THE LAST: Walkers (9)

21 3 0
                                    

           Jatuh ke jurang, atau mungkin bisa dibilang lubang besar tersebut, nyatanya tak terlalu buruk. Tumbuhan dan semak yang menutupi tempat itu membuat Ana dan Samuel terhindar dari orang-orang yang mencari mereka. Orang-orang itu tak tahu mereka ada di bawah sana, sehingga mereka tak menemukan Ana dan Samuel. Mereka melewati tempat itu begitu saja.

Namun sayangnya, dalam lubang itu, tidak hanya ada mereka berdua. Samuel dan Ana terjebak bersama orang lain. Samuel tak bisa melihat dengan jelas siapa, namun Samuel tahu pasti dia seorang laki-laki, remaja. Tak jauh berbeda darinya.

Sudah hampir dua puluh menit. Mereka bertiga tetap di sana. Samuel mencoba tenang, meski kini jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Selain karena remaja asing yang kini tengah menahan adiknya, minimnya cahaya di sekitar mereka membuat Samuel merasa benar-benar terkurung. Samuel merasa kaku dan tak bisa bergerak dengan leluasa, ditambah dengan rasa sakit pada bagian perut dan pinggangnya. Samuel tidak ingin menambah lukanya, apalagi membuat Ana terluka dengan mencoba melawan remaja tersebut.

Jadi untuk sementara, Samuel memutuskan untuk tak mengambil langkah apapun. Seperti yang ia pikir sebelumnya, orang di depannya saat ini hanya seorang remaja, yang mungkin hampir sama dengannya. Tidak mungkin remaja itu melakukan suatu hal yang membahayakan dirinya dan Ana. Dilihat dari pakaiannya pun, remaja itu tidak jauh berbeda dengan dirinya. Samuel merasa tidak perlu terlalu banyak khawatir, remaja itu bukan salah satu dari penjaga penjara.

Lagi pula, jika remaja di depannya adalah salah satu daripenjaga penjara itu, seharusnya sudah sedari tadi orang itu menangkapnya. Bahkan saat ia memiliki peluang besar untuk membawa Samuel dan Ana kembali. Tetapi, remaja di depannya ini tidak. Dia hanya diam, tetap pada posisinya sejak awal. Hanya saja, yang membedakan adalah, kini ia sepertinya tidak terlalu menekan Ana, ia hanya duduk di belakang Ana, kapak yang dibawanya pun kini sudah tak ada. Kapak itu menggantung di sisi samping tas yang dibawa remaja itu, tas besar dengan isi yang kelihatannya tidak sedikit.

Samuel sempat curiga, ia berpikir jika remaja di depannya kini adalah salah satu remaja yang seperti dirinya, yang tengah melarikan diri dari kejaran para penjaga penjara. Samuel terus mengamati orang tersebut, hingga beberapa menit setelahnya, orang itu tiba-tiba saja bergerak. Samuel terkejut seketika, ia bergerak sebagai bentuk perlindungan diri dan antisipasi bila saja remaja itu tiba-tiba menyakiti Ana.

Namun, yang dilihat Samuel justru kebalikannya. Remaja itu melepas Ana. Membuat Ana langsung saja merangkak mendekati Samuel. Samuel tak diam, ia menyambut Ana, memeluk dan memeriksa tubuh adiknya itu. "Apa kau terluka?" tanyanya.

Ana menggeleng. Pun kemudian Ana melakukan hal sama pada Samuel.

Samuel tak merasa lega begitu saja. Ia tetap waspada dengan pemuda itu, meski kini keberadaannya tak terlalu mengancam. Namun jika mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, Samuel tak bisa begitu saja percaya dengan orang asing ini. Maka karena itu lah, Samuel kembali melihat pemuda tersebut.

Pemuda itu tak berkata apapun, ia hanya merubah posisi duduknya setelah melepaskan Ana. Ia duduk begitu saja, mengabaikan keberadaan Samuel dan Ana. Seolah dua bersaudara itu tidak ada.

Hal itu membuat Samuel merasa marah, namun juga penasaran. Sebenarnya, apa maksud pemuda di depannya ini. Apa maunya. Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepalanya, mendesaknya untuk berbicara.

"Siapa kau?" tanyanya. Namun pertanyaan itu hanya terjawab dengan sebuah tatapan tajam. "Dari mana asalmu? Kau lari dari mereka?" tebaknya.

"Kurasa semua orang di kota tengah melarikan diri dari mereka." Dengan nada tenang, remaja itu menjawab sembari meluruskan kedua kakinya. Dan tentu, kalimat itu berhasil membuat Samuel terdiam beberapa detik. Tetapi hal itu tak membuat Samuel menyerah menggali informasi.

THE LAST: WalkersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang