-HAPPY READING:D-
Sudah hampir satu minggu Arraya tinggal dengan tante Denzie. Tapi tidak ada ke anehan satu pun disini. Arraya rasa asumsinya tempo hari yang menganggap kalau tante Denzie membawanya karena memiliki tujuan lain mungkin salah.
"Arraya cepet turun ke bawah! Tante udah siapin sarapan buat kamu!" teriak tante Denzie di lantai bawah.
Arraya segera turun dari sana dengan seragam Smp yang sudah melekat di badannya. Arraya berjalan ke ruang makan dan mendudukan dirinya di samping tante Denzie.
"Arraya. Lo sekolah dimana sih?" Tanya El yang duduk di sebrang Arraya.
"Gue sekolah di SMP taruna bangsa."
"Serius?! Kakak sepupu gue juga dulunya sekolah di sana. Tapi sekarang dia udah lulus sih."
"Udah SMA?" Tanya Arraya yang di balas anggukan oleh El.
"Anak anak. Cepet habisin makanan kalian sebelum terlambat. Jangan banyak ngobrol dulu." Ujar tante Denzie.
Setelah acara sarapan selesai, Arraya dan El segera berangkat ke sekolah mereka masing masing menggunakan mobil yang berbeda.
Arraya memasuki kelasnya dan langsung di sambut oleh teriakan murid murid yang mengerumuninya.
"Aya. Lo gak salah jadi murid terpinter di sekolah minggu ini? Bukan terpinter di kelas loh tapi di sekolah!" Ujar salah satu murid heboh.
What? Wajar lah. Arraya kan memang pintar. Tapi Arraya yang ini mungkin sebaliknya. Jadi para murid mungkin tidak menyangka dengan pencapaian Arraya.
"Gilak sih ay. Gue gak nyangka." Ujar murid lainnya lagi.
"Selamat ya ay. Ternyata lo malah sembunyiin kepinteran lo dengan telor ceplok." Celetuk salah satu murid.
Arraya yang masih berdiri di ambang pintu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hehe makasih semuanya. Sekarang, geser dulu dong gue mau masuk."
Teman kelas Arraya akhirnya membubarkan diri mereka dan kembali ke tempat masing masing. Arraya berjalan ke arah bangkunya dan mendudukan diri disana. Dia tidak mendapati sahabatnya hari ini. "Si Livia kok gak sekolah? Kemana tu orang?" Batin Arraya.
---------------
"Mih! Papih udah berusaha buat cari anaknya Erlie tapi belum ketemu mih!. Mamih jangan khawatir dulu kayak gini." Pria itu tengah menenangkan sang istri yang duduk di sampingnya.
"Pih! Papih inget kan surat wasiat dari Erlie? Jangan sampai anak itu di ambil sama Denzie pih."
"Iya mih papih tahu. Cuman mau bagaimana lagi? Mungkin saat ini papih yakin kalau anak itu ada di tangan Denzie. Tapi papih bakal secepatnya bawa anak itu dari Denzie. Sekarang papih gak tau Denzie tinggal dimana. Dan papih bakal terus cari tahu mih."
----------------
"Arraya! Cepet sini bantuin tante bikin kue nak" Panggil tante Denzie.
Arraya yang sedang mengerjakan tugas sekolah di ruang tamu terpaksa harus menutup bukunya dan menghampiri tante Denzie.
"Apa yang harus Arraya bantu tan?" Tanya Arraya setelah sampai di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY ARRAYA
Teen Fiction"Masa gue harus berjuang dua kali?" _____________ Arraya Zulfa Veranica. Seorang gadis SMA yang mati matian mengejar cinta seorang anak basket. Arraya terus berusaha mendapatkan hati Leonardo dervana Athariz. Pende...