Sudah lewat 4 hari, Gina terus melihat layar ponselnya. Perempuan itu berharap ia mendapat pesan dari seseorang yang ia tunggu-tunggu kabarnya. Perasaan Gina benar-benar tidak baik untuknya. Taka da kata menyerah Gina terus menghubungi nomor kontak tersebut. Namun hasilnya... Nihil!.
"Kak Bi, kenapa sih" ucap Gina yang mulai kesal dan gelisah.
Ya seseorang yang sedang ia khawatirkan adalah Abizar.
Di sisi lain, Abizar sedang menemani ayahnya di panggil oleh asisten dokter. Jujur di dalam hati Abizar ingin sekali menghubungi seseorang yang bisa di bilang bukan kekasihnya, namun orang itu sangat berarti untuknya. Abizar telah mencari nomor kontak perempuan itu, baru saja ingin menekan lambang telpon.
"Tuan Abraham, silahkan masuk" seorang asisten dokter memanggil nama ayahnya.
Dokter mulai memeriksa keadaan ayahnya.
"Gimana dok?" Tanya Abizar antusias berharap baik.
"Jadi, kondisi Pak Abraham sekarang lebih menurun dari hari-hari kemarin" ucap sang dokter yang dengan berat hati untuk mengungkapkan yang sebenarnya.
"Tapi saya masih bisa sembuh kan dok?" Tanya Abraham pada sang dokter.
"Masih, tapi harus di tindak lanjuti pengobatan di Singapura" ucap dokter.
Abizar keluar dari ruangan dokter. Ia berjalan keluar menuju mobil sambil melamun, memikirkan ucapan dokter yang menangani ayahnya tadi. Ia ingin ayahnya sembuh, tapi di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah jauh dengan Gina. Akibat melamun, Abizar menabrak seorang perempuan yang hendak ingin masuk.
"Au" perempuan itu terjatuh, meringis kesakitan.
"Maaf, maaf" Abizar membantu perempuan itu untuk berdiri.
"Udah nggk pa-pa kok mas" ucap perempuan itu.
"Sekali lagi saya minta maaf" permintaan maaf Abizar yang kesekian kalinya.
"Iya mas, nggk pa-pa. Lain kali lebih hati-hati ya, permisi" perempuan itu pergi meninggalkan Abizar.
Kini fikiran Abizar sedang kacau, ia ingin sembuh namun, ia tak sanggup harus berpisah lama dengan perempuan yang sangat ia sayangi. Abizar memutuskan ia harus menemui Gina sekarang. Walaupun ia sudah tau resikonya, jika ia menemui perempuan itu. Pasti ia akan di pukul, di diami, kalau tidak perempuan itu pasti mengoceh panajang lebar akibat Abizar tidak menghubunginya. Namun, Abizar tetap nekat pergi ke rumah Gina.
"Masih, tapi harus di tindak lanjuti pengobatan di Singapura" ucap dokter.
Kalimat itu terus terngiang di benak Abizar. Kini mobil Abizar telah memasuki lingkungan rumah Gina. Tanpa berfikir panjang, Abizar turun dari mobilnya. Abizar sudah bertekad untuk memberitahukan semuanya pada Gina nantinya. Abizar sama sekali tidak memikirkan reaksi apa yang akan ia dapat dari Gina.
****
Kini Abizar telah berdiri tepat di depan pintu rumah Gina. Ia menarik nafasnya dalam, lalu... Abizar menekan tombol bel rumah Gina. Gina yang posisinya sedang berada di ruang tamu, mendengar bel rumahnya berbunyi, ia langsung membuka pintu tersebut. Betapa terkejutnya ia saat melihat seseorang yang sudah berapa hari ini tidak menghubunginya, tiba-tiba berdiri di hadapannya.
"Mau apa lo ke sini?" Jujur ingin rasanya Gina menangis sekarang juga. Sungguh tak sanggup ia melihat wajah Abizar.
"Lo bohong sama gue kak!".
KAMU SEDANG MEMBACA
"Mine, But?" (On Going)
Fiksi RemajaFollow dulu baru baca dan vote juga💜... Dari awal cerita ini asli dari kisahku & hasil pemikiran ku. Tidak ada plagiat di sini🙏 "Saya meminta izin kepada om dan tante untuk menikahi putri kalian yang bernama Gina Anastasya Putri Alfahri" ucap Ara...