Hari pertama masuk sekolah setelah ujian penempatan kelas, suasana di CENDEKIA High School sangat ramai. Para siswa saling berdesakan di depan papan pengumuman mencari nama mereka.
Kavin menghampiri Adiv dan Gibran yang duduk diatas motor.
"Kalian masuk kelas berapa?""Gak tau, gak liat," Adiv memandang sejenak ke arah kerumunan itu.
"Lo pilih jurusan IPA kan?" Kavin menyikapkan kedua tangannya dan menyandarkan tubuhnya pada motor Adiv
Adiv menjawab dengan malas, "Sebenernya sih ogah masuk IPA, tapi mama gue maksa. Terpaksa lah."
"Gak papa Div, gue tetep bakal temenin lo kemanapun," Gibran menepuk bahu Adiv
"Gue mati, lo mau temenin?" goda Adiv.
Gibran menjawab sambil menyilangkan tangan, "Oh, jelas gak bisa brader. Lo mati pake peti, kalo gue pake kain putih."
"Yang jelas gue mati dalam keadaan ganteng," ujar Adiv penuh percaya diri dengan menyisir rambutnya kebelakang.
Kavin dan Gibran pun tertawa bersama. "Ganteng-ganteng jomblo!" celetuk Kavin sambil tersenyum.
"Jomblo-jomblo gini banyak yang ngantri gue"
"Ngantri buat nagihin hutang lo yang ada," sahut Gibran dengan santainya
"Diem lo Gir ban"
"Yee sekate-kate lo manggil gue Gir ban," Gibran mengerucutkan mulutnya.
Bel berbunyi.
"Bjirr, udah bunyi aja tuh bel. Mana belom tau kelas gue yang mana," keluh Gibran menoleh ke arah papan pengumuman yang masih ramai.
"Gue masuk kelas 11 IPA-1," ujar Kavin, lalu pergi.
"Gue IPA-3," Adiv tersenyum smirk, lalu pergi mengikuti langkah Kavin.
"LO TAU DARI MANA NJENGG!!" teriak Gibran. Adiv mengangkat handphone yang ada ditangannya.
"DASAR ANAK SETAN!" teriak Gibran membuat beberapa siswa kini melihatnya.
"BUKAN, GUE ANAK BAPA!" sahut Adiv dari kejauhan.
"Gue jadi tukang jagain motor aja ya?" protes Gibran sambil memijat betisnya.
💗💗💗
Setelah kegiatan di kelas selesai, ketiganya duduk bersama di kantin sekolah. Kavin menawarkan air minum kepada mereka.
"Capek banget abis mindahin bangku," keluh Adiv.
"Orang yang mindahin bangku lo aja gue," gumam Gibran sambil memijat betisnya.
Kavin menyodorkan botol yang berisi air. "Gimana kelas kalian? Nyaman?"
"Gak nyaman! Penuh dengan binatang satwa," komentar Adiv sambil mengambil handphone dari sakunya.
"Bilangin kepsek dong, kalau kita pengen nambah ac dalem kelas," bujuk Gibran, mendekatkan dirinya pada Kavin. Kavin adalah anak dari kepala sekolah. Wajar, jika dirinya adalah orang yang paling bijaksana diantara kedua temannya."Kan emang perkelas udah disediain satu," balas Kavin, lalu meneguk minumannya
"Gerah brader. Musim panas."
"Lagian lo ngapain ngikut masuk kelas gue," kata Adiv sembari memainkan game di handphone-nya.
"Bukannya lo gak bisa hidup tanpa seorang Gibran?" Gibran mengangkat kedua alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVTY
Teen FictionAdiv adalah pemuda tampan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Hidupnya sederhana bersama keluarganya, hingga ia bertemu Aurora, gadis cantik dan anggun yang merupakan pewaris tunggal Grup Habel, perusahaan besar yang sedang sukses. Saat mereka sal...