𝟏𝟑.| 𝐌𝐚𝐫𝐭𝐚𝐛𝐚𝐤 𝐂𝐨𝐤𝐥𝐚𝐭 𝐊𝐞𝐣𝐮

235 39 5
                                    

"LONT* BANGSAT! ANJ!"

Jian memukul kepala adiknya itu dengan baskom.

pekikan joshua tadi menggema di seluruh penjuru ruang tamu apartemen. Setelah ashlyn berhasil di tendang keluar oleh yoga, tak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Takut jika karena emosi seluruh kebun binatang keluar dari mulut mereka.

Tapi joshua malah mengatakan yang lebih buruk lagi.

Mereka tak ingin adik bungsu mereka ikut tercemar!!.

Haris memukul-mukul bantal sofa untuk melampiaskan kemarahannya. "Bang! Kok lo bisa kepincut sih sama cewek modelan dia?! Lo tuh ganteng bang, tapi pacaran ama nenek lampir"

"Heh tiang!, gw udah bilang berkali-kali klo dia itu bukan pacar gw!!"

"Dia obsesi sama lu kali ga? Secara kan lo udah nolak dia berkali-kali tapi masih tetep kekeh sama lo", ujar jian.

Yoga merinding, "Jijik gw ji, sumpah!".

Aerin kini sedang di tenangkan di pelukan aksa. Pemuda triplek itu sedari tadi tidak berhenti menepuk-nepuk kepala sang adik.
"Jangan di dengerin dek. Lupain apapun yang lo denger tadi. Lo gk pantes dengerin omongan sampah kek gitu..." Bisik aksa.

Aerin hanya tersenyum tipis dan memegang tangan sang abang yang memeluk tubuh nya. "Adek gak apa-apa ko bang... Beneran..."

Dirga memegang kedua tangan aerin lembut. "Princess jangan dengerin cewe tadi ya...."

yoga beringsut duduk berlutut di hadapan aerin yang tengah duduk di sofa. pemuda itu gantian menggenggam tangan aerin dan menatap si bungsu dengan sorot penuh penyesalan. "adek, omongan tadi itu sama sekali gak bener. kakak moho kau jangan dengerin dia ya, abang gak ada hubungan apapun sama dia dek, tolong maafin abang...."

Aerin mendengus kesal. Dirinya tak akan jatuh hanya dengan kata-kata murahan seperti itu, tapi kenapa para abang nya overeacting begini??. Sedari kecil ia tumbuh di sebuah rumah yang hampir hancur, dan itu membuat nya kuat mental maupun fisik.

Bukankah mereka juga mengajarkan nya untuk tak runtuh hanya dengan perkataan orang, tapi kekhawatiran mereka ini membuat dirinya merasa seperti bayi yang perlu dilindungi kapan pun.

Aerin menggenggam tangan yoga dan menatap pemuda itu dengan senyum. "Abang-abangku tersayang~. adek gapapa kok beneran deh. kan abang sendiri yang ngajarin aerin supaya gak jatuh cuman gara-gara omongan orang... ."

yoga mengerjapkan matanya. "beneran dek?"

aerin mengangguk. yoga langsung memeluk gadis itu erat. ia tenggelamkan wajah nya di ceruk leer sang adik. "maafin abang ya dek... maafin abang....". aerin menggeleng, "ini bukan salah abang, lalu kenapa abang minta maaf...."

yang lainnya hanya menatap itu semua sembari tersenyum. setelah beberapa saat yoga terisak, ia pun melepaskan pelukannya dari sang adik. terlihat yoga salting sendiri karena aerin masih menatap nya dengan senyuman saat ia sedang mengusap jejak air mata yang ada di wajah nya. 

"apa lo liat-liat?!" 

"lah, habis nangis kok marah-marah, dasar maung" canda johan yang langsung dihadiahi bantal sofa oleh yoga. johan hanya tertawa membalas lemparan abang nya itu.  kemudian yoga bangkit dari duduk nya dan meraih sebuah bungkusan plastik yang semula di atas meja makan. 

"tadi gw beli martabak manis nih..."

sorakan kebahagiaan pun terdengar menggelegar di seluruh penjuru ruangan kecil itu. mereka dalam sekejap langsung mengerubungi 2 kotak martabak asin dan anis yang ada di meja di tengah ruangan seperti semut.   

𝔸𝔻𝕀ℕ𝔸𝕋𝔸'𝕊 ♡ || 𝑻𝑹𝑬𝑨𝑺𝑼𝑹𝑬 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang