Bab 26 : Gudang

1.4K 131 1
                                    

"Gue mau ngomong!!" ucap Vania langsung menarik tangan Mala.

"Santai dong gue balikin dulu novelnya!" sahut Mala menolak tarikan Vania yang kasar menyisakan tanda kemerahan dipergelangan tangan Mala.

"Cepetan woy!" Vania tampak tidak sabaran.

"Ini novelnya gue balikin, kapan-kapan pasti gue pinjam lagi" Mala mengembalikan novel ditangannya dan bergegas kembali melangkah ke arah Vania.

"Kenapa ga jadi?" tanya Dina.

"Ini si Vania mau ngomong katanya. Makasih ya, bye" ucap Mala menjelaskan seraya keluar dari ruangan perpustakaan.

Vania berjalan menuju lorong sempit di belakang perpustakaan yang begitu gelap dan nyaris tidak ada siswa yang pernah ke tempat itu.

"Lo ga salah ngajak gue kesini?!" tanya Mala curiga.

"Bawel!!" bentak Vania agar Mala tidak protes.

"Lo mau ngomong apa sih pake ngajak gue kesini segala?!" selidik Mala merasa ada yang tidak beres dari gerak gerik Vania.

"Bacot lo ya! Tinggal ikut aja apa susahnya sih!!" geram Vania.

"Gue ga mau ya kalo dikerjain!" Mala menghentikan langkahnya.

Vania mendorong Mala agar tetap mengikutinya. Jangan sampai apa yang akan ia lakukan kepada Mala ketahuan oleh guru BK.

Mala tak habis pikir kenapa Vania mengajaknya ke tempat seperti ini sehingga menimbulkan prasangka buruk dibenaknya.

"Guyss gue bawa si pelakor nih!" lapor Vania menyapa kedua temannya yang sudah lebih dahulu berada di dalam sebuah ruangan yang ternyata gudang sekolah. Salah satunya yaitu Yola berada di sana sambil membanggakan diri telah berhasil menjebak dan menyeret Mala dalam perangkapnya.

"Mau ngomong apa nih?!" tanya Mala menatap curiga ketiganya.

"Guys ayo pegangin tangannya" Yola memberi perintah kepada Vania dan Diandra untuk memegangi kedua tangan Mala.

"Lo pada mau ngapain? Lepasin!!" ucap Mala berusaha memberontak. Karena kuatnya tenaga yang dimiliki Vania dan Diandra, percumah Mala terus berusaha memberontak yang ada ia merasa kesakitan sendiri.

Plakk...

"Dasar cewek murahan!!" Yola memaki Mala setelah menamparnya dengan kencang sambil merekam dengan handphonenya.

Tamparan Yola membuat Mala terkejut dan merasa panas di bagian pipi sebelah kanan hingga pipinya berwarna kemerahan.

"Lo ada masalah apa sih sama gue!!" teriak Mala tidak terima atas sikap semena-mena Yola kepadanya barusan.

"Songong nih anak! Berani-beraninya bentak gue!!" Yola semakin tersulut emosi karena Mala yang melawan ucapannya.

Ia menyiramkan air bekas pel lalu menarik rambut Mala dengan kasar dan brutal. Mala meringis merasakan kesakitan.

"Cewek murahan banget ya lo sampai-sampai pepet cowok orang!!" pekik Yola membentak Mala.

"Ohh jadi lo di suruh sama Manda?!" sahut Mala yang curiga karena mengetahui Yola sepupu Manda.

"Lo ga perlu tau!!" Yola menarik seragam Mala dan mendorongnya hingga Mala terbanting di lantai.

"Buruan woy kunci pintunya!" suruh Yola keluar dari dalam gudang disusul Vania dan Diandra.

"Gue mohon jangan kunci gue disini!" Mala berlari ke arah pintu dan mengedor-gedor pintunya yang telah dikunci dari luar.

"Rasain lo!!" ucap Yola puas meninggalkan gudang dengan tawa riang ketiganya.

"Tolong! Bukain!!" teriak Mala berusaha meminta bantuan.

Mala teringat akan handphonenya. Saat mengambilnya dari saku dan akan menelepon Dewi, belum sempat ia menekan tombol tiba-tiba handphonenya mati karena kehabisan daya. "Gue mohon jangan mati sekarang" ucap Mala panik.

Karena tempatnya yang berada di belakang perpustakaan suasananya menjadi sunyi dan mencekam hanya menyisakan Mala dan beberapa barang bekas di dalam gudang.

"Tolong bukain gue takut disini!" Mala terus berteriak dengan air matanya yang keluar.

Meskipun Mala sudah besar tapi ketakutannya akan kegelapan masih melekat di dirinya. Sewaktu kecil ia pernah mengalami kejadian traumatis di tempat yang gelap, sehingga ia merasakan rasa takut yang hebat ketika harus kembali berada di tempat gelap.

"Kemana si Mala kok ga balik-balik?" gumam Dewi khawatir karena 10 menit sudah sejak pelajaran dimulai, tapi Mala tak kunjung kembali.

Dewi mengeluarkan ponselnya perlahan agar tidak diketahui guru yang sedang menjelaskan pelajaran di papan tulis. Ia mengirim pesan kepada Mala tapi tidak ada balasan yang membuatnya semakin khawatir. Dewi melanjutkan mengirim pesan kepada Vano, tak butuh waktu lama Vano membalas pesan darinya. Tapi balasan Vano membuat Dewi kecewa lantaran ia tidak tau kemana Mala pergi.

Ia juga menanyakannya di grup kelas, tapi tidak ada satupun yang tau keberadaan Mala.

"Mungkin dia pulang karena capek" salah satu respon di grup yang menurut Dewi masuk akal, karena banyaknya ocehan-ocehan yang seharian Mala dengar.

"Tapi kenapa tasnya ga dibawa?" batin Dewi melihat tas Mala yang masih tergeletak di bangku tempat duduknya.

"Ah sudahlah mungkin Mala malas mengambilnya bila harus mendengar kembali omongan-omongan yang tidak sedap" gumam Dewi kembali berpikir Mala sengaja meninggalkan tasnya.

Hari semakin gelap hanya menyisakan Mala seorang diri duduk lemas dipojok ruangan kerena kehabisan energi. Ia memeluk kedua kakinya merasakan dinginnya angin malam, membuat tubuhnya menggigil dengan balutan seragam hampir kering.

Ting...Tong...

Mendengar suara bel pintu, Raka yang sudah berada di rumah keluar dari ruang kerjanya untuk membuka pintu.

"Permisi kak, mau nganterin tas Mala" ucap Dewi menyodorkan tas Mala yang dibawanya.

"Terus Mala nya kemana?" tanya Raka bingung sambil menerima tas.

"Bukannya Mala udah pulang ya kak?" tanya Dewi sama bingungnya.

"Belum. Dari tadi Mala sama sekali belum pulang" Raka bergidik cemas.

"Terus Mala kemana?"

Raka yang panik mengambil jaket dan kunci motornya keluar untuk mencari Mala bersama Dewi.

Tubuhnya yang semakin menggigil membuat Mala tidak kuat lagi menahan dingin ditambah ketakutannya akan gelap, membuat ia jatuh pingsan.

Bersambung...

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang