Sakitku tak akan pernah hilang

187 6 0
                                    

Seminggu sudah Wina meninggalkan anak dan cucunya untuk selama-lamanya, keriduan pada sosok dirinya masih nampak jelas diwajah-wajah keluarganga. Hari ini akan diadakan tahlilan dirumah pak Willi mengundang ibu-ibu pengajian dan keluarga, Dea sekeluarga juga datang. Dea dan Ainun melantunkan ayat-ayat suci untuk Wina, sementara Rania dibawah jalan-jalan sama ayahnya, mereka melihat-lihat kelinci yang pernah dijanjikan omah opahnya dulu

"Om baik..om baik" panggil Rania sambil menarik tangan Jeffry fokus pada ponselnya

"Iya Nia.." jawab Jeffry dengan menoleh sejenak namun kembali fokus pada ponselnya

"Yihat keyinci itu" tunjuk Rania pada dua kelinci. Mereka seperti ibu dan anak yang menanti sang ayah yang tak kunjung sayang

"Iyaaa, ada apa dengan kelinci itu?"

"Dia tidak punya Ayah seperti Rania" balas Rania dengan sedih dan kasihan yang nampak dari wajahnya

Jeffry menyimpan ponselnya dan menekuku lutut dihadapan Rania

"Rania rindu sama ayah?" Tanya Jeffry dengan nada suara pelan dan terus menatap bola mata Rania

"Iyaa om baik" balas Rania dengan polos

"Rania bisa panggil om baik, Ayah. Kalau Rania mau" balas Jeffry dengan mengenggam tangan mungil itu

"Ibu tidak akan marah kan om baik?"

"Tidak sayang, Om baik yakin ibu tidak akan marah. Om baik sama ibu sudah berteman baik ko" balas Jeffry dengan penuh keyakinan sambil menantikan respon seperti apa yang akan Ainun berikan kala mendengar Rania memanggilnya dengan sebutan Ayah

"Rania takut ibu marah om baik"

"Rania percaya sama om baik. Ibu tidak akan marah sayang"

"Iyaa ayah" balas Rania dengan wajah sumringahnya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya merasakan sosok ayah yang selalu ia dambakan ia dapatkan pada ayahnya sendiri.

"Makasih ya sayang" balas Jeffry kemudian memeluk Rania dengan tidak percaya ia bisa mendengar sebutan "Ayah" yang selama ia rindukan dari putri kecilnya itu keluar juga

"Nia ulang tahun nanti mau hadiah apa?" Tanya Jeffry yang masih nyaman memeluk tubuh gembul Rania

"Mau jalan-jalan sama om baik dan ibu"

"Kok om baik lagi, kan tadi manggil ayah"

"Rania lupa" balas Rania dengan tertawa manja

"Jadi mau jalan-jalan sama ayah jeff dan Ibu ya?" Tanya Jeffry dengan memastikan keinginannya dengan menatap Rania

"Iyaa ayah"

"Nanti siapa yang berani bilang sama ibu?" Tanya Jeffry

"Rania...." teriaknya

"Memangnya Rania berani?" Tutur Jeffry dengan menguji keberaniannya

"Berani ayah"

Setelah mereka berkeliling melihat-lihat kelinci tak lama sikecil Rania mengeluh sakit perut karena pengen BAB buru-buru ayah Jeff mengajaknya kerumah menemui ibu Ainun

"Kenapa sayang?" Tanya Ainun yang kaget melihat Rania berlari kearahnya yang duduk bersama Dea

"Ibu Nia mau eek" balas Rania menahan sakit perut

Ainun mencari-cari seseorang yang bisa ia mintai tolong, tatapannya tertuju pada seseorang yang berdiri tidak jauh darinya, Jeffry. Ia mengajak Rania berjalan kembali kearah Jeffry

"Nia mau BAB"

"Iya, Wc dikamar dulu masih bisa dan bersih juga. Mau ditemanin?" Tanya Jeffry

"Iyaa, kamu gendong Rania kasihan dia nahan BAB harus naik tangga lagi" balas Ainun yang masih sedikit Jutek

Tanpa basa basi lagi Jeffry menggendong Rania menaiki tangga menuju kamar mandi ya ada dikamar mereka dulu

"Putri Rania sakit perut ya?" tanya Jeffry

Rania hanya membalas dengan anggukannya karena kebelet pengen BAB, suarnya terus bercucuran menahan sakit perut.

Ainun membuka kamar yang pernah ia tempati dulu, suasananya masih sama tidak ada yang berubah. Kamar itu masih tertata dengan rapi dan bersih.
Jeffry menurunkan Rania kemudian  Ainun menggandeng tangan Rania masuk ke kamar mandi. Ainun keluar kamar mandi menunggu Rania selesai BAB. ia berdiri tepat pintu kamar mandi dan matanya fokus melihat-lihat ujung keujung kamar ini, melihat beberapa pajangan estetik yang pernah ia pilih untuk ia taruh dikamar ini, pandangan terfokus pada foto yang ukuran 10R itu, foto pernikahan yang sengaja Ainun taruh diantara lukisan-lukisan itu, ia beralih menatap Jeffry yang duduk disofa kamar sambil memejamkan matanya

"Kenapa foto itu masih dipajang?" Tanya Ainun

"Gapapa, aku suka foto itu dan mama juga suka foto itu tetap dipajang dikamar ini" balas Jeffry

"Nanti Rania akan melihat foto itu dan akan bertanya kenapa kita bisa berfoto seperti itu, apa kamu bisa menjelaskan padanya apa yang sudah terjadi!?"

"Aku akan menjelaskan sebaik mungkin  yang bisa dia pahami"

"Ibu...." panggil Rania seakan memotong obrolan yang sudah mulai panas ini

"Terserah kamu, awas saja sampai menyakiti putriku! Aku tidak akan tinggal diam" sinis Ainun yang kemudian masuk kekamar mandi dan membantu Rania membersihkan kotorannya.

Terdengar suara pintu dibuka kemudian ditutup kembali, ia meyakini Jeffry sudah meninggalkan kamar ini
Rania dan Ainun keluar kamar mandi, dikamar ini sudah tidak ada Jeffry

"Ibu.. ayah kemana?" Tanya Rania. Ucapan Rania membuat Ainun kaget bukan main mendengar kata "ayah"

"Ayah siapa nak?"

"Ayah itu Om baik ibu"

"Siapa yang mengajari Rania menyebut Om baik dengan sebutan ayah? Kasih tau ibu sekarang" Amarah mulai terlihat dari raut wajah Ainun

Rania yang awalnya sumringah menjawab pertanyaan Ainuj sekarang terlihat takut mendengar kata tiap kata yang keluar dari mulut Ibunya

"Rrranniaaa iibuu.." balas Rania dengan grogi karena takut akan ibunya

"Ibu tidak percaya sama Rania, siapa yang mengajari Rania?"

Rania hanyaa diam mematung hanya air mata yang terus bercucuran dari mata kecil itu

"Rania jawab ibu!"

Tak berselang lama Jeffry kembali ke kamar ini dan melihat Rania yang menangis sesegukan sambil sementara Ainun diam dengan muka memerah menahan amarah yang ingin sekali dia keluarkan semua

"Kamu apakan Rania sampai menangis sesegukan seperti ini?" Tanya Jeffry pada Ainun. Kemudian dia memeluk Rania

Ainun keluar kamar dengan menyeka air matanya yang telanjur mengalir

"Ibuu..."panggil Rania tapi tak dapat respon apapun pada Ainun

Kini hanya Rania dan ayahnya yang ada dikamar ini

"Ada apa sayang? Kenapa ibu bisa semarah itu?"

Rania mulai menceritakan apa yang membuat ibunya marah dan pergi meninggalkannya, Jeffry menggendong Rania dan membawanya keluar kamar menyusul Ainun kebawah

Beruntung acara tahlilan ini selesai karena waktu sudah hampir malam
"Ada apa nak?" Tanya Dea ketika melihat Ainun yang menangis membereskan barang-barangnya

"Tidak apa-apa ibu. Ainun balik duluan kerumah"

"Rania dimana? Kenapa kamu dan Jeffry?" 

"Ada sama ayahnya" jawab Ainun yang kemudian beranjak pergi tanpa pamit pada keluarga lain

"Ainun jangan mengemudi kalau emosi sayang.."

Dea memanggil Ainun tapi tak ada sahutan apa-apa darinya "Ainuuunn...."

Iya keluar dari rumah ini dan masuk kedalam mobil dengan perasaan sakit menggebu-gebu tak ada satu orangpun yan benar-benar paham apa yang ia alami

Ainun: Apakabar JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang