THE LAST: Walkers (11)

18 3 0
                                    

    Belum terlalu pagi ketika Saddam dan Samuel, secara bersamaan terbangun dari tidur. Embun khas hutan Rhipia membangunkan mereka, udara dingin dan sejuk, aroma tanah serta sisa api unggun malam tadi membuat mereka lebih segar dari sebelumnya. Mereka tak membuang waktu ketika sama-sama mengingat rencana yang keduanya bicarakan malam tadi. Samuel tanpa banyak bicara lekas membersihkan dan menyiapkan segala kebutuhannya. Pun demikian dengan Saddam.

Setelah semuanya selesai. Samuel kemudian membangunkan Ana, ia bercerita sedikit tentang rencana hari ini lalu memberi waktu beberapa menit untuk Ana bersiap.

"Jangan berada jauh dariku, ingat, kita harus saling mengawasi. Jika kau takut, atau merasa ada sesuatu, langsung bicara padaku. Paham?" ucap Samuel ketika ia memotong beberapa senti tali milik Saddam. "Kita akan berjalan lebih jauh dari tadi malam. Aku tidak terlalu ingat arah jalan saat mobil box itu membawa kita, tapi kita akan keluar dari hutan ini." Samuel menyisir rambut Ana dengan jari-jarinya, mengumpulkannya menjadi satu, kemudian mengikatnya dengan potongan tali yang ia dapatkan dari Saddam.

"Lalu kita akan berjalan begitu saja tanpa tahu jalan keluar?" celetuk Ana.

Samuel menggeleng. "No, Saddam kemungkinan tahu bagaimana cara keluar dari sini." Samuel sedikit memiringkan kepalanya ke arah Saddam yang kini tengah meminum air. "Kita akan mengikutinya," sambungnya.

Dahi Ana berkerut dalam. "Kau tahu namanya?" bisik Ana, wajahnya mendekat pada wajah Samuel, tetapi matanya melirik ragu pada Saddam.

Samuel mengernyit, namun mengangguk, ia lalu berbisik menirukan suara Ana. "Ya, aku tahu. Namanya Saddam."

"Kau percaya padanya?" tanya Ana sekali lagi.

"Ya. Sudah ku pastikan malam tadi."

Ana mengangguk paham. Ia melirik pada Saddam yang kini sudah memasukkan botol minumnya, membenarkan letak kapak kecil miliknya dan mulai menggendong tas di pundak. Melihat itu, Ana merasa sedikit ragu, apalagi jika mengingat kejadian semalam. Namun, ragu itu mulai sedikit berkurang, ketika melihat kakaknya menatap yakin pada remaja bertubuh tinggi itu. Ana merasa tak ada yang perlu dipermasalahkan.

Tak lama setelahnya, mereka bertiga kemudian mulai pergi meninggalkan tempat tersebut. Dengan Saddam sebagai penentu arah, Ana di tengah sedang Samuel di belakang. Mereka berjalan dengan jarak yang telah ditentukan sebelumnya, ketiganya tak terlalu banyak bicara selain ketika memastikan keadaan satu sama lain. Samuel telah memberi tau sebelumnya, tidak hanya berlindung di antara semak dan pepohonan besar, mereka juga harus pandai dalam menutup mulut. Menghindari jika orang-orang itu mencari mereka dalam jarak yang dekat.

Mengingat itu, membuat setiap langkah mereka begitu waspada, melebihi malam tadi. Namun meski begitu, perjalanan pagi itu tidak terlalu melelahkan. Dedaunan dan tanah yang basah membuat mereka merasa segar dari sebelumnya. Mereka berhasil melewati puluhan menit pertama. Lalu satu jam, kemudian hampir berjalan tiga jam. Detik waktu berjalan bersama matahari sudah mulai meninggi. Mereka baru satu kali istirahat untuk sekedar minum. Kini, di dekat sungai kecil, adalah kedua kalinya mereka beristirahat. Samuel duduk bersebelahan dengan Ana di bongkahan batu besar, keduanya tengah mengisi perut dengan satu bungkus roti dari tas milik Ana.

Untuk beberapa saat, tidak ada percakapan apapun. Ana tengah sibuk dengan apa yang ia lihat, pohon-pohon raksasa di sekelilingnya, embun yang masih mengambang, suara air, kicauan burung dan serangga-serangga yang tak bisa ia lihat di mana.

Sedang Samuel di sampingnya, tengah membetulkan ikatan tali sepatu dan menata ulang isi tasnya. Sembari melakukan hal tersebut, ia juga mengawasi penyaring air sederhana yang ia buat. Sesekali di sela kegiatannya, ia melirik pada Ana yang diam tak banyak bicara atau bergerak. Sesekali pula, ia memperhatikan kondisi di sekelilingnya, ia merasa aman. Tetapi meski begitu, ia juga merasa harus selalu waspada. Keberadaan mereka bisa saja disadari dengan mudah, banyak dan besarnya pohon-pohon di sekitar mereka tak menjamin bahwa penjaga-penjaga penjara itu tak akan menemukan mereka.

THE LAST: WalkersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang