"Jangan natap gue kayak gitu, atau gue akan cium lo sampe pingsan."
-Adivty-"Nunggu jemputan, Ra?" tanya Adiv ketika lewat di depan Rara yang sedang duduk di koridor, tentunya sambil membaca buku.
"Lo gak pulang?" tanya Rara saat Adiv ikut duduk di sampingnya.
"Pulang, tapi masih pengen liat lo."
"Gombal."
"Engga gombal, beneran!"
Rara hanya tersenyum kecil.
Adiv selalu terpesona saat memperhatikan Rara, yang memiliki rahasia tersendiri yang membuatnya tak bisa berhenti memikirkannya.
Rara menoleh ke arah Adiv, dan menemukan bahwa Adiv telah memandanginya sejak tadi. Mata mereka bertemu dalam jarak dekat, membuat jantung Rara berdebar lebih cepat dari biasanya. Entah mengapa, meskipun Rara sering menatap mata Adiv sebelumnya, kali ini terasa berbeda, seolah ada yang merasuki dan menggetarkan hatinya.
"Jangan natap gue kayak gitu, atau gue akan cium lo sampe pingsan," bisik Adiv yang terdengar seperti menggoda.
Dengan cepat, Rara mengalihkan tatapannya. "Langitnya indah," kata Rara, ia berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan.
Adiv melirik langit biru dengan ekspresi santai. "Ya, tapi gak seindah lo."
Rara mengernyitkan dahi, mencoba menahan senyumnya. "Lo cocok banget sama pujian lebay kayak gitu."
"Gue cuma ngomong yang sebenarnya."
Rara terdiam, ia masih menyembunyikan senyumnya.
"Oh, maaf. Gue lupa kalau lo punya 'armor' yang keras," Adiv menjawab dengan santai.
Rara menyipitkan mata. "Armor?"
Adiv tersenyum lebar. "Lo selalu menghadapi segala sesuatu dengan kepala dingin dan hati yang kuat. Itu 'armor'-lo."
"Lo pinter juga ya? Siapa yang ngajarin lo metaforis?"
Adiv mengangkat bahu. "Gue cuma mencoba hibur lo, Ra."
"Cara menghibur lo aneh," kata Rara dengan canda di matanya.
💗💗💗
"Permisi, Nona. Saya menerima laporan dari Panti bahwa di sana sedang kekurangan guru pengajar," kata Tio bodyguard pribadi Rara.
Setelah mendengar laporan dari Tio, Rara menghentikan kegiatannya menulis pelajaran. Dia berhenti sejenak, memikirkan kembali informasi yang baru saja didengarnya.
"Bukannya Nala ngajar di sana?"
"Dari dua minggu yang lalu, dia sudah tidak pernah ke Panti lagi, Nona."
"Kemana dia? Panggil ibunya, suruh temuin gue setelah makan malam."
"Baik, Nona."
Tak lama kemudian, Naya datang mengajak Rara untuk makan malam.
"Nak, malam ini kita makan bersama keluarga Ava. Kamu cepat siap-siap! Bunda tunggu kamu dibawah."
Setelah Naya keluar dari kamar Rara, ia segera mengganti bajunya. Rara tidak mungkin bertemu dengan keluarga Ava hanya mengenakan baju tidur, karena itu terlihat tidak sopan.
"Rara mana, Bun?" tanya Ava yang sudah berada di meja makan bersama Ayah dan Ibunya.
"Masih ganti baju, sebentar lagi turun," jawab Naya.
Selang beberapa menit. Rara turun dari tangga menuju meja makan, ia terlihat cantik dengan menggunakan blouse pink pendek, dipadukan dengan rok putih tulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVTY
Teen FictionAdiv adalah pemuda tampan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Hidupnya sederhana bersama keluarganya, hingga ia bertemu Aurora, gadis cantik dan anggun yang merupakan pewaris tunggal Grup Habel, perusahaan besar yang sedang sukses. Saat mereka sal...