16. 𝒢𝒶𝓂ℯ

638 126 8
                                    

Dia ingin tertawa terbahak-bahak di saat pesta itu, bagaimana bisa adiknya yang perempuan menyamar menjadi seorang laki-laki kini mengulurkan tangan, tanda bahwa dia mengajaknya berdansa.

Namun, apa yang dilakukan Albert juga diluar prediksinya. Apakah itu sikap formal semata-mata hanya untuk negosiasi mereka? (Y/n) tahu Albert pasti akan menawarkan tentang bergabung dengan timnya, agar kelangsungan hidup (Y/n), dan Irene baik-baik saja.

(Y/n) tersenyum ramah, dia tidak perlu berfikir panjang lagi. Jika hari ini adalah kali terakhir dirinya hidup di dunia ini, hal yang paling ingin dia lakukan adalah menghabiskan waktu dengan Irene adiknya. Maka dari itu dia memilih untuk menerima tawaran dansa Irene.

"Maafkan aku tuan." (Y/n) mengucapkan maaf sembari menatap Albert, tidak peduli dengan ekspresi wajah dari Albert, yang pasti dia akan menikmati malam indah ini dengan adiknya.

Biola yang mengalun indah, ditemani oleh permainan tuts piano dengan nada yang sempurna. Ketika para penari mulai masuk ke tengah panggung, ritme musik berganti menjadi lebih cepat. Namun, nada yang mereka buat tidak pernah keluar dari kata "elegan".

(Y/n) kini menyadari satu hal, tingginya lebih pendek beberapa centi dari Irene. "Kamu terlihat sangat cantik." Ucapan (Y/n) membuat Irene terkejut, dia terkekeh pelan. "Bukankah aku harusnya dipuji tampan? Kenapa cantik?"

"Aku cuma bercanda~ Dimana kamu belajar dansa pria?" Celetuk (Y/n). Irene tersenyum, gerakan dansa kali ini membuat sepatunya mengeluarkan suara saat menapaki lantai. "Aku pernah berperan menjadi pria saat bermain opera, bukankah kakak pernah melihatku tampil saat itu?"

(Y/n) terkekeh, kakinya mulai berputar ke arah kiri diikuti dengan irama musik. "Benar juga, aku hampir lupa karena sering menonton pertunjukan opera mu."

Di saat lagunya mulai pelan, gerakan mereka melambat. "Kakak harus selalu menonton pertunjukan opera ku." Dansa telah selsai, (Y/n) hanya menjawab dengan senyuman.

"Irene, jangan marah kepadaku." Dengan wajah heran Irene bertanya, "Kakak tetap pada rencana kita kan?" Dentingan sendok kepada gelas sampanye terdengar, kini permainan Raja Kriminal telah mendapatkan korbannya.

.

.

.

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

.

Don't Touch My Little Sister! | Moriarty the Patriot X Reader ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang