BAB 7 (Aninda Ralgen)

213 11 0
                                    

Happy Reading

~
~
~
~
~

Pukul 8 malam sampai lah mereka bertiga di rumah milik Alisya, lagi - lagi Alaska tertidur dan membuat Ankara turun untuk menggendong anak itu dan menaruhnya diatas sofa setelah berada di dalam rumah milik Alisya. Sedangkan sang pemilik rumah berjalan menuju kamarnya untuk mengganti baju setelah itu ia keluar kembali dengan pakaian yang menurutnya sangat nyaman.

Alisya berjalan menuju dapur dan disana sudah ada Ankara yang menuangkan air putih, ia memberikannya kepada pemilik rumah itu. "Gimana, udah lebih better?" Ankara yang berdiri dengan setengah badannya bersandar di pinggir meja makan melipat kedua tangannya di depan dada.

Alisya menaruh gelas itu dan menganggukkan kepalanya, ia menarik kursi disana dan duduk. Wajahnya bahkan masih terlihat shock dan didalam kepalanya masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Ibu Anita pengurus Panti Asuhan Kasih Ibu yang pagi tadi mereka temui.

"Aku gak tau Kar gimana garus bertindak dan aku harus seperti apa kedepannya" ia menatap Ankara yang masih berdiri di samping meja dengan posisi yang sama.

"Kamu kemarin manggil aku Ra, sekarang Kar, besok pasti An" laki - laki itu mutar kedua bola matanya dengan malas.

"Males banget sama kamu yang di ajak ngomong serius malah jadi gk serius sekarang" Alisya juga melakukan hal yang sama dengan Ankara ia melipat kedua tangannya di depan dada dan memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Ya mau gimana, kita liat aja kedepannya akan terjadi seperti apa, atau kalian berdua pindah ke rumah ku aja?" Ankara memiringkan kepalanya dengan menaikkan satu alisnya.

"Kita gak sah untuk tinggal satu rumah, apa lagi ada anak kecil di dalamnya takut di bilang ada apa - apa" Alisya berdiri dari duduknya ia berjalan menuju kulkas untuk mengambil apel disana. Tetapi pergerakannya berhenti karena apa yang di katakan Ankara membuatnya menghela nafas.

"Kalau gitu ayo nikah".

"Lagi" Alisya mengambil apel dan menutup pintu kulkas, "kamu udah berapa kali ngomong kayak gitu".

"Tapi aku serius Sya" kali ini Ankara berdiri dengan tegak dan memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana, "bahkan aku gak merubah panggilan buat kamu tetep Sya" kata laki - laki itu dengan suara yang kecil tetapi Alisya masih bisa mendengarnya.

"Aku juga serius An" kata Alisya yang berjalan kembali menuju dapur untuk mengambil pisau.

"Bahkan belum 24 jam kamu dah ganti manggil aku dengan An" Ankara menghela nafasnya. "Yaudah aku balik dulu, kalau ada apa - apa kamu hubungi aku ya" Ankara mendekat kearah Alisya kemudian menyodorkan tangan kanannya.

Alisya yang peka dengan itu, ia menjabat tangan Ankara kemudian menempelkan punggun tangan laki - laki itu di dahinya.

"Bahkan kamu terus memperlakukan ini seperti aku suamimu" lagi Ankara berbicara dengan pelan tetapi masih terdengar oleh Alisya.

"Heh, kamu sendiri yang nyodorin tangan kamu" kata Alisya dengan malas.

"Tapi kan kamu bisa cuman jabat aja, gk usah pakek di tempelin ke jidad juga" Ankara bersenyum sarkas seakan mengejek perempuan itu.

Alisya yang menyadari itu sangat malu dan membuat kedua pipinya memerah, "udah sana pulang". ia menaruh apel dan pisau nya kemudian menggandeng lengan Ankara dan menariknya untuk keluar rumah perempuan itu.

"Belum juga ambil apel yang di potong sama calon masa depanku" Ankara semakin menggoda perempuan yang ada didepannya itu ia menaik turunkan kedua alisnya.

Mom Alisya (Single Mom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang