Di rumah Papto, Salma hanya berguling ke sana kemari di kamar tamu. Badannya benar-benar sedang nggak fit. Kepalanya sakit dan badan rasanya kedinginan. Padahal ini siang hari. Papto dan istirinya sedang keluar rumah menjemput anaknya sekolah. Tiba-tiba suara bel berbunyi. Salma berjalan gontai dengan kerudung yang nggak simetris. Dia membuka pintu rumah Papto.
"Sal.. Lo beneran sakit? Muka lo merah banget."
"Dim tolongin gue Dim. Gue nggak kuat. Lama banget sih lo." Salma terjatuh lemas. Diman segera merengkuhnya.
"Sal lo pingsan Sal? Gimana nih.. Permisi ya Sal gue angkat lo ke mobil." Diman meletakkan oleh-olehnya yang dia bawa kemudian menggendong Salma membawanya ke mobil. Diman tancap gas menuju ke rumah sakit terdekat.
Setelah sampai di rumah sakit, Salma segera dibawanya ke UGD. Dia membawa Salma sambil berlari cepat.
"Permisi dokter perawat tolong teman saya pingsan." Ujarnya sambil meletakkan di nakas. Beberapa perawat dan satu orang dokter jaga memeriksa Salma.
Setelah diperiksa syukurlah hanya demam biasa. Tensinya rendah dan asam lambungnya naik. Menunggu Salma diperiksa, Diman segera mengurus administrasinya karena Salma harus diinfus. Setelah itu dia duduk di samping Salma dan segera menghubungi Papto karena lupa menutup pintu rumah.
***
Setelah setengah jam akhirnya Salma siuman. Kepalanya masih terasa sakit tapi perlahan dia mencoba duduk, "Dim makasih banyak lo udah bawa gue ke rumah sakit."
"Iya Sal nyantai aja. Gue nggak tau kalau lo sakit. Kirain diprank."
"Waktu lo telpon gue udah pusing banget tadi."
"Iyalah tensi lo rendah. Kok lo nggak telpon Rony aja." Goda Diman. Diman juga salah satu teman curhat Salma.
"Apa sih.."
"Lo istirahat aja sambil ngabisin infusnya."
"Dim tolong telponin Kak Fery dong. Gue ada kerjaan jam 6 malem. Kayaknya gue cancel dulu." Ujar Salma dengan suara pelan. Keliatan banget orang yang kalau sehat tenaganya bagai kuda, sekarang kalau lagi sakit keliatan lemes kayak sosis.
"Sal nih lo makan roti ini dulu. Tadi gue beli di depan. Udah gue telpon tadi waktu lo diperiksa. Gue ke toilet dulu."
Tiba-tiba bukan managernya yang datang, tapi Rony. Dia memakai celana pendek dan sandal jepit. Terlihat sekali dia cepat-cepat sampai lupa ganti baju. Hanya memakai kaos yang dilapisi jaket dan celana pendek.
"Loh Ron lo kok tau gue di sini?" Tanya Salma yang terkejut melihat Rony. Apalagi penampilan Rony. Biasanya Rony selalu stylish.
"Gue disuruh Bang Fery ke sini. Lo nggak papa? Lo sakit apa Sal?" Tanya Rony.
"Hai Ron. Gue yang ngabarin Bang Fery tadi." Ujar Diman menghampiri Rony.
Rony terkejut melihat Diman yang tiba-tiba muncul. Padahal dia di Ambon kenapa bisa nyampek sini. Selain terkejut melihat Diman, ada rasa kecewa dihati Rony.
"Terus lo ketemu Salma dimana?"
ae
"Gue jemput dia tadi di rumah Papto. Gue emang dari bandara telpon-telpon sama dia. Dia minta anter ke dokter. Ternyata gue nyampek tau-tau pingsan nih bocah."Rony terdiam kemudian mengangguk. Salma menghubungi Diman yang jelas-jelas baru dateng dari Ambon. Lah, padahal pagi tadi ketemu gue di tempat parkir dia nggak bilang kalau sakit, batin Rony.
Diman mengangguk, "Gue udah bayar administrasinya. Kalau infusnya udah abis lo boleh pulang Sal. Terus obat lo gue taruh meja. Cepet sembuh ya. Nanti gue telpon." Diman sengaja mengelus kepala Salma. Benar saja, Rony setengah melotot melihat Diman. Sedangkan Salma segera menurunkan tangan Diman.