Harapan Baru

72 2 0
                                    

Hari berganti hari, jam berganti jam begitu hingga tak terasa mereka telah menghabiskan waktu yang cukup lama berada dinegeri ini demi kepulihan Ainun.

Hari ini Ainun sudah bisa dipindahkan keruangan rawat inap tapi harus tetap dalam pantauan dokter guna memastikan kondisinya membaik sebelum ia keluar dari rumah sakit

perasaan senang dan takut semakin bergejolak pada diri Jefry, ia senang akhirnya Ainun sadar dari masa kritisnya dan yang ia takutkan bisa saja terjadi mengenai ingatan Ainun yang bisa kapan saja kembali dan ia akan mengingat kembali rasa sakit yang telah ia alami

pagi ini bertepatan dengan musim salju pertama mereka selama di jerman, Ainun duduk dikursi roda dan menikmati salju yang turun dibalik gedung rumah sakit, untungnya salju turun tidak terlalu lebat ia masih bisa menyaksikan beberapa orang yang menyebrangi jalanan dan beberapa anak kecil yang bermain salju.

"Ainunnn..." "sayangg..." panggil Jeffry dengan tenang karena khawatir melihat Ainun yang menatap kearah luar gedung rumah sakit tapi dengan tatapan kosong entah apa yang ada dalam pikirannya

"iya Jeff, ada apa?"

"apa yang kamu pikirkan sayang?"

"Jef coba lihat anak-anak itu?" tunjuk Ainun pada beberapa anak yang bermain salju

"iya sayang, kenapa dengan anak-anak itu?" tanya Jeffry sambil mengalihkan pandangannya dan melihat kearah anak-anak yang asik bermain salju

"sepertinya aku pernah berada disana, bermain bersama anak-anak itu" jawab Ainun yang masih menatap kearah anak-anak itu

"ohya? nanti kalau kamu sudah sembuh kita bermain salju bersama? mau?" tanya Jeffry dengan berusaha mengalihkan pikiran Ainun

"janji yaaa, nanti kalau aku sembuh kita main salju depan rumah sakit ini"

"iyaa sayang, janji..." ucap Jeffry yang berpindah tempat sekarang ia setengah berdiri dihadapan Ainun dan menggengam tangan Ainun

"waktunya istirahat sayang, nanti lagi ya lihat saljunya" bujuk Jeffry dengan nada suara yang dilembut-lembutkan

Ainun hanya mengangguk pertanda ia setujuz Jefrry kemudian mendorong kursi roda Ainun kearah bed-nya dan membantu Ainun naik keatas bed.

setelah Ainun berbaring dengan nyaman Jeffry kemudian menarik kursi dekat bed dan duduk sambil mengelus helai-helai rambut Ainun dengan penuh hati-hati hingga membuat perempuan itu mulai terbawa kealam bawah sadarnya.

*******

tidak lama ponsel Jeffry berdering membuatnya tersadar, rupanya panggilan video dari Fiona adiknya, dengan buru-buru ia mengangkat telphon tersebut

"hallo..." ucap sikecil Rania yang dengan suaranya yang lembut
ia mengulanginya kata "hallo.." karena belum mendapat respon dari sang ayah

"hallo sayanggg" ucap Jeffry sambil melambaykan tangannya kearah telphon berharap sikecil lebih

Fiona mengambil ponsel dari tangan Rania karena tanganyan menghalangi kamera ponsel tersebut, Fiona mengenggam ponsel dan membiaran ayah dan anak itu melepas rindu lewat panggilan video

sikecil Rania terus berceloteh dengan riang gembira dan jeffry terus mendengarkan dengan baik tanpa ia sadari Ainun mendengar percakapan itu

"Princess Rania, ayah tutup dulu telphonenya yah" Jeffry pamit pada putri kecilnya dan belum menyadari bahwa Ainun telah mendengar semua percakapan mereka

"Jeff itu siapa? kenapa dia memanggilmu Ayah?"

pertanyaan yang membuat degup jantung Jeffry tidak normal, seperti dikejar ODGJ

"Rania siapa Jeff?"

Jeffry masih bingung harus menjawab apa, kondisi Ainun sekarang belum memungkinkan untuk menerima beberapa fakta

"Ia juga sering muncul dalam mimpiku dan sering-sering memanggilku ibu"

sambung Ainun dan tak terasa bulir air mata jatuh untuk pertama kali setelah ia sadar

Jeffry langsung memeluk Ainun
"Sejak kapan kamu bermimpi seperti sayang?"

"sejak kita pindah keruangan ini, anak kecil yang bernama Rania itu selalu mengikutiku kemana saja aku pergi. dadaku terlalu sesak mengingatnya"

"dia siapa Jeff? kita sudah punya anak?"

"jawab aku Jeff?"

tanya Ainun dengan terus menangis didekapan Jeffry

diamnya Jeffry sebagai tanda bahwa sikecil itu memang anak Ainun

"Jeff...."

"iyaa sayang...." balas Jeffry yang masih memeluk Ainun

"Dia (Rania) anak kita?, jangan diam saja Jeff" desak Ainun

"I-iyaa Sayang...." tutur Jeffry yang masih memeluk Ainun

"Panggil dia kesini Jeff" pinta Ainun dengan suara memelas pada Jeffry

Jeffry menenangkan Ainun dan menjanjikan Rania akan dibawah kerumah sakit dengan sedikit drama tapi beruntungnya tak ada reaksi apa-apa dari Ainun hanya dia terlihat lega ditambah dengan tatapan mata yang berbinar seakan menemukan obat segala kegundahan hatinya selama ini.

*******

satu persatu hal-hal yang tidak ia inginkankan terjadi, syukurnya Ainun bisa langsung menerima Rania adalah anaknya

begitulah ikatan darah, sebab darah lebih kental dari Air. tak ada apapun yang bisa memisahkan ikatan batin ibu dan anak

setelah menenagkan Ainun, Jefry menunjukan beberapa foto Ainun hamil sampai Rania berumur 2 tahun, beruntung semua foto-foto itu tersimpaj rapi diponsel Jeffry,

"Kita sebahagia ini ya Jeff?" tanya Rania dengan polos

"Bahagia sekali tentunya, hadirnya Rania menjadi pelengkap kebahagian kita berdua, semua keluarga bahagia menyambutnya"

"ini foto kita pertama kali mengajak Rania keluar rumah saat umurnya baru 2 bulan" ucap jeffry sambil menunjukan foto selfie mereka bertiga ketika dipusat perbelanjaan

"berani juga yah kita bawa Rania kecil jalan-jalan ke mall" ucap Ainun dengan tersenyum kecil dan terus menatap kelayar ponsel

Jeffry terus menunjukan beberapa foto sambil menjelaskan kapan foto itu diambil, ia menjelaskan secara rinci apa saja yang telah mereka lalui bersma-sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ainun: Apakabar JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang