Part 10.1

410 54 3
                                    

Di kursi penonton, melihat layar yang masih mati dan berdampingan bersama idolanya, Alex yang tidak ingin mengganggu penonton lain, juga duduk dengan tenang.

Menaruh gelas minum soda yang dia beli di konter tadi, Hoshino Ai mendekatkan kepalanya ke Alex dan berbisik.

"Entah kenapa menonton film di layar besar di ruangan gelap bersama banyak orang lain seperti ini, membuatmu deg-degan bukan, Alex-kun?"

".... Ya."

Alex menjawab dan mengangguk.

Jujur, dia sebenarnya juga deg-degan. Meskipun, deg-degan dengan alasan yang sama sekali berbeda dari idolanya.

Hoshino Ai bingung kenapa tampaknya Alex sedikit terganggu oleh sesuatu ketika dia mendekatkan dirinya. Dia ingin bertanya namun karena layar bioskop tiba-tiba menyala, dia pada akhirnya cuma bisa mengurungkan niat itu.

"Oh akhirnya," Hoshino Ai berkata, langsung kembali duduk.

Alex menghela nafas lega setelah Hoshino Ai menjauhkan wajahnya dari dirinya.

Dia kemudian memperbaiki posisi kacamatanya, menyandarkan dirinya di kursi, dan menatap layar juga.

Meskipun tidak kelihatan seperti itu, selain maniak idol, Alex sebenarnya juga sedikit maniak film.

Walau dia jarang menonton film di bioskop secara langsung seperti ini, dia tetap sering melakukannya ketika berada di apartemen melalui layar televisi.

Jadi, Alex diam-diam menantikannya dan berpikir untuk menikmati ini dengan baik.

.... Atau itulah yang ingin dia lakukan tadi.

Sayangnya, Alex sama sekali tidak bisa fokus sewaktu dia menonton film.

Tidak, dia tidak bisa fokus itu bukan karena filmnya sendiri yang jelek. Malahan, itu cukup bagus.

Penonton lain juga bukan alasannya, mereka semua tenang dan tidak ada yang menggangu Alex.

Masalahnya adalah Hoshino Ai, pacar idolnya sendiri.

Namun ... Tidak, karena Hoshino Ai sebenarnya juga cukup tenang saat menonton film, mengatakan kalau dia adalah masalahnya mungkin tidak tepat.

Sumber masalah yang sebenarnya ... mungkin adalah dirinya sendiri.

Alex melirik tangan Hoshino Ai yang berada di sampingnya ketika gadis itu terus fokus menonton film.

Awalnya, itu dimulai ketika Alex ingin menyandarkan tangannya ke gagang kursi. Tapi, karena kursi bioskop semuanya sangat berdekatan untuk menghemat tempat, jelas tangannya yang ingin bersandar tersebut langsung bersentuhan dengan tangan Hoshino Ai.

Idolanya tentu tidak mempermasalahkannya karena terlalu fokus menonton film, namun Alex tidak bisa tenang begitu saja.

Memang, pada kencan pertama mereka ke kebun binatang Hoshino Ai telah menggandeng tangannya tetapi pada saat itu Alex memakai jaket yang menutupi lengannya dan keduanya tidak bersentuhan secara langsung.

Jadi, Alex haus akan sentuhan lagi.

Di balik kacamata besar yang menutupi ekspresi wajahnya, Alex mulai meneteskan sedikit keringat.

Dia bertanya-tanya, apakah dia boleh untuk menyentuh tangan idolanya lagi?

Karena dia telah menjadi pacarnya dan keduanya bahkan sudah berciuman, skinship kecil seperti ini seharusnya diperbolehkan ... kan?

Tapi apa yang harus dia lakukan agar bisa bersentuhan tangan dengan idolanya lagi?

Menjatuhkan tangannya ke atas tangan Hoshino Ai dan berpura-pura kalau itu adalah ketidaksengajaan untuk kedua kalinya?

Tidak, kalau itu idolanya jelas sadar ada sesuatu yang aneh.

Berbohong ada sebuah nyamuk di tangannya dan menepuk itu?

Tidak, itu akan menarik terlalu banyak perhatian dan mengganggu jika dia menghasilkan suara saat menepuk ketika semua orang di sini sedang fokus menonton film. Apalagi, itu jelas akan menyakiti idolanya.

Kehabisan ide, Alex pada akhirnya memutuskan untuk menyerah.

Dia melirik Hoshino Ai yang ada di sampingnya dan merasa sangat tidak sopan.

Lagipula tujuan idolanya mengundang dia untuk menonton bioskop adalah untuk menikmati film bersama, bukan?

Alex malu karena telah memikirkan semua hal tak berguna ini.

Dia lalu memutuskan untuk menikmati film kembali seperti idolanya dan menaruh tangannya ke gagang kursi. Meskipun kali ini, dia lebih berhati-hati agar tidak melakukan sentuhan tak disengaja lagi.

Sementara itu, Hoshino Ai yang teralihkan dari film ketika memperhatikan bagaimana Alex menaruh tangannya secara hati-hati.

Dia tidak memikirkan hal yang persis sama seperti Alex tapi ... melihat tangannya yang berdekatan dengan tangan pria itu, Hoshino Ai tidak bisa menahan diri untuk tidak berpikir kalau adegan yang terjadi saat ini mirip dengan manga-manga romantis yang pernah dia baca dulu.

'Kalau di manga romantis itu ... bukankah ini waktunya protagonis dan pasangannya berpegangan tangan?'

Hoshino Ai berpikir seperti itu dan menyedot sodanya sebentar, sambil bertanya-tanya apakah dia harus berpegangan tangan dengan Alex seperti di manga romantis tersebut.

Dia lalu melirik Alex untuk mengecek ekspresinya dan menemukan kalau pria itu tetap tanpa ekspresi, menonton film dengan tenang seperti sebuah batu.

'Yah, seharusnya tidak apa-apa, kan?'

Hoshino Ai akhirnya memutuskan. Dia lalu mengangkat tangannya sendiri dan menaruh itu di atas tangan Alex.

Meskipun sayangnya, karena dia terlalu meremehkan apa itu "berpegangan tangan" yang sebenarnya ... Hoshino Ai, sekarang akan mendapat balasannya.

'E—Eh?' Hoshino Ai mulai menyadari keanehan.

Seperti memiliki sebuah kehidupan, jari-jarinya tiba-tiba menyelipkan diri mereka sendiri ke sela-sela tangan Alex dan menggenggam itu dengan erat.

Namun, karena genggaman itu terasa sangat ringan, gesekan antara jari-jarinya yang kecil dengan tangan Alex menciptakan sebuah getaran-getaran geli-menggelisahkan yang tidak bisa ditahan oleh siapapun.

Hoshino Ai mulai merasa dirinya bisa meleleh kapan saja. Tapi sayangnya, ini semua hanyalah sebuah awalan.

Setelah itu, dirinya juga menjadi berkeringat deras sampai ke telapak tangannya sendiri hingga membuat dia malu parah dan khawatir apakah Alex akan menyadari kalau genggamannya menjadi lengket.

Hoshino Ai menyerah dan ingin melepaskan genggamannya dari tangan Alex tetapi entah kenapa, seperti sebuah magnet yang telah disatukan, dia tidak bisa menarik tangannya kembali walau telah mengerahkan seluruh kekuatan.

Alex disisi lain. Karena dia telah memfokuskan dirinya untuk menonton film, dia tidak menyadari keanehan pada dirinya sendiri.

Hanya saja, ketika dia ingin menggerakkan tangannya sendiri karena merasa pegal, dia akhirnya sadar.

Tangan idolanya yang sangat ingin dia sentuh tadi, sekarang menggenggam punggung tangannya sendiri dengan erat seolah tak ingin melepaskannya.

"...."

Menahan gemetar, Alex lalu menoleh ke samping untuk melihat idolanya.

Hoshino Ai yang menyadari tatapan Alex, tentu ikutan menoleh dan kedua mata pasangan tersebut berhadapan.

Alex meneguk air liurnya sendiri.

Disinari oleh cahaya yang keluar dari layar film, wajah idolanya tersebut terlihat memerah, disampingi dengan sebuah kegugupan.

Hoshino Ai tidak bisa mengatakan apa-apa, mulutnya tak mengeluarkan suara. Yang cuma bisa dia lakukan hanyalah menjulurkan lidahnya, dan tertawa.

"Hehe."

"...."

Alex meledak.

My Girlfriend is An Idol! [Hoshino Ai x Male OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang