"Jangan main-main sama Aurora! Atau gue eliminasi lo dari bumi!"
-Adivty-Plakk!
Suatu tamparan keras dengan cepat mendarat di pipi mulus Monica. Serentak, mata semua orang di sekitar melebar kaget, beberapa bahkan menutup mulut mereka dengan tangan, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Tidak disangka, tamparan itu datang dari tangan Rara. Monica, yang begitu marah, langsung meraih kotak makan milik Rara untuk memukulnya. Namun, dengan cepat Adiv menyambar kotak tersebut dan dengan kasar melemparkannya ke lantai, hingga kotak itu pecah.
Mata Monica tak bisa berbohong, terpancar rasa sakit hati yang mendalam saat Adiv lebih memilih membela Rara dari pada dirinya.
"Gue peringatin lo sekali lagi! Jangan pernah mengusik kehidupan gue!" ucap Adiv dengan menekan kan suaranya di setiap kata.
Adiv menarik tangan Rara membawanya pergi dari kerumunan, tapi Rara menolaknya. Ia mendekatkan dirinya pada Monica yang masih terpaku di sana.
"Bukan gue yang ngejar dia, kalau lo mau ambil aja!" bisik Rara di telinga Monica sebelum pergi.
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Dengan segera, semua murid berhamburan keluar kelas untuk pulang.
"Div, latihan basket?" ajak Gibran yang sedang memasukkan buku dalam lokernya.
"Libur dulu, gue masih ada urusan," tolak Adiv, lalu pergi dengan terburu-buru.
"Pasti gara-gara kuntilanak tadi," gumam Gibran.
Adiv menunggu Rara di depan kelasnya. Beberapa murid sudah banyak yang keluar, tapi Rara masih membaca buku dengan serius di mejanya.
"Cari Rara, Div?" tanya Windy yang baru saja keluar kelas dengan menggendong tasnya.
Adiv menganggukkan kepalanya. "Dia ada seleksi Bahasa asing hari ini. Kayaknya bakal pulang telat," terang Windy.
"Makasih, Win," kata Adiv sebelum Windy pamit pulang.
Adiv memutuskan untuk menunggu di depan kelas agar tidak mengganggu Rara yang sedang asyik membaca bukunya. Tak berapa lama kemudian, seorang siswa menghampiri Rara.
"Ra, sekarang giliran lo," ucap siswa itu.
Rara langsung bergegas menuju ruangan seleksi, dan di saat yang sama, ia baru saja mengetahui keberadaan Adiv di depan kelasnya. Rara hanya menatap Adiv sejenak, lalu melewatinya begitu saja.
"Ra, gue nungguin lo," kata Adiv membuat Rara menghentikan langkahnya.
"Gue gak nyuruh lo ngelakuin itu," balas Rara sebelum dirinya pergi meninggalkan Adiv.
Selesai dari seleksinya, Rara langsung pergi menuju kelas. Ia hendak mengambil tasnya, lalu pulang. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Adiv yang tertidur di bangku di depan kelas Rara. Terlihat dari wajah Adiv kalau ia sangat lelah.
Adiv mengerjapkan matanya, tanda bahwa ia baru saja terbangun dari tidurnya. Sekolah sudah hampir sepi, terdengar hanya sedikit riuh rendah dari beberapa murid yang masih ada di ruangan, sibuk menyelesaikan seleksi.
Adiv menemukan sticky note kecil berwarna pink yang bertuliskan,
Pulanglah! Istirahat!
DON'T ARGUE! 😾Adiv tersenyum saat membaca tulisan itu, ia tau pasti kalau itu adalah pemberian Rara. "Siapa yang akan takut dengan kucing lucu seperti ini," gumamnya.
💗💗💗
Langit sudah gelap. Adiv baru saja pulang, karena hari ini kafe tempatnya bekerja sangat ramai, sehingga membuatnya terlambat pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVTY
Teen FictionAdiv adalah pemuda tampan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Hidupnya sederhana bersama keluarganya, hingga ia bertemu Aurora, gadis cantik dan anggun yang merupakan pewaris tunggal Grup Habel, perusahaan besar yang sedang sukses. Saat mereka sal...