunkannya tak karuan.

Tubuh dua bersaudara itu terperenyak bersama. Adegan seorang penjaga mengambil seorang anak dari sel lain menyambut keduanya ketika baru membuka mata. Suasana sunyi sepanjang lorong itu sekonyong-konyong menjadi ricuh. Tangisan penolakan bercampur jeritan remaja-remaja dari dalam sel menggema ke seluruh bangunan. Samuel dan Ana masih tak sepenuhnya sadar. Namun beberapa detik kemudian, tahu-tahu seluruh lorong penuh dengan penjaga-penjaga yang menarik kasar anak-anak dan remaja.

Tak terasa, Samuel dan Ana kini saling berpelukan, saling menggenggam dan melindungi. Selain bingung dan tak tahu harus apa, keduanya juga tertekan rasa takut pada ancaman yang dilakukan penjaga-penjaga itu, Ana terutama. "Tetap di belakangku!" Samuel menutup tubuh Ana dengan tubuhnya ketika tiga penjaga mendekat pada selnya.

THE LAST: WalkersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang