𝟒.| 𝐈𝐦𝐩𝐢𝐚𝐧 𝐘𝐮𝐝𝐡𝐚

410 53 3
                                    

Dirga berjalan menuju balkon membawa 2 buah kue kreasi mahesa. Tidak, dia tidak maruk karena mengambil 2 kue melebihi jatah per orang. Ia menyadari ada sesuatu yang hilang dari kericuhan di ruang makan tersebut. Si ambisius einstein.

Sebenarnya tak sulit menemukan si jenius itu karena tempat ia selalu berada di tempat yang sama setiap ia menghilang. Karena itu dirga langsung saja pergi ke sana untuk menemui nya, karena percayalah, si einstein bodoh ini lebih mementingkan buku-buku cetak ber-rumus itu dari pada isi perut nya.

Dirga menggeser agak kasar pintu balkon, membuat suara dentuman yang agak keras.

Yudha tersentak kaget. Ia hampir menjatuhkan pensil dan buku miliknya saking kaget nya. Tapi ia hanya mendengus kesal dan kembali menatap buku ber-rumus nya dengan mulut yang bergumam menghitung soal.

Dirga menyodorkan kue jatah nya yang langsung yudha jawab dengan gestur dagunya untuk meletakkan kue itu. Dirga duduk di samping abang nya dan memakan kue miliknya.

Hening.

Dirga memandang suasana kota yang disinari cahaya senja. Kesibukkan yang ada di jalanan pun masih belum reda, bahkan semakin ricuh karena sekarang adalah jam-jam pulang kerja dan sekolah.
Dirga melirik abang nya. Ia tak habis pikir, apa menarik nya buku itu hingga yudha tak bergeming sedikit pun dari benda itu.

"Lo belajar apa sih bang ? Serius amat dah ?"

"Fisika kuantum"

"Jangan belajar mulu bang..., Istirahat, Ntar sakit kan berabe"

"Iya...."

Dirga yang semula menatap buku yudha pun mengangkat wajah nya, menatap yudha dengan tatapan kesal. Ia sudah repot-repot menghampiri nya, membawakan jatah kue milik nya dan hanya di jawab sekena nya saja. Bahkan tanpa ucapan terima kasih. Untung kue nya tidak ia makan tadi.

Tangan nya terulur cepat untuk merebut buku yudha. Pemuda itu tersentak kaget karena perlakuan dirga. "Klo orang ngomong itu tatap mata nya. Jangan liat yang laen" sungut dirga.

Yudha terkekeh. "Iyaaa, nih gw tatap nih mata lo. Balikin buku gue"

Walau masih sedikit kesal krena di cuekin tadi dirga tetap mengembalikan bukunya. Yudha menutup buku tebal nya, melahap kue yang dirga berikan dan menatap panorama senja yang sama.

Ia menatap kue di tangan nya tak percaya jika kue di tangan nya ini benar buatan abang nya mahesa. Tapi jawaban dirga membuat pikiran itu sirna. Rasa nya seperti kue mahal bintang lima.

Ketika yudha masih berusaha mempercayai rasa yang ada di mulutnya, dirga memecahkan lamunan nya dengan satu pertanyaan.

"Ngapain sih bang ? Lo belajar nya ngotot ambis banget nyerempet gila gini ? Apa yang lo kejar emang ?"

"Gw mau kerja. Gw mau bantuin bang haikal ama bang jian. Gw mau bales semua yang mereka lakuin buat kita. Gw mau bikin mereka bangga."

"Gw punya mimpi. Suatu saat nanti gw bakal beli rumah yang gede buat kita semua. Kita bakal tinggal bareng disana bareng-bareng dan gk perlu pulang lagi ke rumah itu lagi" ujar yudha.

"Cita-cita lo apa bang ?"

Yudha tersenyum lebar sebelum menjawab pertanyaan dirga. "Gw mau jadi psikolog"

"Gw mau sembuhin adek. Gw gk kuat liat dia gemetar ketakutan kek kemaren malem. Mental mya udah hancur gara-gara orang orang tua kita. Gw mau bikin trauma itu hilang biar adek bisa senyum tanpa beban kek biasanya."

Dirga bertepuk tangan kagum. "Tapi...." Yudha menggantung kan ucapannya.

"kayak nya jadi penyanyi seru juga".

Yudha membayangkan dirinya di atas panggung yang meriah dengan lautan manusia di hadapan nya tengah menyorakkan nama nya untuk memberikan encore agar ia menyanyi sekali lagi untuk mereka. Panggung yang megah, sorot lampu panggung yang mengarah padanya dan teriakan fans yang tergila-gila padanya.

Wahh... Itu seperti mimpi bagi yudha.

Semakin heboh lah tepuk tangan dirga. Abang nya satu ini memang memiliki suara emas yang sangat sayang jika disia-siakan. Sayang nya, abang nya lebih memilih berkutat dengan buku-buku tebal dari pada kerumunan dan mic yang menyala.

Dirga jadi heran sendiri dengan pemikiran abang nya satu ini.

"Klo lo pengin jadi apa dir ?"

Dirga terdiam. Selama ini dia belum memikirkan, jadi apa ia suatu saat nanti. Banyak profesi yang terlintas di benak nya, tapi langsung ia tepis jauh-jauh. Tak seerti yudha dengan suara emasnya, Ia sendiri tidak ada bakat istimewa dalam dirinya.

Lalu harus jadi apa dia nanti ??

"Gw belum tau bang hehe..."

Yudha menyerengit bingung. Ia tatap wajah dirga yang masih cengengesan itu lamat-lamat.

"Bukan nya dulu lo kepengen jadi atlet voli ?"

"Iya bang, tapi susah mana capek lagi latian nya"

"Knp gk coba nyanyi aja, siapa tau nanti kita bisa collab ?"

"Dengan suara yg kek gini ? Kek nya ntar gw jadi back vocal nya doang dah"

"Jadi guru ?"

"Otak gw gk seencer lu bang"

"Kerja kantoran dah..."

"Anjir, gk elit banget kerja kantoran"

"Secara gk langsung lo udah ngatain bang haikal ama bang jian"

"Maap abang-abang ku yg paling ganteng sejagat kebun binatang...."

Yudha memutar otak nya menemukan cita-cita yang cocok untuk dirga. Lalu satu ide di muncul di kepala nya. Bukan kah dirga dulu pernah bilang ingin menjadi seorang dancer handal ?

Haikal pernah hampir mendaftarkan nya untuk ikut kelas dance profesional tapi dirga menolak mengingat harga nya yang sama sekali tak murah. Tapi ia sering memergoki adik nya itu melakukan dance diiringi lagu hip-hop sendirian di kamar nya.

Tapi sebelum ia mengatakan itu, ponsel dirga bergetar. Sebuah pesan masuk yang langsung di baca oleh sang empunya. Dirga seketika langsung berdiri begitu selesai membaca nya.

"Gw cabut dulu y bang, mau kerja kelompok" pamit dirga.

"Kerja kelompok ? Malem-malem gini ?" Yap, senja yang tadi nya bersinar kejinggaan kini telah digantikan oleh sinar rembulan dan lampu jalanan.

Dirga mengangguk cepat. "Ntar izinin gw ke bang haikal ya, gk lama kok, jam 9 gw balik. Okeh ? Bai bai~~"

Yudha membeku beberapa detik. Ia belum mengatakan apapun tapi anak itu sudah melesat pergi aja, dasar gk sopan, pikir yudha.

Tapi ada satu hal lagi yang menganggu pikiran nya. Kening nya menyerengit memikirkan beragam asumsi di otak nya.

"Perasaan gw doang.... Ato tu anak muka nya emang rada pucet ?"







1007 words
Hehe ada yang kangen kah ama book ini ??
Maap klo chapter ini agak pendek.
Tapi semoga kalian suka~~~

Jangan lupa vote dan comment ya guys~
See you next chapter babai~~

𝔸𝔻𝕀ℕ𝔸𝕋𝔸'𝕊 ♡ || 𝑻𝑹𝑬𝑨𝑺𝑼𝑹𝑬 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang