24. ℋ𝒾𝓂

484 107 4
                                    

Mumpung libur Ash up sekarang~!! ^^
Besuk Sabtu juga tetap up sesuai jadwal

Enjoy~
============

"Astaga... Bukannya aku sudah menyelesaikan masalah Louis di Bank?" Helaan nafas gusar keluar dari mulut (Y/n), dia menatap jengah 2 pria yang kini di depannya. Ralat, pria satunya adalah wanita yang sedang menyamar.

"Ya, dan kami sangat senang kamu menyelesaikannya dengan sangat bersih." Anggukan puas diberikan secara cuma-cuma oleh William.

"Lalu kenapa?" (Y/n) Menghentikan langkahnya menuju tempat tujuan. "Apakah ada hal lain yang ingin kamu uji kan ke diriku?" Ujar (Y/n) penuh selidik.

James berjalan mendekat ke arah (Y/n), membisikkan sebuah fakta ditelinganya. "Padahal aku bisa menemani kakak sendiri, tapi dia bersikukuh untuk ikut juga... Maaf ya kak.."

Mendengar hal itu (Y/n) langsung memaklumi keadaan ini, lagipula dia juga belum tentu bersih dari ancaman mengkhianati William, dan kelompok patriotisme nya.

"Aku sebenarnya tidak keberatan, tetapi apakah tidak apa-apa kamu berkeliaran sendiri dengan seorang wanita di toko-toko yang akan aku kunjungi nanti?" Mengabaikan fakta bahwa (Y/n) mulai menggunakan kalimat non formal kepada William, wajahnya kini hanya menunjukkan senyuman.

William mengangguk paham, "Tidak apa-apa, tidak perlu dipikirkan. Kamu bisa bermain, berbelanja dengan leluasa, tanpa mempedulikan orang lain."

(Y/n) Menggedikan bahu, "Baiklah kalau begitu, jangan memintaku bertanggungjawab jika terjadi sesuatu yang tidak menguntungkanmu." Ujarnya.

"Ngomong-ngomong kakak ingin pergi kemana? Belanja pakaian? Atau mengurus keuangan kakak?" James kini berjalan berseberangan dengan (Y/n), menyamakan langkah mereka agar tetap berjalan berdekatan. Sedangkan William yang dari tadi disamping (Y/n) terdiam, terus berjalan menuju tujuan utama wanita di sebelahnya.

"Pertama-tama aku akan pergi ke butik pakaian." Jawab (Y/n) singkat dengan senyuman di bibirnya.

Mereka berhenti tepat, di depan butik sederhana. Harga yang ditampilkan di sana sangat standar, tidak mahal, dan tidak murah. Pemilik butik terlihat sumringah begitu mengetahui siapa tamunya, "Astaga selamat datang, Nona, Tuan-tuan." Sambutan sederhana diberikan oleh pemilik butik.

Wanita berambut coklat berkacamata itu menyajikan teh, dan camilan. Mencoba seramah mungkin kepada pelanggannya, "Saya akan segera kembali membawa daftar model baju, dan gaun-gaunnya. Mohon tunggu sebentar." Dia membungkuk sopan lantas pergi ke ruang belakang.

"Aku berniat memberikanmu gaun untuk tinggal di kediaman, kamu bisa memilih semua gaun yang menarik perhatian." Ujar William, dia mulai menyesal teh dengan kepulan hangat itu.

Kekehan (Y/n) memecah keheningan, "Terima Kasih, aku sangat senang mendengarnya."

"Lalu, apa yang sebenarnya kau inginkan dengan datang ketempat ini?" Sahut William.

"Aku tidak bisa terus bergantung dengan kalian, jadi aku keluar untuk membentuk identitas baru." Seperti biasa jawaban (Y/n) membuat William tersenyum tipis.

"Padahal kakak bisa meminta tolong kepadaku." James mengerucutkan bibirnya bersikap sedikit kekanakan di depan kakak tercinta. "Kebiasaan gila kerja kakak sepertinya kambuh lagi." Cibirnya. Tawaan menjadi jawaban bagi cibiran itu.

.

.

.

.

.

.

Don't Touch My Little Sister! | Moriarty the Patriot X Reader ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang