Clair terkejut melihat kedatangan Kaiya sepagi itu di perpustakaan. Dia tak mau ambil pusing dan kembali membaringkan dirinya ke atas rak buku.
"Bagaimana menurutmu tentang membunuh manusia, apakah kau bisa mewujudkannya?" tanya Kaiya sambil duduk di kursinya yang kemarin.
Clair langsung tersentak kaget mendengar pertanyaan itu. Setelah diam cukup lama akhirnya dia menjawab, "Itu bukanlah sebuah keinginan."
Kaiya tertawa mendengar jawabannya. Laki-laki itu menyilangkan kedua kakinya dan menatap lurus ke tembok perpustakaan yang kosong. Saat dia fokus seperti itu membuat Clair cukup ketakutan.
"Suasana hatinya sedang buruk," batin Clair yang ketakutan.
Mahluk itu menerbangkan dirinya ke depan wajah Kaiya agar fokusnya terganggu. Dan benar saja mata Kaiya yang tajam langsung melembut saat melihat Clair ada di depannya. Senyuman di bibirnya kembali, dia menyerahkan makanan yang dia bawa ke hadapan Clair.
"Untukmu Clair, makanlah," titah Kaiya saat Clair mengambil makanan yang ada di tangannya.
Clair membuka penutup wajahnya dan memakan makanan yang berupa gorengan itu. Dia aneh melihat perubahan Kaiya akhir-akhir ini. Karna selama terkurung di dalam buku Kaiya selalu menyiksanya dengan mengucapkan sebuah mantra yang tidak dia mengerti.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Kaiya sambil tersenyum. Dia memiringkan kepalanya dengan mengerikan lalu menatap Clair dengan sangat tajam. Senyuman lembut di wajahnya perlahan memudar.
Tangan Clair gemetar saat merasakan sesuatu mencengkram lehernya. Mahluk itu hanya bisa menutup matanya, dia memang tidak akan pernah terbiasa dengan kemarahan Kaiya. Walau menjadi hantu sekalipun dia tetap merasakan rasa sakit.
"Kau pasti sudah tahu kesalahanmu, kan?" tanya Kaiya yang semakin mengencangkan ikatan rantai di leher Clair.
"A-Aku tau ...," jawab Clair lirih.
Kaiya tersenyum kembali. Dia melepaskan sihir rantainya dan berjalan ke hadapan Clair yang melemah. Di pandangnya makanan yang terjatuh dari tangan Clair dan menginjaknya. Matanya yang menyipit saat terbuka menampakkan bola mata berwarna merah terang.
"Jika kau memberikan kertas permintaan kepada sembarang orang lagi, akan aku pastikan mereka menerima takdir pembalik dari sihir ku!" pekik Kaiya yang terlihat sangat kesal.
Senyuman kembali tak terlihat di wajah Kaiya. Sosok aslinya yang dia sembunyikan akhir-akhir ini kembali terlihat. Membuat Clair sangat ketakutan. Dia kembali mengingat saat pertama kali jiwanya di tukarkan agar Kaiya mendapatkan tubuh manusia yang selalu di impikannya. Ritual itu sangat menyakitkan, seolah dia di kuliti hidup-hidup sebelum menjadi seperti sekarang.
"Maafkan aku, hanya saja aku ingin membantu orang itu," jelas Clair. Dia membungkuk di hadapan Kaiya agar laki-laki itu mau memaafkannya.
Kaiya tertawa sangat keras melihat Clair yang membungkuk di hadapannya. Sebuah sinar biru keluar dari tangannya, dia mengarahkannya tepat di punggung Clair membuat mahluk itu merasakan sakit yang sangat menyiksa.
Di sela-sela teriakan kesakitannya Clair terus memohon untuk dilepaskan tapi Kaiya tak terlihat ingin melepaskannya sama sekali. Laki-laki itu mengeluarkan tali tipis dari kekuatannya, mengikat pergelangan tangan Clair lalu memaksakan mahluk malang itu untuk berdiri seperti sebuah boneka.
Kaiya tersenyum puas, dia memekik dengan lantang, "Kau adalah boneka! Jadi turutilah perintah tuanmu!"
Clair tak bisa menjawab apapun, bahkan mahluk yang sudah tak memiliki raga itu tetap tak berdaya. Dia lebih memilih benar-benar lenyap daripada tetap seperti ini. Mungkin dia sekarang benar-benar sebuah boneka, pikirnya.
"Ini hanya hukuman kecil, jika kau kembali mengulanginya, manusia yang kau beri kertas permintaan akan terkena imbasnya juga," bisik Kaiya tepat di telinga Clair yang masih menahan rasa sakit di punggung dan lengannya.
Clair hanya bisa mengangguk cepat sebelum akhirnya Kaiya membatalkan mantranya. Tak berlangsung lama bel masuk berbunyi, Kaiya bergegas pergi dari perpustakaan itu sambil mengibaskan debu dari seragam sekolahnya. Sesekali dia melirik ke arah Clair yang mencoba melayangkan dirinya ke rak, namun terjatuh kembali ke lantai perpustakaan.
"Boneka bodoh," gumamnya sambil tersenyum miring.
Pintu perpustakan yang tertutup membuat Clair bernafas sedikit lega. Walau rasa sakit itu masih ada. Dia terus mencoba melayangkan tubuh tembus pandangnya ke rak tempat dia selalu berbaring, namun tenaganya sudah tak ada. Akhirnya dia tergeletak di lantai dan memandang dinding perpustakaan yang penuh sarang laba-laba.
Clair tak bisa menahan air matanya dia menangis dan berucap lirih, "Kenapa aku tak bisa pergi dari dunia ini, padahal aku sudah bukan lagi manusia."
Seorang siswi dari kelas 10 kebetulan lewat lorong perpustakaan itu. Dia di beri tugas untuk menyiram tanaman di lantai tiga karna terlambat datang, namun saat melewati perpustakaan dia mendengar tangisan lirih di dalam sana yang membuat bulu kuduknya meremang hebat.
"H-Hantu!" pekiknya kuat dan berlari meninggalkan penyiram tanaman tepat di depan pintu perpustakaan.
▪︎▪︎▪︎
Siang itu semua murid dihebohkan dengan rumor yang beredar jika ada seorang siswi yang mendengar suara tangisan dari dalam perpustakaan. Semua orang semakin takut untuk datang atau pun lewat di sana. Tari yang kebetulan mendengar kabar ini dari teman yang ada di depan bangkunya langsung memberi tahu Zahara dan Ria yang sedang asik bermain game.
"Aneh, sejak kedatangan murid baru itu suasana sekolah jadi tidak nyaman," celetuk Zahara tiba-tiba.
Ria mengangguk setuju. Mereka berdua mematikan smartphone dan membalikkan badan untuk menghadap Tari yang duduk di hadapan mereka berdua. Tari sebenarnya duduk bersama Zahara tapi karna sedang bermain game Zahara duduk di bangku Ria yang berada di belakang. Ria duduk sendirian, bangku di sebelahnya sudah kosong entah sejak kapan.
"Cuaca akhir-akhir ini selalu hujan ya," gumam Lisa yang tiba-tiba datang.
Gadis dengan jas bertuliskan siswa kedisiplinan itu duduk di sebelah Tari yang sedang membaca koran sekolah. Dia menyenggol sikut Tari yang terlalu fokus dengan bacaannya hingga membuat perempuan itu terkejut.
"Lisa!" pekiknya kesal.
"Ahahaha, maaf Tar, kamu sih terlalu fokus sampai gak sadar aku duduk dari tadi," jelas Lisa yang masih terus tertawa mengingat ekspresi terkejut Tari.
Kedua temannya yang ada di bangku belakang juga ikut tertawa. Membuat Tari semakin kesal. Dia melipat kedua tangannya di dada dan membalas, "Aku sedang melihat berita penting di koran sekolah kita."
Lisa menarik nafasnya untuk berhenti tertawa, dia melihat berita yang di baca oleh Tari barusan. Berita itu memuat tentang pernyataan cinta, kekaguman, ataupun kebencian murid-murid sekolah secara diam-diam pada seseorang. Tapi bukan disitu keanehannya tapi di bagian sebuah surat yang ditulis oleh seseorang untuk penghuni perpustakan.
"Aneh ya, disini orang itu bilang jika penghuni perpustakaan mewujudkan keinginannya dengan sebuah kertas permintaan," papar Lisa yang membuat Zahara dan Ria juga ikut penasaran dengan berita di koran itu.
Tari juga merasa aneh di bagian itu, murid yang tak menyebutkan namanya itu ingin mengucapkan terima kasihnya pada si penghuni perpustakaan. Bukan hanya Tari dan teman-temannya tapi hampir seluruh murid yang membaca berita koran sekolah hari ini merasakan keanehan dan pertanyaan yang sama di benak mereka.
"Apakah yang dia katakan itu benar?"
-------------------------------------------------------------
🎵Dollhouse - Melanie Martinez
KAMU SEDANG MEMBACA
Clair de Lune
FantasyDi sebuah perpustakaan tua yang kosong penuh dengan rumor misteri yang aneh, terkadang ada yang melihat benda melayang atau suara tangisan kecil. Namun jika kau datang ke perpustakaan di tengah malam saat bulan bersinar terang kau akan melihat soso...