-Part 16-

45 18 0
                                    


"Emang rapatnya udah selesai kak?" Abizar menggeleng.

"Terus kok aku di suruh pulang, aku di keluarin dari organisasi ya kak?" ucap Gina melanjutkan ucapannya. Namun, kali ini dnegan nada yang lemas.

"Nggk lah, Na" Gina memajukan bibir mungilnya seperti orang sedang cemberut.

"Lucu banget sih, Na" batin Abizar, sambil mengulum senyumnya.

"Ya udah kalo nggk boleh ikut, aku pulang. Tapi, jangan hubungin aku lagi" Abizar tak bisa jika tak mengirim pesan untuk Gina.

"Eh-eh, ya udah ayok" Gina senang karena menang telah mengancam Abizar.

     Abizar mana bisa tidak menghubungi wanita itu sehari saja. Katanya, Gina itu seperti ponsel. Jika tidak di genggam dan di lihat sehari saja, ia akan mabuk dan pusing. Di ruang rapat osis, mereka berdua telah di tunggu dengan para anggotanya. 

"Ketos dan waketos, seharusnya kalian bisa kasih contoh sama anggota kalian" ucap pak Nahar sebagai pembina organisasi osis di SMA Pelita Bangsa.

"Maaf pak, tadi kita lagi ada yang di bahas".

     Pak Nahar pun memaafkan mereka berdua. Rapat di mulai dari pukul 13.00-15.00 WIB. Gina terlihat sedang menjelaskan sesuatu di hadapan semua anggota, pembina dan ketua. Sambil menjelaskan, sesekali ia melihat ke arah tangan kirinya yang menopang satu buku yang lumayan tebal isinya. 

"Sekian penjelasan dari saya, wassalamu'alakum" 

"Wa'alaikummussalam" 

"Bagus sekali, itu yang saya mau" Pak Nahar memberi upplause.

     Setelah dari rapat osis, kini Naufal, Rizky, Abizar dan Gina. Mereka sedang menuju rumah sakit. Di jalan mereka sibuk membahas isi dari rapat tadi. Ketiga laki-laki itu di buat takjub dengan pemikiran Gina. 

"Gin lo tadi emang bagus banget saran lo tu luar biasa" Naufal memuji Gina dengan memberikan kedua jempolnya.

"Makasih kak, aku liat referensi dari tahun-tahun kemarin aja kok terus baru aku rekap pakai ide aku. pakai metode ATM kak" Abizar tersenyum kala mendengar Gina yng masih saja merendah. Padahal perempuan itu sedang di sanjung.

"ATM?".

"Amati, tiru, modifikasi" ketiga lelaki itu hanya ber-oh ria saja.

"Tapi itu bukannya untuk makanan Gin".

"Apa aja bisa kok kak".

     Tak terasa mereka telah sampai di lingkungan rumah sakit. Mereka berempat turun dari dalam mobil dan berjalan masuk ke rumah sakit. Mereka masuk ke dalam lift. Kini Gina telah sampai di kamar rawat kakaknya. Gina melihat kakaknya sedang tertidur, ia masuk ke dalam toilet untuk membersihkan dirinya. 

**** 

"Jadi kakak saya udah boleh pulang dok?" Dokter mengangguk. 

"Alhamdullilah" ucap Gina kegirangan.

"Akhirnyaaa" Bintang tersenyum bahagia sambil melihat punggung tangannya bekas infus.

     Gina tersenyum melihat kakaknya yang begitu senang. Gina membereskan semua baju dan perlengkapan kakaknya. Sebelum meninggalkan kamar, Gina memlipat selimut yang kakaknya gunakan. Setelah selesai, Gina mengambil kunci mobil di atas nakas dan mengangkat tas baju milik kakaknya. 

"Eh sebelum pergi kita ke kamar kakaknya senior kamu dulu" Gina mengangguk menyetujui.

     Mereka mengetuk pintu kamar VIP 2. Ruangan di mana tempat kakaknya Abizar di rawat. Pintu pun terbuka, memperlihatkan Abizar sedang membawa tas baju. Gina melihat ke arah tangan Abizar yang memegang tas. Tak lama keluar lah kedua orang tua abizar beserta Arvin.

"Mine, But?" (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang