"Kak Salma aku minta maaf soal tadi siang." Ucap Nabila. Mereka duduk di kursi depan kamar Rony. Sedangkan Paul berdiri menyandar di dinding.
"Maaf Nab. Aku sama Paul nggak ada niat apa-apa. Ceritanya panjang Nab. Aku bisa ceritain semua. Kamu mau nggak tidur di apartemen. Aku butuh temen."
Nabila menggenggam tangan Salma, "Pasti Kak. Nanti aku telpon Abi. Powl bisa ngobrol di tempat lain?"
Paul mengangguk, "Sal tunggu sini bentar."
"Kalian ngobrol aja. Gue kan bawa mobil. Gue bisa pulang sendiri."
Paul mengangguk. Setelah itu dia dan Nabila segera berjalan menuju taman rumah sakit.
"Paul, aku minta maaf udah salah paham. Aku nggak tau kalau Kak Rony kecelakaan."
"Iya Nab aku ngerti. Posisi kamu juga lagi nggak stabil. Aku maklumi."
Nabila terdiam sejenak. Dia meraih tangan kanan Paul, "Paul, aku nggak mau putus sama kamu. Aku udah tetapin perasaanku buat kamu. Aku udah kasih jawaban ke Kak Nuca kalau aku milih kamu."
"Boleh peluk dulu?"
Saat Nabila mengangguk Paul segera memeluknya erat. Hanya beberapa detik. Kemudian dia melepasnya.
"Aku mungkin belum bisa bimbing kamu soal agama. Tapi aku semakin yakin untuk menjadi muslim. Dan aku akan selalu mengingatkan kamu soal agama."
"Iya makasih banyak Paul."
"Nuca gimana?"
"Apanya yang gimana? Ya, aku udah jelasin. Dia nerima kok. Tadi waktu dia anterin aku, aku udah kasih jawaban. Kenapa kamu khawatir?"
"Ya nggak takutnya dia sakit hati."
"Nggak sayang. Dia orang yang baik."
***
Salma membuka pintu kamar Rony. Dia perlahan berjalan masuk. Sejenak dia menundukkan wajahnya agar sejajar dengan wajah Rony. Dia memandangi wajah kekasihnya.
"Ron, aku Salma Salsabil, pacar kamu. Kamu yang suka sama aku dulu. Pas kita duet di idol dulu, kamu selalu ada buat aku. Kamu yang membangkitkan semangat aku, kamu bawa hal-hal baik dateng ke aku. Tapi kita baru bisa pacaran setelah 1 tahun pisah. Karena aku kamu jadi kecelakaan. Aku makasih sekaligus minta maaf karena gara-gara aku kamu kecelakaan. Aku pengen kita kayak dulu. Tolong cepet sembuh." Salma mengusap air matanya yang terus menerus mengalir.
Saat Salma hendak keluar kamar, tiba-tiba tangannya digengam tangan hangat yang selalu dia rindukan.
"Ron.. Sorry jadi bangunin lo."
"Apa maksud lo ? Kecelakaan karena lo?"
Salma terdiam.
"Jawab gue"
"Iya. Karena kamu nolongin aku waktu kita balik dari Surabaya. Pas di bandara ada mobil yang hampir nabrak aku tapi kamu malah nolongin aku. Kamu dorong aku dan kamu yang jadi ketabrak."
"Lo boleh pulang. Gua mau istirahat." Ucap Rony sambil melepas tangan Salma.
"Ron ini gelang lo waktu lo kecelakaan." Salma memperlihatkan gelang di telapak tangannya.
"Taruh aja. Lo nggak liat gue diinfus." Jawabnya tanpa melihat Salma.
Tan)pa berfikir panjang, Salma menarik pelan tangan kanan Rony, "Ini gelang rosario punya lo. Gue pasangin sebagai pacar lo."
Rony menatap wajah Salma yang memasang gelang di tangannya. Entah jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Kepalanya mendadak sakit lagi. Dia memencet bel untuk memanggil perawat.