Adiv dan Gibran tercengang melihat gadis cantik itu, hingga mereka lupa kalau Rara sudah telat.
"Cakep amat," gumam Gibran tanpa mengalihkan pandangannya dari Rara. Tanpa disadari Adiv pun menganggukkan kepalanya.
Sesaat Adiv dan Gibran sadar kalau Rara telat, mereka berdua langsung menghadang langkah Rara.
"Eits! Lo telat, Neng!" Adiv merentangkan tangannya di depan Rara.
Rara menatap Adiv dengan wajah datar, "Trus?"
"Kurang ajar juga nih bocah, dari kelas mana lo?" tanya Gibran, menaikkan dagunya.
Kavin datang bersama Zee, "Ada apa?" tanya Kavin. Ia melihat ada siswi yang terlambat. 'Kayaknya dia siswi baru yang dimaksud papa,' batin Kavin saat melihat Rara yang belum memiliki name tag.
"Nah, ini dia ketos kita, nih bocah telat mau diapain brader?" lapor Gibran.
"Zee, tolong antar dia ke kelas," perintah Kavin langsung dibalas dengan anggukan.
"Woy! mana bisa gitu?" protes Adiv tak terima.
"Shutt! Anak baru".
💗💗💗
"Lo bisa duduk disebelah gue, bangkunya kosong," Zee mempersilahkan Rara duduk disebelahnya.
Rara terseyum lalu, menaruh tasnya dan duduk. Zee menyeret kursinya mendekat pada Rara, "Kenalin, gue Zee" tangan Zee terulur bersalaman dengan tangan Rara, "Gue Aurora".
"Lo tau gak? Tadi cowok yang nyuruh lo masuk itu pacar gue, namanya Kavin" mulai berbau sifat kebucinan.
Rara mencoba mengingat, "Gue lupa yang mana".
"Hai! Kenalin nama gue Windy, siswi jurnalis berhati manis," ucap siswi berkacamata yang datang ke meja Rara.
"Gue Aurora," jawab Rara singkat. Ia mengeluarkan buku dari dalam tasnya.
"Wow! Gelang ini edisi terbatas. Lo dapet darimana?" Windy melihat gelang yang ada di pergelangan tangan Rara, gelang kecil dengan sedikit hiasan benbentuk kupu-kupu itu memang sangat menarik.
"Ini hadiah ulang tahun gue dari bunda, setahun yang lalu," mendengar jawaban dari Rara, Zee dan Windy ber-oh ria.
"Dia ketua jurnalis sekolah disini, makanya update." terang Zee yang berada disamping Rara.
"Lo bisa bergabung di klub gue kalau mau?" tawar Windy.
"Atau lo mungkin mau gabung di klub musik, bareng gue," Zee ikut menawarkan pada Rara.
"Emang penting?" pertanyaan Rara barusan membuat Zee dan Windy saling bertatapan.
💗💗💗
Jam istirahat tiba.
"Siapa cewek cakep itu, Vin?" tanya Gibran sambil menyodorkan sendok yang berisi pentol ke dalam mulutnya.
"Siapa? Aurora?"
"Oh, nama nya Aurora," ujar Gibran yang hendak memasukkan pentolnya. Entah darimana datangnya Adiv langsung menyambar sendok yang hampir masuk ke mulut Gibran.
"Pentol gue ege!" protes Gibran saat melihat Adiv langsung menyantap makanannya.
"Gue lapar banget, lo pesen lagi kek!" Adiv menyodorkan uang seratus ribu di meja.
"Wih banyak duit nih, pinjem dong!" ujar Kavin yang sedang makan di depan Adiv.
"Lo kaya bangzat! Ngapain minjem uang ke gue," Adiv tetap memakan bakso yang ia rampas dari Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVTY
Teen FictionAdiv adalah pemuda tampan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Hidupnya sederhana bersama keluarganya, hingga ia bertemu Aurora, gadis cantik dan anggun yang merupakan pewaris tunggal Grup Habel, perusahaan besar yang sedang sukses. Saat mereka sal...