⃘♡
⃘♡
⃘♡
⃘♡
Have a nice day
Gadis itu baru saja selesai membaca novel yang di beli selepas pulang dari rumah sahabat nya. Ia beranjak lalu berjalan ke arah kamar mandi guna mencuci muka. Jam baru menunjukkan pukul 8 namun dirinya sudah sangat mengantuk, mungkin dengan membasuh muka bisa membuat ia segar kembali.
Langkah kaki seseorang membawa nya turun dari lantai atas ke lantai bawah. Dia membelokkan badan ke arah dapur kala di rasa cacing di perut sudah berdemo meminta di beri makanan.
Saat tengah asik memakan snack dan susu kotak, entah kenapa suasananya berubah menjadi dingin serta membuat bulu kuduk merinding.
Dia menoleh ke belakang, dan terkejut saat melihat wajah abangnya yang tengah memakai masker putih serta baju dan celananya juga putih. Sudah seperti kuntilanak saja.
"Lo ngapain pake masker malem malem ajig? Mau bikin jantung gue copot di dalem?" Tanya gadis itu dengan melempar bungkus snack.
"Kan emang ini masker malem pea. Lo juga ngapain disini? Udah kaya tuyul lagi nyolong aja."
"Makan lah. Lo gak liat ini gue lagi ngapain?"
"Ya gue tau lo lagi makan, di kira mata gue minus apa. Tapi ngapain jam segini? Bisa kan besok atau bawa nih makanan ke dalem?"
"Alah mending diem deh. Cuci muka sono, masker nya udah kering bego, lo ngomong jadi retak kemana mana itu, ya Allah."
"Ck, iya iya."
Dengan hati dongkol Gibran melangkah masuk kedalam kamar mandi guna mencuci mukanya. Memang benar apa yang di katakan Ara, masker yang ia aplikasi kan ke wajah sudah retak kemana mana. Ya bagaimana tidak retak, itu anak ngomong mangap nya ke gedean.
"Dek."
Ara menoleh saat ada yang memanggil dirinya. Dia tersenyum ke arah Mahesa yang kini tengah duduk seraya mendekap beberapa buku. Pasti abangnya itu baru selesai mengerjakan tugas kampus.
"Ya? Kenapa bang?"
"Ngapain disini?"
"Makan lah, abang engga liat ini?"
"Ohh iya iya, lanjutkan. Abang mau ngerjain separuh tugas yang belum selesai disini boleh? Kamu temenin ya?"
Ara tersenyum lembut mendengar itu. "Iya Abang ku, kerjain aja, Ara disini." Mahesa mengacak rambut adiknya dengan gemas. Lalu dia mulai fokus ke arah buku buku tebal tersebut.
"Anjay...liat wajah gue, Ra." Gibran datang dengan handuk yang terselampir di pundak, ia mencondongkan wajahnya di hadapan Ara dengan bangga. "Udah ganteng mirip tehyung belum?"
Ara dengan gemas mencubit kedua pipi Gibran, menggoyang goyangkan ke kanan dan kiri. "Hmm....lo ganteng banget mirip bapak bapak penjual bakso." Setelah puas mengunyel-ngunyel pipi Gibran, Ara menghempaskan nya dengan tidak ada rasa bersalah. Lalu gadis itu kembali santai memakan cemilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Manja Is Mine
Teen FictionMencintai bukan harus memiliki bukan? Sama seperti Ara, dia tidak bisa bersama dengan seseorang yang ia cintai. Dia harus bisa merelakan tambatan hatinya itu bahagia dengan orang lain, bukan dengan dirinya. Cinta mereka terhalang sesuatu yang sanga...