Sinar matahari samar-samar memasuki cela-cela jendela tampak menerangi wajah putih mulus dengan mata yang masih bengkak akibat menangis sampai dini hari, bohong kalau lukanya sudah pulih seutuhnya, ia masih manusia biasa lukanya terlalu dalam sehingga terus butuh waktu untuk sembuh.
Pelan-pelan ia membuka matanya menatap sekeliling, dalam hatinya "oh aku sudah di rumah" ia masih sedikit jetleg karena perjalanan panjang Bern-Indonesia.
Ia meraba-raba sekitarnya memastikan keberadaan sang putri namun nihil ia langsung bangun dengan degup jantung tak karuan ia keluar kamar berusaha mencari-cari sekeliling sampai dihalaman rumah, rupanya putri kecil berambut keriwil dengan warna brown itu sedang melihat-lihat tanaman hias milik sang nenek, melihat-lihat kelinci peliharaan sang nenek. Ainun tersentuh melihat betapa ibunya menyanyangi Rania sebesar kasih sayangnya pada Ainun
Ia bergegas menghampiri nenek dan bayik kecil itu
"Halo sayang, lagi lihat kelinci nenek yah?" tanya Ainun pada Rania yang sudah bisa merespon pertanyaannya"Kerinci nenek tantik ibu" balasnya dengan suara sumringah, Rania mengalami spech delay jadi ucapnnya belum sebaik anak seumurannya
"Rania sudah sarapan belum?" tanya Ainun balik
Kali ini Dea yang membalas karena sang cucu masih sibuk mengamati gerak-gerik kelinci
"Sudah ibu, Rania sudah mandi dan sudah sarapan. Makannya juga pinter gak mau disuap maunya makan sendiri"
"Anak baik ibu, terima kasih karena tidak merepotkan nenek yah nak" ucapnya sambil mengelus kepala Rania dan dibalas Rania "Iya Ibu"
"Ibu tidak pernah menyangkah kamu bisa mendidik Rania sambil kerja nak.." ucap Dea sesekali menatap kearah Ainun yang ikut duduk diteras bersama Dea dan Rania.
"Nak... ibu bisa tanya satu hal sama kamu?" Sambung Dea
"Bisa ibu selama tidak bersangkutan dengan si Dia" balas Ainun dengan menekan kata si Dia
"Kemarin orang tua Jeffry menelpon ibu, katanya mereka ingin sekali bertemu denganmu dan Rania nak. Tapu sebelum ibu mengiyakan permintaan mereka, ibu minta izin dari mu dan minta pendapatmu tentang ini" tutur Dea dengan sedikit hati-hati berbicara pada Ainun
Sedangkan Ainun masih diam membantu sesekali mengawasi Rania yang sering memasukkan jarinya kedalam mulut kelinci
"Nak..." panggil Dea
"Bagaimana tanggapanmu? Kamu setuju atau tidak...?"
"Ibu tidak akan memaksamu nak, ibu tahu betul perasaanmu" lirih Dea yang tak terasa bulir air mata jatuh juga dihadapan Ainun
Ainun yang melihat sang ibu menangis segara merangkul ibunya
"Ibu.... jangan menangis begini aku bakal ikut nangis juga kalau lihat ibu nangis" isaknya dengan menggengam tangan sang ibu, sementara Rania sudah ada dalam pelukannya"Rania peluk nenek, nenek lagi sedih" ucap Ainun pada Rania segera saja balita itu bangkit dari pangkuan sang ibu dan segera menghampiri sang nenek
"Pintarnya cucu nenek" ucap Dea yang menyeka air matanya kemudian memberikan kecupan manis dipipi chuby Rania
"Ibu bisa telfon orang tuanya Dia dan bisa tentukan tempat kita bertemu, Ainun sudah siap dengan semua apapun yang akan terjadi dipertemuan ini" ujarnya sambil beranjak dari tempat duduknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainun: Apakabar Jeff
Fanfictionmenceritakan kisah kembalinya Ainun setelah pergi begitu lamanya setelah semua yang dia alami kini ia pulang dengan sikecil Rania yang sudah sejak lama mempertanyakan keberadaan sang ayah. apakah Ainun akan mengubur dalam-dalam egonya demi sang put...