Saddam Patra
________________Ketika Saddam memutuskan untuk mengikuti orangtuanya berpindah tempat tinggal karena tugas, Rhipia tidak pernah menjadi nama yang terlintas di otaknya sedikit pun. Meski Terium cukup besar namanya di antara pulau-pulau yang lain. Nama Rhipia tak terlalu sering di dengar.
Untuk sebagian orang, Rhipia adalah hutan, sungai dan ketenangan desa berwujud kota minimalis yang rapih. Gedung-gedung di sana tidak terlalu tinggi, bahkan, beberapa gedung fasilitas kota besarnya hampir menyamai swalayan terbesar di kota ini.
Maka, untuk Saddam, Rhipia adalah sebagian tanah kecil yang menampungnya saat ini. Tak heran, berita sekecil apapun dalam Rhipia, orang-orang tak butuh waktu lama untuk mengetahuinya. Dan malam ini, Rhipia tidak setenang malam biasanya. Karena sejak sore tadi, sebuah saluran televisi resmi negara, tengah aktif melakukan siaran langsung yang menampilkan keadaan di jalan utama kota Rhipia. Siaran itu sempat terhenti, namun dilanjutkan kembali setelah dampak dari kecelakaan yang terjadi di lokasi kejadian.
Saddam tidak terlalu khawatir sebelumnya. Ia adalah anak dari salah satu anggota kepolisian yang dipindahtugaskan di Rhipia, tentu ia tahu apa yang terjadi sebelum semua orang tahu. "Kecelakaan biasa, hanya saja korbannya kali ini mungkin mengalami shock atau sedang dalam pengaruh obat-obatan. Salah satu korbannya menyerang rekan kepolisian. Jangan khawatir, temani ibumu di rumah." Begitu kira-kira Ayahnya berkata di telepon sore tadi, sewaktu hampir petang. Setelah itu, sampai malam hari ia tak mendapat kabar apapun lagi.
Saddam kira, mungkin karena kecelakaan itu, Ayahnya masih bertugas di lokasi kejadian. Mengingat kecelakaan itu menimbulkan kemacetan yang di luar dugaan. Ayahnya mungkin tengah sibuk dengan pekerjaannya.
Namun Saddam merasa perkiraannya meleset. Sebab ketika ia dan Ibunya pergi ke salah satu toko swalayan di dekat rumahnya, ia kebingungan saat beberapa orang berlari mengambil beberapa barang dengan tergesa. Seperti barang-barang itu akan habis dalam sekejap, beberapa orang bahkan saling bertabrakan dan terjatuh, namun langkah cepat mereka tak berubah.
Saddam mengernyit heran, orang-orang bertambah banyak, berlarian tak tentu arah. Saddam tentunya merasa aneh, suasana tenang dalam sekejap mata menjadi tegang, ia melangkah lebar mendekati ibunya. Matanya waspada mengamati keadaan di sekitarnya.
Ia akan menarik Ibunya untuk ke meja kasir, ketika seorang wanita tiba-tiba menabrak keras punggungnya, membuat beberapa bungkus makanan instan jatuh berceceran di lantai. "Maaf maaf." Saddam berjongkok membantu, ia terus meminta maaf sembari memasukkan beberapa bungkus makanan ke keranjang wanita itu, namun orang itu justru tak menjawab apapun. Matanya bergerak tak fokus, gerakan tubuhnya tergesa-gesa, tangannya yang berkeringat dingin meraih satu persatu barang-barangnya. Setelah selesai, orang itu justru langsung melangkah pergi tanpa mengatakan apapun, membuat Saddam menyesal membantunya.
"Saddam jangan menghalangi jalan." Suara ibunya terdengar khawatir. Saddam hanya mengangguk, lalu mendekat pada Ibunya, mengikuti ke mana Ibunya melangkah. "Sepertinya ada sesuatu, banyak orang-orang yang terburu-buru," ucap Ibunya.
Saddam tidak terlalu menghiraukan, matanya masih fokus pada keadaan di sekitarnya. Ia melihat area parkir kendaraan dari tempatnya, sekitar empat mobil baru berhenti, kemudian tiga mobil datang di belakang, dan kemudian, semakin banyak. Jalan raya di depan sana terlihat semakin penuh dan ramai. Banyak mobil-mobil pribadi yang berhenti karena kemacetan yang tiba-tiba itu.
Semakin banyak mobil yang berhenti, semakin banyak yang masuk ke dalam, berdesakan. "Ya ... aku tahu. Aku rasa, kita harus keluar dari sini." Saddam meraih tangan Ibunya. Mengajaknya untuk segera pergi. Namun sesaat kemudian, suara alarm tanda darurat berbunyi kencang. Saddam menolehkan kepalanya ke seluruh arah, satu tangannya erat menggenggam keranjang belanjanya, satu lagi menggenggam erat tangan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST: Walkers
AcakSetelah pembantaian satu malam, perjalanan-perjalanan berikutnya adalah pengejaran terhadap harapan yang masih abu ditampung kabut. Mereka yang bertahan adalah buronan, sedang yang diam akan berakhir sia-sia. __ Dipublikasikan mulai tanggal 18 Agust...