Setelah mendapat penolakan yang kejam dari Ainun, Jeffry tidak menyerah begitu saja dia datang kesini dengan besar harapan meski ia tahu pada akhirnya ia akan berakhir seperti ini, ia tak perlu memaksakan kehendaknya pada Ainun dia tahu betul dosa apa yang telah ia perbuat, luka yang dia berikan pada Ainun dan juga putri kecilnya
Dia sadar betul, kini hanya puing-puing penyesalan yang menemani hari- harinya, rasanya baru kemarin bahagia menyambut kelahiran sang putri hari ini bahkan dia tidak bisa melihat kondisi anak kandunganya sendiri
Ainun telah menghukumnya dengan pedih dengan menjauhkan dia dari buah hatinya, dia dimusuhi keluarganya, dia kehilangan istri tersayangnya, pernikahannya hancur bahkan karirpun hampir saja hancur dalam sekejap
Ia hanya punya Stevani dan jagoan kecil mereka yang masih berumur 2 tahun, ia tak bisa membohongi perasaannya jauh dalam lubuk hatinya masih berharap Ainun bisa memafaaknnya dan bisa kembali membina rumah tangga, namun semua hanya harapan yang sudah pasti tidak akan pernah terwujud bahkan untuk bisa melihat darah dagingnya sendiri Ainun tidak memperbolehkannya sama sekali
Setiap hari hanya ada pertengkeran didalam rumah tidak pernah ada cinta lagi, tidak ada sambutan hangat seperti yang Ainun berikan, tidak ada belain mesra dari tangan lembut Ainun, semua sirna hancur sehancur-hancurnya.
Jeffry lebih sering menghabiskan waktunya dari Club ke Club lain pulang dalam keadaan mabuk berat, stevani juga tak kalah dari Jeffry ia menyewa pengasuh anaknya sementara ia kelayapan pulang kerumah kalau masih ingat jalan pulang
penyemangatnya untuk bisa terus menjalani hidup yang terkutuk inu yakni bisa melihat putrinya sampai dewasa nanti dan mengharap pengampunan Ainun tak lebih dari itu
Jeffry tidur setengah sadar jadi begitu ada suara kecil dia bisa saja langsung sadar, sumber bunyi itu dari hendel pintu yang dibuka dilihatnya jelas-jelas itu Ibu Ainun, mantan mama mertuanya
Sontak saja ia langsung bangkit dari tempat duduknya
"Ada apa mah?"
"Rania kenapa?" Tanya Jeffry panik
Meski ia sudah berpisah dengan Ainun dia masih memanggil Dea dengan sebutan mama
"Loh.. kenapa malah diluar begini nak?" tanya Dea tampak bingung karena Dea sendiri yang menelfon Jeffry memberitahukan bahwa Rania dilarikan ke rumah sakit
"Ainun tidak mengizinkan Jeffry masuk mah" keluhnya dengan nada berat tak terasa air mata jatuh membasahi pipinya
Ia buru-buru mengelap air mata, malu menangis dihadapan mantan ibu mertuanya itu
"Yasudah kamu tunggu disini yah, mama akan mencoba membujuk Ainun" Dea menenangkan Jeffry
Jeffry mencoba menahan Dea yang akan membujuk Ainun tapi tak diindahkan oleh Dea "tidak usah mah, Jeffry takut Ainun makin marah bisa saja Jeffry tidak akan diberikan izin bertemu Rania"
Dea terus meyakinkan Jeffry
Pelan-pelan Dea menutup pintu berjalan kearah lemari kemudian meletakan beberapa lembar pakaian Ainun dan Rania didalam lemari kecil yang disediakan oleh pihak rumah sakitIa berjalan ke kasur tempat Ainun dan Rania tidur, ia membangunkan Ainun pelan-pelan "Nakk..."
"Ibu sudah bawakan baju baru, kamu ganti baju dulu itu masih ada bekas muntah Rania dibajumu"
Ainun sadar dan pelan-pelan menarik tububnya dari kasur itu,
"Ibu sekarang jam berapa? Kenapa repot-repot antarkan baju Ainun padahal ini sudah sangat larut malam!?"
tanya Ainun pada Dea sembari mengumplkan kesadarannya secara utuh
"Sekarang jam 12"
"Ibu tidak tega membiarkan kalian berdua saja disini, biarkan ihu tidur disini menemani kalian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainun: Apakabar Jeff
Fanfictionmenceritakan kisah kembalinya Ainun setelah pergi begitu lamanya setelah semua yang dia alami kini ia pulang dengan sikecil Rania yang sudah sejak lama mempertanyakan keberadaan sang ayah. apakah Ainun akan mengubur dalam-dalam egonya demi sang put...