Ruby suka malam. Dimana tubuhnya mampu beristirahat setelah seharian bekerja. Ketenangan yang malam berikan pun mampu membuat suasana hati Ruby ikut tenang. Jika wanita itu tidak bisa tidur, ia akan duduk menatap langit di jendal kamar nya. Menghitung bintang bahkan mengajak bulan berbicara. Sederhana itu ketenangan Ruby.
Akan tetapi. Untuk saat malam ini. Ruby mengubah menset pemikiran nya tentang malam. Wanita itu membencinya. Bulan dan bintang yang menggantung di langit seakan mengolok-olok dirinya.
Lihat lah Bintang, dia adalah wanita malang yang di tinggalkan oleh pria yang ia cintai.
Aku melihat nya Bulan. Betapa menyedihkan nya dia
Katakan saja Ruby sudah gila. Wanita itu seakan bisa mendengar percakapan Bulan dan Bintang yang sedang menertawakan dirinya. Ruby tersenyum kecut begitu melihat banyaknya tamu yang berdatangan di istana Xavier. Semuanya merupakan bangsawan dari berbagai negara.
Melihat bagaimana meriah dan sukacita nya tamu undangan yang berhadir. Ruby merasa tertampar karena merasa hanya dirinya lah satu manusia yang terluka di antara banyaknya manusia yang berbahagia disini.
"Aku tidak percaya pangeran Victor akan bertunangan secepat ini. Padahal aku sudah lama menyukai nya"kata putri bangsawan yang mampu di dengar Ruby
"Apa kau tahu siapa wanita beruntung yang akan menjadi pasangan pangeran Victor? " Tanya putri bangsawan yang merupakan teman nya
"Ku dengar Teresa Edward namanya. Aku pernah bertemu dengan nya sekali. Dia sangat cantik"
Ruby tersenyum kecut. Dia memilih pergi dari sana dibanding harus mendengar perkataan yang mampu menyakiti hatinya. Ruby berjalan menelusuri lorong istana tidak tahu tujuan. Dirinya hanya ingin menyibukkan diri agar bisa melupakan sejenak hati dan pikiran nya yang sedang kalut. Saat sedang berjalan. Ruby berpapasan dengan Grace dan Rosie.
"Ruby, kau mau kemana? " Tanya Grace
Ruby menelan ludah gugup bingung ingin menjawab pertanyaan Grace. Wanita itu memutar otak bagaimana harus berkata. Tidak mungkin kan Ruby menjawab bahwa ia ingin menjauh dari tempat pesta untuk menenangkan hati nya? Jika Ruby berani berkata seperti itu, Grace pasti akan memarahi nya lantaran tidak mengerjakan pekerjaan dengan baik.
"Ah aku ingin mengambil air minum di dapur,putri" Bohong Ruby
Grace terlihat mengangguk pertanda tidak curiga. Putri Agung itu menepuk pundak Ruby.
"Jangan khawatir, meski raga pangeran Victor milik wanita lain. Tetapi hati nya masih untuk mu"
Ruby tersenyum membalas perkataan Grace. Meski berjuta-juta kata semangat terus orang lain lantarkan untuk nya. Hatinya tetap akan sakit.
"Hei"
Panggilan dari seorang pangeran mengejutkan ketiga wanita itu. Grace merontasikan bola mata nya begitu melihat Justin berjalan mendekati mereka.
"Apa yang kalian lakukan disini? " Tanya Justin
"Memangnya kenapa? Ini istana kami, tempat tinggal kami. Kau tidak punya hak untuk bertanya seolah kau pemiliknya disini" Semprot Grace
"Tenang putri. Aku tadi berniat mengelilingi istana ini sebelum acara nya di mulai, tetapi aku tersesat karena istana ini sangat besar dari yang ku duga"
"Maukah di antara kalian mengantarkan ku ke tempat pesta? " Mohon Justin
"Tidak! aku harus pergi karena masih banyak hal penting yang harus ku urus"
Grace berjalan meninggalkan tiga orang yang masih berdiri di sana. Ruby menatap canggung pangeran kedua Edward itu.
"Maaf pangeran, tetapi aku harus pergi dulu" Ruby pergi cepat-cepat meninggalkan Rosie dan Justin berdua
KAMU SEDANG MEMBACA
last Night
FantasyLangit jingga menghampar luas di negara pixabay, warna jingga keemasannya menyoroti sepasang kekasih. Di bukit seinna, keduanya merenung, memikirkan nasib, berbagai cerita dan memandu asmara. Langit senja nya yang indah begitu mendukung suasana r...