Alarm hp Nabila berbunyi cukup nyaring. Nabila membuka matanya pelan dan meraih hpnya, mematikan bunyi yang sangat menggangu pendengaran. Dia adalah termasuk orang yang susah untuk bangun. Karena setelah sholat subuh kadang dia suka ketiduran lagi. Tapi hari ini dia janji pergi jogging bersama Salma di taman dekat apartemen.
Setelah mandi, Nabila mengganti piyamanya dengan kaos dan celana panjang kargo andalannya. Kemudian dia menambahkan kerudung hitam, jaket bewarna cokelat dan tidak lupa masker untuk menutupi wajahnya dari orang-orang yang juga pergi jogging. Nabila menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar Salma kemudian dia mengetuk pintu kamar. Karena nggak ada jawaban, akhirnya dia membuka pintu kamar itu.
“Kak Sal. Ayo jogging. Kok masih tidur sih..” Nabila menggoyang-goyang pelan tubuh Salma. Tapi yang Salma lakukan adalah menutupi tubuhnya dengan selimut.
“Nab plis aku nggak jadi ikut. Mataku nggak bisa dibuka ini. Ngantuk parah. Sorry Nab..”
"Hmm semalem udah ragu sih Kak Salma bakalan bangun pagi. Selamat tidur Mamih. Aku berangkat dulu." Nabila tersenyum sambil melihat jam tangan i watch yang dipakainya. Jam menunjukkan pukul enam pagi. Dia segera beranjak dan pergi keluar apartement. Nabila berlari pelan sambil memasang earphone dan memutar lagu dari hpnya. Setelah lima kali putaran, Nabila berhenti dan duduk di kursi taman.
Nabila melepas masker dan earphone yang dikenakannya. Nafasnya terengah-engah, “Ahh aku lupa membawa air lagi. Haus banget.” Nabila mengamati sekeliling mencari seseorang yang menjual minuman. Tiba-tiba seorang laki-laki yang duduk di kursi sampingnya, menyodorkan sebotol air mineral. Nabila terkejut sambil melihat botol itu. Kemudian dia melihat laki-laki yang mau memberinya air mineral. Matanya membelak melihat Paul tersenyum sambil menarik maskernya turun.
“Powl.. kamu jogging juga?” Nabila cukup terkejut karena Powl bilang ada kerjaan pagi ini.
Paul membuka tutup botol dan menyerahkan sebotol air yang dipegangnya, “Minum Nab. Aku udah minum. Katanya haus malah nggak diterima. Masih segel itu tadi."
Nabila mengangguk dan segera meneguknya sampai tersisa setengah botol, “Thanks Powl.” Nabila menyerahkan kembali sebotol air yang diminumnya, "Kamu minum juga Powl." Paul mengangguk dan meminum setengah air yang diberi Nabila. "Sendiri Powl?"
"Iya Nab. Kamu nggak ngajakin aku."
"Sorry Powl. Niatnya jogging sama Kak Salma ehh malah masih tidur nyenyak. Lah kamu bilang pagi ini ada kerjaan." Tanya Nabila.
"Mundur jam 11. Sama sih ngajakin Rony juga tidurnya kayak orang mati. Nab mau naek sepeda? Itu nyewa di sana bisa keliling taman." Ajak Paul sambil menunjuk tempat penyewaan sepeda.
"Serius? Yang sepedanya nyambung itu ya?"
"Iya. Ayok." Paul menggandeng tangan Nabila tiba-tiba. Ya ini bukan pertama kalinya, tapi ini di tempat umum. Desiran darah selalu terasa ketika Paul menggenggam tangannya.
"Powl serius kamu pegang tangan aku di sini?"
"Emang kenapa? Semua juga tau kan aku untuk kamu, kamu untuk aku."
Nabila menahan senyumnya sampai wajahnya merah, "Malah nyanyi." Sambil memukul pelan pundak Paul. Nabila nemang selalu Phisycal Touching kalau ke Paul.
Nabila sedikit ragu untuk bersepeda. Karena ini pertama kalinya dia bersepeda sejak dulu jaman SMP. Karena dia pernah terjatuh masuk ke selokan. Mereka mengendarai sepeda sewaan memutari taman apartemen yang tidak terlalu luas. Nabila berusaha menyeimbangi ayunan kaki yang lebih panjang dari kakinya. Momen seperti ini bisa membuatnya sangat bahagia. Bahkan situasinya sangat mendukung. Tidak banyak orang yang berada di taman apartemen. Jadi mereka sangat menikmati waktu berdua saat itu.