Mereka melewati puluhan bangunan rusak, toko-toko hangus dan tiang-tiang roboh. Seperti tak cukup dengan itu, ketika bertemu sebuah perempatan besar, pemandangan pertama yang mereka dapat ialah mobil-mobil berserakan di jalanan. Beberapa penyok di beberapa bagian, beberapa di posisi saling bertabrakan, bahkan ada yang terguling, yang paling parah bahkan terbakar hingga menyisakan kerangka saja.
Mereka bertiga mencoba untuk tidak melakukan apapun atau bahkan mendekati mobil-mobil itu, takut-takut jika mereka melihat hal yang tidak diinginkan. Mereka tetap fokus pada perjalanan, melewati puluhan bangkai kendaraan-kendaraan dengan langkah lebar dan waspada. Hingga kemudian mereka berhasil melewati daerah itu.
Ketiganya lalu memutuskan mencari tempat untuk beristirahat, dan menemukan sebuah kedai kosong di pinggir jalan dengan sedikit kerusakan. Letaknya sedikit jauh dari perempatan besar, sehingga ketika mereka masuk ke dalam, mereka tak melihat penampakan mobil-mobil rusak di jalan, meski kaca besar di tempat itu pecah menyisakan sedikit di bagian pinggirnya.
Saddam menggelar petanya di salah satu meja bundar. Mengundang perhatian Sam dan Ana. "Menuju pusat kota Rhipia, kita akan sampai sore nanti jika tanpa istirahat." Saddam melingkari daerah yang ia maksud di peta miliknya. Menunjukkan tempat yang ia maksud pada Sam dan Ana.
"Di mana kita sekarang?" tanya Ana.
"Di sini." Sam dan Saddam menjawab secara bersamaan. Menunjuk pada daerah tempat mereka berada sekarang.
"Kau tidak tahu?" sambung Saddam. Ia menatap Ana, berkata halus berusaha untuk tidak menyinggung perasaan gadis itu.
"Ana tidak terlalu tahu tempat di Rhipia. Meski dia lebih pintar daripada aku, dia introvert akut." Samuel menjawab setelah Ana menggeleng pelan.
Ana kemudian menggeleng, tidak setuju. "Aku tidak separah itu," sanggahnya.
"Yes, whatever you say princess," ucap Samuel, dan kemudian karena kalimatnya itu, ia mendapatkan hadiah berupa tamparan keras di lengannya. Samuel meringis, namun kemudian tersenyum menggoda adiknya. "Okay, sorry, stop." Samuel mencegah Ana yang akan meraihnya. "Aku akan mencari sesuatu di sini. Pemiliknya pasti memiliki air minum, kita perlu mengisi botol," ucapnya selanjutnya, dan tanpa menunggu respon, ia langsung melangkah pergi.
Melihat interaksi itu, Saddam tersenyum. Ia menggeleng, lalu kembali fokus pada peta di depannya.
"Kenapa kau melingkari tempat ini?" Ana menunjukkan pada tempat yang jika tidak salah, tempat itu tidak jauh dari tempatnya kini berada.
"Ini salah satu swalayan terbesar di Rhipia. Jika kehabisan makanan, kita bisa mencari di sini, dan di sini." Tunjuk Saddam pada salah satu tempat lain, dekat dengan pusat kota Rhipia.
Ana mengangguk paham. "Lalu di mana tempat yang katamu kita bisa mendapatkan mobil?"
Tanpa menjawab, Saddam menunjuk pada salah satu titik. "Tempat milik Dario, salah satu teman ayahku. Tempat ini menyimpan mobil-mobil yang disita atau ditahan," jelasnya. Lalu kemudian dari arah belakang, Samuel datang dengan beberapa botol minum di tangannya. "Kita akan menuju ke sana jika Samuel tetap pada rencananya," sambung Saddam, ia melirik Samuel yang melipat tangannya di meja sembari mengunyah biskuit.
Samuel mengangguk. "Kita tetap ke sana untuk mobil. Lagi pula tempat itu tak jauh dari pusat Rhipia." Lalu tak lama setelah itu, ketiganya menyiapkan barang masing-masing. Dan karena Samuel menemukan beberapa air minum dan snack, masing-masing tas mereka sudah terisi makanan dan air minum dengan jumlah yang sama. Setelah itu, tanpa menunggu lama, seusai memastikan bahwa mereka tak meninggalkan apapun, Samuel, Ana dan Saddam keluar dari cafe tersebut.
__________________________
Perjalanan selanjutnya membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama. Setelah keluar dari kawasan hutan Riphia, melewat jalanan menuju kota yang penuh bangkai kendaraan, kini mereka telah hampir sampai di pusat kota Rhipia. Seperti yang mereka duga sebelumnya, kerusakan di sini tidak lebih baik dari sebelumnya. Banyak bangunan yang mengalami kerusakan lebih parah, gedung-gedung tinggi atau bahkan toko-toko di pinggir jalanan Rhipia tidak hanya rusak, namun juga hancur.
Ana seringkali mengernyitkan dahi ketika aroma busuk tercium. Saddam dan Samuel tetap berjalan sembari menahan aroma busuk itu. Mereka tahu dari mana aroma tersebut, namun seperti sebelumnya, mereka tak ingin mencari tahu lebih banyak.
"Apa tidak ada jalan lain?" Ana berbisik. Mereka kini berdiri di sisi lain sebuah toko baju.
"Jalanan utama adalah jalan tercepat menuju kantor militer Rhipia," ucap Saddam.
"Ku kira kita akan menuju pangkalan militer." Ana melirik pada Saddam dan Samuel secara bergantian.
"Ya, tetapi mungkin kita tidak akan menemukan apapun di sana, kecuali peralatan militer. Mereka mungkin membawa ayah dan ibu ke kantor militer," jelas Sam.
Ana mengernyit heran. "Kenapa?"
"Dokter selalu diperlakukan spesial seperti pemerintah. Selain aman, di sana terdapat fasilitas yang lebih memadai. Melihat keadaan seperti ini, para dokter menjadi sangat berharga." Sam akan melanjutkan kalimatnya, namun langkahnya terhenti. Ana dan Saddam turut berhenti, kemudian dari arah lain terdengar suara beberapa mobil dan teriakan beberapa orang, hal itu membuat ketiganya terkejut.
Saddam dengan sigap bergerak. Mencari tempat persembunyian, diikuti Samuel dan Ana di belakangnya. "Di sini." Saddam membuka pintu kaca pada toko baju, ia masuk ke dalamnya. Kemudian menutup kembali saat Samuel dan Ana telah masuk.
Ketiganya bersembunyi di balik sebuah meja kasir. Dari tempat mereka saat ini, mereka dapat melihat di luar sana, terdapat tiga mobil yang berhenti. Satu mobil yang berbeda berhenti di depan dua mobil yang sama. Beberapa orang dengan senjata api turun dari dua mobil yang sama, kemudian dengan gerakan cepat, beberapa orang tersebut berlari menuju belakang mobil. Lalu setelahnya, rentetan tembakan terdengar.
Di mobil yang paling depan, beberapa orang juga turun. Mereka melangkah menuju bangunan-bangunan yang rusak, kemudian kembali ke mobil dengan menyeret beberapa orang yang ternyata bersembunyi dalam bangunan tersebut.
Samuel, Ana dan Saddam tentu melihat hal tersebut. Mereka terkejut, namun ada yang membuat mereka terkejut lebih dari itu. Mereka melihat seseorang dari kejauhan, cukup jauh, namun mereka masih dapat melihat seseorang itu mengangkat tangannya dengan pakaian yang penuh darah dan sobekan di mana-mana. Ketiganya berpikir bahwa orang tersebut mungkin meminta bantuan kepada orang-orang bersenjata tersebut. Namun, alih-alih memberikan pertolongan, orang-orang bersenjata itu justru menembak orang tersebut.
Lebih kejamnya, tembakan itu dilayangkan berkali-kali. Ketiga remaja tersebut dapat melihat dengan jelas bagaimana tubuh itu menerima puluhan peluru. Kemudian, di detik selanjutnya, karena menerima tembakan lebih banyak, salah satu lengan orang tersebut jatuh. Lalu tembakan selanjutnya mengenai kepala, membuat orang tersebut jatuh. Tak bergerak.
Ana menutup matanya dengan erat melihat kejadian tersebut. Keringat menetes dari pelipisnya. Kemudian ia merasa tangannya di tarik oleh Samuel untuk berbalik. Tubuhnya bergetar. Samuel mencoba menenangkan, meskipun suara tembakan di tempat yang sama masih saja terdengar.
Sedang di samping keduanya, Saddam masih dengan posisi yang sama melihat setiap kejadian tersebut.
"Cepat! Kita harus membersihkan tempat yang lain! Awasi setiap sudutnya!" Teriakan seorang wanita, salah satu dari penembak-penembak tersebut. Wanita tersebut masuk dalam salah satu mobil, kemudian mobil tersebut berjalan pergi. Di belakangnya, kedua mobil mengikutinya.
Setelahnya, sepanjang jalan tersebut langsung saja terasa sepi ketika suara mesin mobil-mobil tersebut menghilang. Jalanan yang biasa padat dengan orang-orang kini terasa hampa dengan debu-debu yang berterbangan. Lebih mengeringkan, mobil-mobil tersebut ternyata meninggalkan sesuatu yang begitu kejam. Tubuh-tubuh tak utuh dan penuh darah, berceceran dimana-mana.
___________________________
Silahkan berkomentar, mungkin ada yang mau mengoreksi mengenai tanda baca, penggunaan kata, kalimat yang tidak efektif, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan cerita di atas.
Terima kasih!
26/07/24
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST: Walkers
RandomSetelah pembantaian satu malam, perjalanan-perjalanan berikutnya adalah pengejaran terhadap harapan yang masih abu ditampung kabut. Mereka yang bertahan adalah buronan, sedang yang diam akan berakhir sia-sia. __ Dipublikasikan mulai tanggal 18 Agust...