Victor dan Ruby baru sampai di kediaman istana Xavier. Setelah mengucapkan terimakasih karena sudah berbaik hati mengajak ke tempat yang indah, Ruby melangkah memasuki kamar tempat pelayan.
Wanita itu terkejut begitu menemukan presensi sang putri agung sedang duduk di tempat tidur nya, terlihat seperti menunggu kedatangan nya.
"Apa kau lupa aku meminta mu untuk menemui ku huh? Aku sudah menunggu mu satu jam"
Ruby menundukkan kepalanya mendengar perkataan putri agung.
"Ma-maaf, maafkan aku putri" Ucap Ruby dengan lirih
Grace berdiri dari duduk nya. wajahnya masih terlihat tenang, tidak terlihat sedikitpun raut marah dan kesal di wajah cantik nya. Meskipun Grace adalah majikannya disini, tetapi ia tetap menghormati Ruby yang notabene nya lebih tua darinya.
"Dari mana saja? " Tanya Grace
"Aku menemani pangeran Victor ke luar istana" Jawab Ruby
Grace menghela nafas. sebelum ia kembali duduk, sang putri meminta Ruby untuk duduk di samping nya.
"Beberapa hari ini ku perhatikan, kalian terlihat dekat. Bahkan aku yang sebagai adik kedua pangeran Victor saja tidak terlihat sedekat itu. Apa kalian memiliki hubungan? "
Mendengar pertanyaan putri agung, membuat Ruby kembali terkejut. Hubungan apa? Ruby dan Victor sama sekali tidak punya hubungan apapun.
"Hubungan kami hanya sebatas pelayan dan majikan, itu saja putri"
Grace mengangguk, ia kembali bertanya. Pertanyaan yang mampu membuat seorang Jelena Ruby terdiam membeku, tidak sanggup berkata-kata.
"Apa kau menyukai kakak ku? "
.
.
.
.
Pagi ini di istana Xavier. Tepat nya di sebuah tempat para prajurit berlatih pedang. Tanpak seorang pangeran muda sedang mengayunkan pedang nya ke arah lawan.
"Wow pangeran, kau semakin lihai" Puji seseorang yang menjadi lawan nya
Pangeran Jack, tersenyum menanggapi pujian tersebut.
"Kali ini aku akan mengalahkan mu"
"Tidak semudah itu pangeran"
Jack kembali melayang kan pedang ke arah lawan dan di tangkis dengan begitu baik oleh si lawan.
"Oh ya? Kalau begitu mari buat kesepakatan. jika aku menang, kau harus memenuhi keinginan ku, jika aku kalah aku akan memenuhi keinginan mu" Tantang Jack
Sang lawan tersenyum "baiklah, aku terima tantangan mu"
Beberapa menit berlalu di habiskan dengan bunyi senjata tajam yang saling berbenturan membuat bunyi nyaring. Masih tidak ada yang mau mengalah, tenaga mereka hampir seimbang.
"Alice! "
Seruan dari seorang wanita membuat Alice, lawan dari Jack kehilangan fokus. Membuat celah bagi Jack untuk menjatuhkan nya. Jack kembali menyerang hingga membuat pedang Alice terlepas dari genggaman nya.
"Aku menang" Jack tersenyum sombong
"Aiissh ini curang" Kesal Alice
"Alice! "
"Ada apa! " Alice menyahut kesal panggilan Rosie. karena wanita berambut pirang itu, Alice jadi kalah dalam taruhan Jack.
"Kaisar meminta mu untuk menemui nya sekarang" Ucap Rosie
"Hallo pangeran Jack, sedang berlatih ya? " Sapa Rosie
Jack mengangguk "terimakasih Rosie, karena mu aku menang dalam pertaruhan ini"
Rosie mengernyit heran, wanita itu menatap Alice yang memasang wajah tidak suka ke arahnya.
"Pertaruhan apa? "Tanya Rosie
"Ini semua karena mu" Kesal Alice dan pergi meninggalkan kedua manusia yang sedang dalam perasaan berbeda
Jack dengan rasa senangnya.
Rosie dengan rasa penasaran nya.
.
.
.
.
"Tolong ambilkan garam"
"Ruby! Kau tidak pernah memasak ya? Sampai tidak bisa membedakan antara garam dan gula?! "
Ruby yang sedang melamun langsung tersadar, ia menatap bingung ke arah Sonya yang mengomel.
"Kenapa? " Tanya Ruby yang berhasil membuat Sonya kembali kesal
"Aiisshh anak ini, sudah lah lupakan"
Sonya menaburkan garam ke dalam sup yang hampir saja berasa manis karena kecerobohan Ruby barusan.
Ruby kembali merenung. Teringat perkataan Grace tadi malam dengan nya.
"Tolong ambilkan jahe"
"Ini"
"Terimaka...astaga Ruby! " Pekikan Sonya kembali menghiasi dapur, kali ini lebih keras.
"Aku meminta jahe, bukan kunyit! " Kesal Sonya
"Benarkah? Ah maafkan aku"
"Kau tidak perlu membantu ku memasak, bisa-bisa kau salah memasukkan bumbu dan malah menaburkan racun di makanan"
Ruby merengut mendengar perkataan Sonya, jika saja sahabat nya itu tidak sedang memasak, sudah Ruby serang dia dengan jurusnya. Walaupun kenyataan ia tidak berani melakukan itu.
Wanita berparas kucing itu menghela nafas dan diikuti oleh Sonya.
"Ada apa? Kulihat kau dari tadi terus melamun. Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran mu? " Tanya Sonya yang masih fokus memasak
"Apa memiliki perasaan terhadap seseorang itu salah? "
Pertanyaan tak terduga dari Ruby, membuat Sonya mengernyit.
"Tergantung kepada siapa kau menaruh perasaan. jika itu kepada orang yang sedarah maka perasaan mu sangat salah"
Ruby menggeleng meski dia tau Sonya tidak melihat nya lantaran sahabat itu masih fokus dengan kegiatan nya.
"Aku menyukai seseorang yang tidak sedarah dengan ku, tetapi aku beranggapan perasaan ku ini tidak seharusnya ada karena aku sadar tentang perbedaan latar belakang kami"
"Apa seseorang yang kau maksud adalah pangeran Victor? " Sonya sengaja memelankan okta suaranya saat menyebut nama pangeran mahkota Xavier
"Semudah itukah? "Tanya Ruby
"Apanya? "Sonya balas bertanya
"Persaan ku terhadap pangeran Victor? Apa terlalu jelas kalau aku terlihat menyukai nya? "
Sonya menaruh sup kedalam wadah perak, setelah selesai wanita itu benar-benar menghadap Ruby dan menatap netra kucing itu lamat-lamat.
"Aku memang bukan seorang peramal yang bisa melihat dan tahu segalanya. Tetapi Ruby, kita sudah dekat sejak bertahun-tahun. Aku sudah tahu hampir semua nya tentang mu. Dan bagaimana caramu menatap pangeran Victor itu jelas membuat ku yakin, bahwa kau menyukai nya"
"Dan tentang perasaan mu. Itu tidak lah salah, sudah jadi hal normal wanita menyukai pria. Terlebih lagi pria itu pangeran Victor, yang memiliki ketampanan, tahta dan harta. Siapa yang bisa menolak pesona nya? "
Ruby terharu mendengar kata-kata Sonya.
"Selanjutnya terserah padamu, ingin mempertahankan perasaan atau memperjuangkan perasaan agar kau mendapat balasan. Itu semua tergantung padamu"
Sonya memandang Ruby dengan berbeda, selalu seperti itu. Sonya bisa menjadi tempat untuk membagi keluh kesah, cerita, derita, bahkan cinta. Wanita itu seperti pakar yang ahli dalam memberikan saran untuk jalan keluar.
Meski beban sudah berkurang. Namun Ruby tetap ragu, karena bagaimana pun juga seorang pelayan tidak, sangat tidak pantas untuk berharap lebih kepada sang majikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
last Night
خيال (فانتازيا)Langit jingga menghampar luas di negara pixabay, warna jingga keemasannya menyoroti sepasang kekasih. Di bukit seinna, keduanya merenung, memikirkan nasib, berbagai cerita dan memandu asmara. Langit senja nya yang indah begitu mendukung suasana r...