9. Kutukan Bangsawan Xavier

22 9 13
                                    

Ruby tidak pernah tahu. Alur kehidupan apa yang Tuhan janji kan untuk dirinya. Scenario apa yang telah di tetapkan untuk jalan hidup nya. Juga lika-liku apa yang akan di hadapinya.

Ruby tidak tahu. Namun satu yang pasti, setiap masalah dan cobaan yang datang, ia pasti bisa melalui nya dan menganggap itu adalah ujian dari Tuhan untuk dirinya.

Membicarakan kisah tentang kehidupan nya, di rasa akan membosankan. Tidak ada yang menarik untuk di cerita kan, hanya menjalankan tugas sebagai pelayan di istana.

Namun, kedatangan pangeran Victor di dalam hidup nya mengubah seluruh alur monoton miliknya. Victor seakan menarik Ruby membawanya dari kehidupan hitam putih, menjadi lebih berwarna.

Berkat Victor, Ruby bisa merasakan bagaimana rasanya mencintai. Sebab dua puluh empat tahun wanita itu hidup, tidak pernah satu pria pun merajai hatinya. Sebelum kedatangan Victor tentu nya.

Rasanya, Ruby ingin sekali menunjukkan cinta seluas dan sedalam samudera ini ke hadapan Victor dan menariknya untuk tenggelam bersama.

"Hei ada apa? Melamun lagi hm? " Ruby tersentak saat suara bariton itu menyapa indra pendengar nya

"Tidak ada" Jawab Ruby

"Apa festival tadi tidak menyenangkan? "

Ruby menggeleng kan kepalanya "tidak, festival tadi sangat menyenangkan. Terimakasih sudah membawa ku"

"Kau sudah mengucapkan terimakasih sebanyak tujuh kali, apa kau tidak bosan? "Tanya Victor

"Aku tidak akan pernah bosan mengucapkan nya, bagiku ini masih belum cukup. Aku bisa saja mengucapkan beribu terimakasih untuk mu, pangeran" Jawab Ruby

Victor terkekeh, wanita di depan nya ini terlihat berani. Apa Ruby sedang menggoda dirinya? Victor mencondongkan badannya hingga menempel di punggung Ruby dan berbisik tepat di telinga sang wanita.

"Coba saja, jika kau berani maka aku akan membungkam mulutmu dengan bibir ku"

Tidak ada sahutan dari Ruby. Wanita itu tidak berani menoleh, ia fokus menatap ke depan. Victor yakin wajah Ruby sekarang pasti merah merona.

Sang pangeran menjatuhkan dagunya di pundak Ruby. Satu tanganya memeluk pinggang ramping Ruby, sedangkan tangan yang lain memegang tali kuda. Victor sengaja memperlambat pacu kuda yang sedang keduanya tunggangi untuk pulang ke istana setelah dari festival Emerland.

"Kau dengar itu, Ruby? " Tanya Victor di sela keheningan malam

"Dengar apa, pangeran? "Ruby mencoba memperjelas indra pendengar nya, bulu kuduk nya seketika meremang. Kira-kira suara apa yang di dengar Victor?

Apa itu hantu? Penyihir yang berkeliaran di malam hari? Atau hewan liar? Opsi terkahir terdengar lebih masuk akal, mengingat mereka sekarang berada di sekitar hutan. Victor sengaja memilih rute ini untuk perjalanan pulang dari danau Emerland menuju istana, tujuan nya agar mempersiapkan waktu.

"Jantung ku. Dia berpacu lebih cepat dari biasanya hingga menimbulkan bunyi bising di telinga ku. Pun juga aliran darah ku mendesir hangat saat bersamamu, seakan aku baru saja menemukan separuh jiwaku. Aku tidak tahu apa artinya ini. Tetapi yang pasti aku nyaman bersama mu"

"Ak-aku tidak mengerti apa maksud mu, pangeran" Ruby berusaha menggigit bibir nya agar tidak berteriak bahagia

"Mau kah kau terus berada di samping ku? Selalu? Aku tidak ingin rasa ini menyiksa ku" Victor semakin erat memeluk tubuh mungil Ruby, di hirupnya aroma bunga mawar yang harum dari tubuh sang wanita.

Jiwa Ruby hampir saja melayang di udara lantaran tidak kuat menampung kebahagiaan berlipat-lipat yang Victor berikan.

Ruby menolehkan wajahnya hingga berhadapan dengan Victor, wajah mereka sangat dekat. Hanya berjarak satu inci, bahkan bibir keduanya hampir saling menempel.

last NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang