29

2.6K 124 3
                                    

Salma dan Rony sedang duduk di depan ruang operasi Mama Salma. Rony menggenggam tangan Salma sebagai ganti support secara lisan.

Salma meletakkan kepalanya di pundak kanan Rony, "Mama pasti sembuh kan Ron?"

"Pasti lah. Berdoa aja. Oiya Sal kakak mu tinggalnya dimana?" Bisik Rony pelan.

"Beda komplek aja. Kenapa sayang? Kamu ke ganggu sama dia ya?"

"Nggak cuma tanya. Eh itu udah selesai dokternya." Ucap Rony melihat dokter keluar dari ruang operasi.

"Keluarga ibu Ita ya. Operasinya berjalan baik. Kalian bisa ketemu Mama setelah dipindahkan."

"Terima kasih dokter."

"Dek kamu sama Rony pulang aja. Besok kalian pulang pagi kan?" Ucap Papa Salma.

"Lah Pa gimana sih kan mau ketemu Mama." Bantah Salma.

"Dengerin Papa. Lagian ini udah jam 9. Rony belum makan kasian. Tadi cuma kamu buatin mie."

"Hmm Papa nih. Salamin ke Mama. Besok sebelum balik Jakarta aku ke sini dulu. Ayo Ron cari makan." Salma memegang tangan Rony.

"Permisi dulu ya Om."

"Kalau niatnya pacaran ngapain jauh-jauh dateng." Ucap Kelvin. Perkataannya membuat Salma dan Rony menoleh ke arah Kelvin.

"Kelvin jaga omongan kamu." Ujar Papanya.

"Gue salah apa sih Kak. Gue nggak pernah ikut campur urusan lo."

Kelvin membuang muka sambil mengumpat, "Fak. Batu banget sih lo!!! Gue udah bilang lo bakal sakit hati akhirnya. Buat apa bego."

"Sorry  kalau gue potong. Gue pacaran sama Salma bukan niat nyakitin dia. Gue serius sama Salma. Gue niat nikah sama dia." Rony menggenggam tangan Salma. Saat ini Salma merasa di terbangkan ke langit. Rony mengatakan kata-kata yang membuatnya bahagia. Tapi apa iya semua itu bisa terwujud.

"Udah udah ini rumah sakit. Kalian cari makan dulu. Kelvin kamu juga pulang. Istri kamu sendirian di rumah."

"Pa, papa percaya anak papa pacaran sama cowok Jakarta? Yang isinya bullshit."

"Kelvin! Kamu denger ucapan papa nggak."

Salma menarik tangan Rony menuju tempat parkir. Entah air matanya tiba-tiba jatuh. Dia menangis sesegukan saat duduk di kursi kemudi mobil. Rony duduk di sampingnya segera memeluknya erat.

"Maafin kakak ku Ron. Hiks.."

"Iya sayang its okay. Itu wajar. Dia pasti khawatir. Semua yang aku ucapin itu dari lubuk hatiku. Aku janji nggak akan ninggalin kamu. Kecuali aku mati."

Salma melepas pelukannya, "Ayolah Ron. Bisa-bisanya ngomong gitu. Gue juga takut kehilangan lo Ron."

Rony mencium kening Salma, "Nggak akan. Perasaan gue ke lo dalem."

"Yakin?"

"Iya lah sayang. Buat apa kita main-main. Penghasilan udah ada, rumah untuk hidup berdua, orang tua udah lancar rejekinya. Karir kita juga alhamdulillah kan stabil. Beberapa keinginan kita udah terwujud. Mungkin kita udah harus pikirin rencana nikah tahun depan??"

"Dihh kita baru pacaran 1 tahun udah mikir nikah. Mau nikah dimana. Pernikahan beda agama udah nggak boleh."

"Ya udah dipikirin nanti aja. Sekarang gue mau cium lo."

Rony memajukan kepalanya mencium bibir Salma. Hanya sekejab tapi Salma seketika membeku. Nafasnya sampai tertahan. Main cium aja. Hidung juga meler abis nangis.

PLAYING WITH FIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang