Clair terlihat sangat serius. Dia duduk bersila menghadap ke arah papan permainan ular tangga. Di dalam pikirannya saat ini adalah kemenangan. Demi membalas perbuatan mahluk api yang sedang bersembunyi di dalam telepon genggam milik laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.
"Baiklah, bagaimana jika kita berkenalan terlebih dulu?" tanya laki-laki itu yang membuat Clair tersadar dari lamunannya.
"Panggil saja Clair," jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangan dari papan ular tangga.
Laki-laki berkacamata itu menghela napasnya berat. Baginya orang seperti Clair sulit untuk dijadikan teman. "Namaku Rey dari jurusan akuntansi."
Clair langsung menoleh ke arah Rey sesaat setelah dia menyebut kata akuntansi. Itu membuat Rey sedikit kebingungan, sebab dia tak bisa melihat ekspresi apa yang sedang di berikan oleh arwah di depannya ini. Wajah Clair tertutup kain dan hanya terlihat kepekatan hitam matanya.
"Maaf ... aku seperti pernah mendengar kata akuntansi itu. Tapi aku bingung di mana aku pernah mendengarnya," celetuk Clair tiba-tiba.
Rey menggeleng lemah. "Tidak apa, mungkin sebelum kau meninggal kau anak jurusan akuntansi sepertiku."
Clair hanya bisa menunduk. Memang sebagian ingatan manusianya menghilang, satu hal yang paling dia ingat adalah saat dia menyelamatkan Kaiya. Namun laki-laki yang kini sudah dia anggap sangat jahat itu malah menjebaknya dan menjadikan dia roh permintaan. Clair tak akan pernah melupakan perbuatan Kaiya sampai kapanpun.
"Baiklah, ayo kita mulai permainannya."
Rey lebih dulu melemparkan dadu dan Clair terlihat tak keberatan sama sekali. Dadu itu berputar di lantai menampilkan banyak sekali angka kemudian berhenti di angka tiga. Rey menjalankan pionnya di papan ular tangga, pionnya melangkah sebanyak tiga kali dan berhenti.
"Wah, aku sepertinya sangat beruntung," pujinya terhadap diri sendiri sebab pionnya sekarang berdiri tepat di kotak yang ujungnya memiliki tangga. Langsung dia gerakkan naik pionnya ke tangga dan sekarang pionnya berada di kotak nomor lima belas.
Clair bergumam kesal, "Kau hanya beruntung, lihat saja aku akan memenangkan permainan ini!"
Sekarang adalah giliran Clair melempar dadu. Dia tak menggunakan tangannya tapi memakai kekuatan sihirnya. Di terbangkannya dadu yang ada di lantai ke langit lalu dia lempar kembali ke lantai secara perlahan, dadu mulai berputar seperti tadi dan berhenti di angka satu.
Rey tertawa terpingkal-pingkal hingga menepuk pahanya sendiri. Tangan Clair yang tertutup kain dengan kesal memegang benda seperti prajurit kecil miliknya menuju kotak angka satu, membuat tawa Rey semakin besar.
"Menyebalkan ..."
"Hahahah, lihat kan, kau masih terlalu muda untuk melewati sepuh ini anak muda."
Clair menatap Rey yang masih tertawa namun seiring waktu tawanya mulai mereda. Laki-laki itu kembali melempar dadunya. Tidak sadar jika Clair saat ini akan berbuat curang. Mahluk itu mendatangkan angin dari arah jendela dengan sihirnya membuat dadu Rey yang awalnya akan berhenti di angka dua bergerak menjadi angka enam.
"Wah, aku beruntung lagi, terima kasih angin," gumam Rey yang masih tak sadar jika itu adalah ulah Clair.
"Haish... aku ingin mengubahnya jadi satu malah jadi enam," batin Clair yang kesal dengan kekuatannya sendiri.
Mereka kembali bermain dengan semangat, tak ada yang ingin mengalah diantara mereka berdua. Hingga mereka tak sadar jika hari sudah semakin sore. Pion milik Rey sekarang sudah ada di kotak dengan angka sembilan puluh tujuh dan dia harus berhati-hati karna satu kotak di depannya memiliki ular yang dapat membuatnya turun.
"Aku mohon jangan keluar angka satu," batin Rey sambil melihat dadu yang berputar di lantai setelah dia lemparkan.
"Ayo angka satu!" teriak Clair bersemangat.
"Hey, jangan dong," balas Rey yang tak kalah ribut.
Putaran dadu mulai melemah. Rey menarik nafasnya dalam dan tanpa sengaja dia menahan nafasnya mengikuti gerakan dadu. Sedangkan Clair, mahluk itu sudah menempel di lantai untuk melihat angka dadu yang akan keluar.
"Duduk Clair, lantainya kotor."
"Aku ini arwah Rey," tegas Clair yang masih berguling di lantai menunggu dadu itu berhenti berputar.
Setelah menunggu beberapa detik dadu berhenti berputar dan menampilkan angka enam. Rey bersorak senang dan menggerakkan pionnya. Clair yang kesal duduk kembali sambil melipat kedua tangannya.
"Oh ayolah, keberuntungan selalu datang pada manusia baik sepertiku," ucap Rey sambil menaik-turunkan alisnya.
"Manusia baik apanya," cicit Clair yang rasa kesalnya semakin membesar terhadap Rey.
Clair mulai berpikir karna dia masih tak mau mengalah dari Rey. Ia kembali teringat dengan angka dadu yang keluar barusan. "Sebentar, angka dadunya kelebihan!"
"Benar juga ya, jadi harus bagaimana?" tanya Rey yang juga kebingungan.
"Begini."
Clair mengambil pion dari tangan Rey lalu mulai menghitungnya dari tempat awal dadu itu berada yaitu sembilan puluh tujuh. "Satu, dua, tiga," ucapnya dan dadu itu berhenti di angka seratus lalu dia menggerakkan pion itu berbalik arah. "Empat, lima, enam."
"Hey, kenapa pion milikku berbalik arah!" protes Rey yang tak terima.
"Karna angka dadunya kelebihan jadi dia berbalik arah deh, hihihi," jawab Clair sambil terkekeh senang.
"Sejak kapan permainan ular tangga jadi begitu," elak Rey yang masih tak terima karna pionnya sekarang berhenti di kotak yang memiliki ular.
Clair memegang pion Rey lagi. " Sejak hari ini! Sini aku bantu turunkan."
Saat Clair hendak menurunkan pion milik Rey, sebuah tangan langsung menahannya. Dan itu adalah tangan milik Rey, dia menyingkirkan tangan Clair dan memegang kembali pion miliknya. "Ularnya tutup mulut, dia lagi puasa."
"Enggak! Mana ada ular yang puasa."
"Dadu milikku keluar angka enam, jadi aku masih bisa melempar dadu sekali lagi. Pion ku masih harus ada di tempatnya!"
Clair pasrah saja lagi pula laki-laki itu tak mungkin langsung dapat angka tiga. Kemungkinannya sangat kecil. "Baiklah silahkan."
Dadu kembali terlempar dan yang keluar kembali angka enam. Seterusnya juga begitu hingga Clair bosan sendiri menunggunya. Dadu itu seolah tak ingin berhenti selain di angka enam.
"Dadu yang aneh," celetuk Rey tiba-tiba.
Clair yang bosan menatap ke arah jendela dan baru sadar jika hari sudah mulai gelap. Mereka terlalu asik bermain hingga tak sadar jika waktu selalu bergerak. Dia segera menoleh ke arah Rey yang masih berusaha melemparkan dadu dan angka enam masih keluar.
"Hey kau, hari sudah malam sebaiknya kau pulang," ucap Clair yang menyadarkan Rey seketika.
"Astaga aku lupa!" teriak Rey yang panik.
Dia buru-buru keluar sambil membawa telepon genggam miliknya. Virgo telah keluar karna dia tak bisa melewati pembatas sihir di perpustakaan itu. Mahluk api itu bergerak ke arah Clair yang masih menatap ke arah luar jendela perpustakaan.
Tubuh Clair bercahaya seketika saat bulan di langit datang lebih awal dari biasanya. Wujud manusianya kembali nampak. Seorang perempuan biasa yang kini sedang membuka penutup kepalanya sambil tersenyum menatap seseorang yang sedang berlari ke luar gerbang sekolah.
"Terima kasih sudah bermain denganku, Rey."
----------------------------------------------------------------
31 Juli 2023
🎵Line without a hook - Ricky Montgomery
KAMU SEDANG MEMBACA
Clair de Lune
FantasiaDi sebuah perpustakaan tua yang kosong penuh dengan rumor misteri yang aneh, terkadang ada yang melihat benda melayang atau suara tangisan kecil. Namun jika kau datang ke perpustakaan di tengah malam saat bulan bersinar terang kau akan melihat soso...