4. Bersama Senja

35 13 0
                                    

"Terimakasih"

Ruby mengangguk dan meletakkan kembali peralatan obat. Saat ini keduanya sedang berada di taman belakang istana, tepatnya di bawah pohon yang rindang.

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu disini"

Lirihan halus itu terdengar seperti bisikan di bawa angin sepoi-sepoi yang Ruby rasakan sekarang.

"Aku juga tidak menyangka, terlebih kau ternyata pangeran mahkota yang meninggal kan istana 7 tahun lalu" Kata Ruby

Kemudian kesunyian melahap habis perbincangan hangat keduanya, menyisakan atmosfer canggung yang tersisa.

"Pangeran mau kemana? "

Ruby bertanya melihat Victor berdiri dari duduk nya, pria itu menatap sebentar wanita berparas kucing itu sebelum kembali menatap ke arah depan.

"Ingin keluar istana, sangat disayangkan jika senja yang indah ini dilewatkan begitu saja"

Victor melangkah menjauhi taman belakang istana. Samar-samar pria itu mendengar suara tapak kaki seseorang. Tanpa repot menoleh, ia sudah tahu bahwa pelayan nya ini mengikuti nya di belakang.

Mereka berdua sampai di tempat kandang kuda, Victor mengeluarkan kuda putih kesayangan nya dari kandang.

"Pengeran ingin keluar istana? " Tanya Ruby pelan sambil menunduk tak berani menatap wajah Victor

Victor berdeham semakin membuat Ruby gelisah. Jauh di lubuk hatinya ia ingin mencegat sang pangeran agar tidak pergi. Tetapi Ruby tidak punya alasan untuk itu.

"In-ini sudah malam pangeran, apa tidak berbahaya keluar istana seorang diri? " Meski ragu, wanita itu menyerukan perkataan nya agar sang pangeran tidak jadi pergi

"Apa kau lupa? Aku ini pangeran mahkota yang telah menyelesaikan tugas 7 tahun lamanya, tentu saja keluar sendirian di malam hari adalah hal yang biasa untuk ku"

"Ehh? Pangeran? "

Victor turun dari kuda nya, pria itu mengangkat tubuh Ruby yang ringan hingga melayang di udara. Pria itu membawa Ruby menaiki kuda putih bersama nya.

"Jika kau khwatir, temani lah aku" Bisik Victor di samping cuping Ruby, membuat wanita itu bergidik

.

.

.

.

Suara tapak kaki kuda menemani suasana hening di antara kedua anak manusia.
Meski Ruby diam, tetapi jantung nya berdebar kuat di balik dadanya. Wanita itu harap Victor tidak mendengar suara berisik detak jantung nya.

Victor membawa mereka melewati pedesaan yang lumayan sepi karena hampir malam.

"Pangeran.aku belum meminta izin ke putri agung untuk keluar istana" Cicit Ruby

Wanita itu baru teringat, ia di perintah Grace untuk menemuinya setelah mengobati luka Victor.

"Tidak perlu takut, kau bersama ku sekarang. Itu artinya kau berada di bawah tanggung jawab ku, jika Grace bertanya maka katakan kau menemani ku keluar"

Kalimat Victor serupa obat penenang untuk Ruby, suara bariton nya begitu indah mengalun di telinga Ruby. Hingga tanpa disadari wanita itu, Victor diam-diam melilit perut langsung nya dengan tangan kanan, sedang kan tangan yang satunya ia gunakan untuk memegang tali kuda.

Victor membawa mereka ke sebuah bukit yang lumayan jauh dari kediaman istana. Tepatnya di sebuah bukit yang terletak di Sienna. Mata Ruby memancarkan binar kekaguman, tatkala netra nya melihat begitu indahnya pemandangan langit senja di bukit tersebut.

"Aku tidak tahu ada tempat yang indah untuk menikmati senja" Kata Ruby yang masih kagum menatap langit ke jinggaan

"Sangat bagus bukan? Aku menemukan tempat ini saat masih kecil. Bisa di bilang tempat ini adalah rumah kedua bagi ku setelah istana Xavier" Kata Victor

"Boleh kah aku mengunjungi tempat ini kapan-kapan, pangeran? " Tanya Ruby

Kedua tangan Victor melilit perut Ruby, pria itu menyandarkan punggung sang wanita agar bersandar di dada bidang miliknya. Di perlakukan seperti itu tentu saja Ruby tidak bisa menolak nya.

"Tentu boleh, kau bebas untuk mendatangi tempat ini kapan saja" Bisik Victor

Pria itu menjatuhkan dagunya di bahu Ruby. Ikut menikmati suasana indah yang menghampar luas membentang di langit bukit Seinna.

"Tetapi ada syarat yang harus kau tepati"

Ruby menolehkan kepalanya menghadap Victor, kini netra keduanya saling terkunci satu sama lain.

"Apa syarat nya? " Tanya wanita itu

Victor menyeringai. Membuat wajahnya tampan sekaligus menyeramkan dalam waktu bersamaan.

"Kau tidak boleh membawa pria lain ke tempat ini, kecuali denganku"













last NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang