Chapter 10

216 27 4
                                    

Sudah terhitung 2 bulan Jihoon tidak pernah lagi bersama Jaehyuk. Sejujurnya Jihoon sedih tanpa Jaehyuk tapi egonya lebih tinggi.
Jaehyuk kecewa sama Jihoon yang tidak juga berubah sampai sekarang.

Junkyu menghampiri Jaehyuk yang duduk di taman sekolah. Wajahnya terlihat murung.

"Gue tau perasaan loe. Gimanapun Jihoon tetap sahabat loe kan," Jaehyuk menoleh ketika Junkyu duduk di samping.

"Dia udah gak seperti dulu hyung. Hoonie yang manis, lucu, sekarang dia jadi diem dan ga bisa di tebak,"

Junkyu mengerutkan keningnya. Ada 1 hal yang selalu menjadi isi pikirannya.

"Kenapa loe selalu manggil Jihoon dengan sebutan Hoon or Hoonie?" Jaehyuk menatap lurus ke depan.

"Gak tau tapi gue suka sama panggilan itu sejak hoonie cerita tentang orang yang selalu dia tunggu yang panggil dia dengan nama itu," Junkyu terdiam.

"Jadi Jihoon punya seseorang di hatinya sejak lama ya?" Jaehyuk mengangguk.

"Iya... Dia bilang orang itu selalu ada waktu kecil... Tepatnya waktu Jihoon umur 5 tahun. Hoonie bilang mereka ketemu cuma beberapa minggu. Setelah itu temennya itu pergi dan janji bakal balik. Hoonie selalu nunggu di taman berharap temennya itu datang lagi. Hoonie bilang wajah temennya itu termasuk tampan dan cantik."

Junkyu sedikit terkejut dengan cerita Jaehyuk.

"Siapa namanya?" Tanya Junkyu

"Kalau gue gak salah ingat Hoonie bilang namanya itu Chio. Awalnya gue pikir Mashiho hyung tapi gue lihat Mashi hyung seperti gak kenal sama Hoonie,"

Junkyu mengangguk namun hatinya merasakan sesuatu yang aneh.

"Menurut loe kalau orang itu kembali apa Jihoon akan menerimanya atau justru membencinya?" Jaehyuk menatap Junkyu heran.

"Gue gak tau tapi mungkin Hoonie akan terima, cuma kalau feeling gue benar soal Hoonie yang mulai suka sama hyung, ya .... mungkin akan lebih milih hyung," Junkyu tersenyum samar.

"Junkyu!" Suara teriakan kakak kelas membuat Junkyu menoleh.

"Ada apa?" Tanya Junkyu.

"Adek loe. Dia jerit-jerit di perpus," tanpa pikir panjang Junkyu berlari menuju perpustakaan.

"Bby .. tenang..." Doyoung kini ada di pelukan Hyunsuk. Doyoung terus menjerit dan bergumam lirih. Tubuhnya terus bergetar.

"Doyoung ahh..." Suara Jeongwoo juga terlihat khawatir. Jeongwoo mengusap pundak Doyoung.

"Gakk... Pergii!! Junkyu hyungg," lirih Doyoung terus merancau.

"Ini kenapa bisa doyoung gini sih? Siapa yang mau cerita?" Nada Hyunsuk meninggi membuat semua yang ada di perpus diam.

"Tadi ada siswi yang jatuh dan kakinya berdarah banyak. Doyoung lihat itu," jawab seorang murid dengan berani.

"Jeongwoo.. dimana ruto sama hwanie?" Karena biasanya Doyoung bersama dengan keduanya. Jeongwoo menggeleng.

Brakkkk!!!

Pintu di banting oleh seseorang. Junkyu langsung berlari menghampiri adiknya.

"Dobby.... Lihat sini.. ini hyung," Doyoung mengangkat wajahnya lalu menatap Junkyu yang tengah menangkup kedua pipinya.

Doyoung memeluk Junkyu erat. Ia menangis disana. Junkyu menghela nafasnya dan lebih erat lagi memeluk Doyoung.

"Hyunnngg... Takut..." Lirih Doyoung.

"Gak perlu takut. Hyung di sini. Hyung sama Dobby. Kita keluar ya," Junkyu jongkok di depan Doyoung.

Hyunsuk dengan sigap membantu Doyoung untuk naik ke punggung Junkyu. Doyoung membenamkan kepalanya di pundak Junkyu. Tangisnya masih berlanjut.

What You Waitin' For?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang