MEMORI

151 5 0
                                    

Perjalanan sore ini ditemani kemacetan kota dengan suasana panas dari luar tapi tidak dengan suasana Ainun dan Jeffry sudah sedari Rania tidur mereka hanya diam membantu tanpa ada percakapan tak menunggu lama langit mengelurakan isinya berupa tetesan hujan yang semakin menambah dinginnya hubungan ini

memori-memori indah perlahan menguasai diri mereka membuka kembali kenangan indah saat mereka melewati hari yang panjang, kini semua berbeda ada tembok tinggi yang membatasi hubungan keduanya, tetapi tanpa mereka sadari ada jembatan kecil yang selalu akan jadi penghubung keduanya. Yah Rania malaikat kecil, pelipur lara, pelengakap kisah perjalanan mereka.

Takdir tak selalu terlihat buruk semua yang direncanakan sudah sesuai porsinya masing-masing, sama dengan perpisahan tidak ada yang menginginkan ini terjadi namun siapa yang bisa merubah takdir kecuali sang penciptanya itu sendiri

Sesekali sikecil mengigau kecil, berbicara apa yang ia lihat Jeffry tak tahan mencoba menengok kearah sampingnya melihat Ainun yang terbawa suasana dingin sehingga rasa kantukpun nyaris tak tertahankan perlahan rasa nyaman menyelimuti hati Jeffry ia teringat masa-masa manis yang dia lalui bersama mantan istrinya

Rasa rindu, bersalah, sedih berkecamuk hebat dalam dirinya cukuplah sudah penderitaannya selama 3 tahun ini, rasa ingin kembali pada keluarga ini tapi ada tembok tinggi yang bernama kebencian yang terlanjur Ainun bangun sehingga sangat sulut untuknya

"Maafkan aku Inun, Andai kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi" desisnya

Baru setengah perjelanan ponselnya berdering, pesan dari Stevani bahwa sang putra sedang dibawah kerumah sakit karena demamnya tinggi

Ia buru-buru menelpon Stevani dan bertanya keadaan Cleo "Van, Cleo gakpapa kan?"

"Gakpapa gimana? Demamnya tinggi Jeff, dia rindu kamu" balas Stevani sambil menangis jejerit

Ainun tak sepenuhnya tertidur ia mendengar semua percakapan ini yang semakin menambah rasa kebenciannya pada Jeffry, tidak dapat dipungkiri Jeffry sampai punya anak dari wanita selingkuhan itu, luka baru menambah luka lama yang belum seutuhnya sembuh itu

Apakah dia cemburu? Apa haknya cemburu? Ataukah perasaannya pada Jeffry masih ada? Semua hanya Ainun yang tahu bagaimana perasaannya

Setelah mendengar kabar dari Stevani rasa bersalah pun mulai menghantuinya, baru saja dia bersenang-senang dengan putrinya sekarang mendapat kabar tak enak dari sang putra.

Jeffry memang memilih tinggal sendiri di aparteman lamanya, ia dan Stevani memutuskan pisah ranjang sedari 4 bulan sebelum Ainun datang karena hubungan mereka sudah tidak sehat tetapi Jeffry sering menemui sang putra dan sesekali menginap kalau Stevani keluar dan tidak balik kerumah

Setelah tiba dihalaman rumah Ainun, Jeffry turun dan mengambil payung yang ada di bagasi mobil dan membuka pintu mobil agar Ainun keluar dengan aman. Baru sampai pintu teras rumah Rania terbangun dan melihat Om Baiknya itu berbalik badan dengan bakat terpendamnya dia menangis menjerit memanggil Jeffry "Om baik....."

Jeffry yang mendengar suara tangisan itu langsung menoleh kearah Rania yang sudah bangun dan masih ada digendongan Ainun ia menghampirinya

"Om baik..."

"Pelukkk" ucap Rania yang bermanja pada Jeffry

"Sayang, om baik harus pulang yah udah malam juga Rania harus bobok" ucap Ainun yang sembari menyulurkan tangannya meminta agar Rania kembali padanya

"Ibu... nia mau bobok sama om baik"

"Om baik tidak bisa sayang.." ucap Ainun

"Om baik bisa kok, ayo ibu kita masuk kedalam hujan semakin deras" potong Jeffry dengan menunggu respon apa yang akan Ainun berikan

"Raniaaaa.."

"Turun.." bentak Ainun dengan keras dan untuk pertama kalinya ia membentak Rania dan itu langsung dihadapan Jeffry

Rania yang kaget mendengar bentakan sang ibu langsung menangis berjerit dibahu Jeffry

"Bisa bicara dengan anak kecil dengan nada lenbut? dia ini masih kecil. Kamu sampai segitunya sama dia" bela Jeffry yang sudah seemosi itu sama Ainun

"Raniaaa...ibu bilang turun....TURUN!!"
Bentak Ainun tanpa mendengarkan perkataan Jeffry

Jeffry yang tak tahan melihat Rania dibentak ia meraih kunci pintu yang ada ditangan Ainun dan segera membuka pintu dan membawa Rania kedalam rumah dan membiarkan Ainun berdiri diteras

Ainun tersungkur begitu Jeffry meninggalkannya ia begitu menyesal dengan apa yang diperbuatnya, bulir air mata jatuh lagi pada malam penuh dingin ini, ia hanya terus menyesali tindakannya pada Rania, tak seharusnya ia membentaknya begitu

Sementara dikamar yang penuh hangat ini Jeffry terus menenangkan Rania

"Rania tidak marah sama ibu kan?"

"Ibu hanya tidak ingin Rania merepotkan om baik, padahal om baik bisa melakuakn apapun yang Rania minta" tutur Jeffry yang terus menghapur butir air mata yang keluar dari mata bulat kecil itu

"Om baik ibu mayah sama Nia ya?"

"Tidak sayang, ibu tidak marah ibu hanya capek saja makannya nada suara ibu agak tinggi...."

"Maafkan ibu ya, janji yah gak boleh marah sama ibu" sambung Jeffry sembari mengulurkan janji kelingkingnya sebagai pertanda harus menepati janji

"Iya om baik" balas Rania dan memberikan jari kelingkingnya dan kemudian menyilangkan dengan jari kelingking Jeffry

Ainun masuk kerumah dan berjalan menuju kamar, disampainya dalam kamar disana sudah ada Anak dan ayah yang sedang duduk menunggu kedatangannya

"Rani.." panggil Ainun

"Ibu.."

"Maafkan ibu ya sayang..."

"Iyaa ibu, nia minta maaf sama ibu, nia janji jadi anak yang baik"

Mereka berpelukan setelah itu Ainun mengajak Rania untuk mengganti pakaiannya sebelum tidur

"Om baik, tunggu disini ya nia mau ganti baju dulu"

Jeffry hanya tertawa melihat tingkahnya yang sudah ceria lagi 10 menit sudah Rania sudah dalam keadaan wangi parfum dan telon pertanda sudah siap makan malam kemudian tidur

"Om baik, Rania mau makan tapi harus disuapin om baik" tuturnya padahal pertama hanya minta ditemanin saat tidur

"Siap tuan putri Rania" balas Jeffry dengan semangat dan melupakan Cleo yang sedang sakit

Mereka bertiga menghampiri meja makan disana sudah ada masakan hangat yang baru saja dimasak, Dea sudah memasak makanan itu dan Ainun mengecek ponselnya dan melihat ada panggilan tak terjwab dan beberpa pesan dari sang ibu

"Ainun ibu izin keluar kota ada urusan mendedak tentang sengketa tanah dengan tante mey (saudara ayahnya) itu makanan mungkin sudah terlanjur dingin masukan lagi ke microwave kalau ada apa-apa telfon Jeffry nak, semua demi Rania. salam manis Ibu" begitulah isi pesan tersebut

Ainun buru-buru menaruh ponselnya dan menyendok makanan kesukaan Rania kemudian dia berikan pada Jeffry sesuai permintaan sikecil dia maunya disuapi Jeffry , Ainun baru ngeh disana ada pepes ikan makanan kesukaan Jeffry

Jeffry Fokus menyuapi Rania dan mendengar lagi ceritanya tentang kota Bern

Ainun mengambil satu piring lagi untuk Jeffry dan mengambilkan nasi dan pepes ikan kemudian menyendek lagi makanan untuk dirinya sendiri dan menikmati makan malamnya dengan perasaan tidak nyaman

Ainun: Apakabar JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang