Rara melihat pantulan dirinya di depan cermin. Seragam sekolah sudah melekat ditubuhnya, dengan rambut yang dikuncir kuda. Meskipun hanya menggunakan sedikit make up, Rara terlihat begitu cantik. Ia sudah siap untuk memulai hari yang sangat penting ini.
Rara membuka pintu kamarnya dan langsung disambut oleh dua penjaga yang senantiasa berjaga di depan kamarnya.
"Selamat pagi, nona!" sapa kedua penjaga itu.
Rara berjalan menuruni anak tangga, "Pagi sayang!" sapa Naya yang datang ke arah Rara.
Naya melihat Rara yang tersenyum lebar, menandakan kalau dirinya sedang bahagia.
"Bun, gimana penampilan Rara?" Rara memutar tubuhnya.
Naya mengacungkan kedua ibu jarinya"Perfect". Rara kembali tersenyum,
"Anak bunda emang gak ada tandingannya" imbuh Naya."Rara sarapan sama apa hari ini?"
"Lihat sini, Bunda udah nyiapin makanan kesukaan kamu," Naya mengajak Rara menuju meja makan.
Mata Rara berbinar ketika melihat pancake chocolate dan terdapat beberapa potongan strawberry di sampingnya.
"Waw chocolate!" seru Rara
"Tumben Bunda kasih Rara makan chocolate pagi-pagi?" tanya Rara yang baru saja duduk di kursi makan.
"Sekarang kan hari istimewa buat kamu," Rara mulai memakan sarapannya tanpa menghiraukan apapun.
Handphone Rara berdering. Terpampang nama Daddy Rara.
Rara menjawab video call tersebut.
"Cantiknya putriku," ungkap Aden di layar handphone saat melihat Rara yang mempamerkan seragamnya."Iya dong, kan putri kesayangan Daddy," senyum Rara terlihat sangat bahagia.
"Udah sarapan belom?"
Rara mengangguk "Bunda bikinin Rara pancanke chocolate enak Dad!"
"Pinter sekali yaa istri Daddy," Naya yang berada di sebelah Rara tersipu malu, mendengar kalimat itu.
"Rara dengerin Daddy," kata Aden yang dibalas anggukan Rara. Perasaan Naya mulai tak nyaman.
"Kamu sekolah jangan main-main, harus masuk universitas terbaik. Kamu harus bisa menggantikan kakak kamu dan menjadi diri kamu sendiri. Intinya Daddy mau kamu bisa menggantikan peran kakak kamu tanpa mengganggu peranmu sendiri". Tertekan, yang dirasakan Rara saat mendengar kalimat yang paling ia benci, yaitu dituntut untuk menjadi sempurna.
Naya mengerti perasaan yang dialami Rara,
"Rara harus berangkat sekarang, nanti takut telat," ujar Naya mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan."Ingat pesan Daddy tadi! Sekarang berangkat dulu, hati-hati dijalan," setelah Aden mengatakan itu, Rara langsung mematikan handphonenya.
💗💗💗
"Hiya!" Gibran berniat membuat Kavin kaget tapi, usahanya tak berbuah hasil. Kavin hanya menatap Gibran datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVTY
Teen FictionAdiv adalah pemuda tampan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Hidupnya sederhana bersama keluarganya, hingga ia bertemu Aurora, gadis cantik dan anggun yang merupakan pewaris tunggal Grup Habel, perusahaan besar yang sedang sukses. Saat mereka sal...