vi. menyembunyikan selendang

90 5 1
                                    

"Ada apa sih, Bu?" tanya Tanjung.

"Tanjung, kenapa dia pakai baju kamu? Memangnya dia ngga punya baju?" Ibu resah, karena perempuan yang dibawa anaknya itu mengenakan baju anaknya. "kamu ngga melakukan sesuatu dosa sama dia kan? Rambutnya basah, tubuhnya lemas, mukanya juga kelihatan pucat."

"Haduh ibu, Tanjung tidak melakukan macam-macam. Dia itu seorang bidadari dari kayangan," jawab anaknya. Dia langsung saja jujur bahwa Mayang adalah seorang bidadari, daripada ibunya terus berprasangka yang tidak-tidak kepadanya.

"Apa? Dia itu... Bidadari?" Lagi-lagi, anaknya membuat ibunya terkejut. Hari ini baginya seperti benar-benar berada di dalam mimpi.

Tanjung mengangguk santai.

"Pantas dia kelihatan cantik seperti bidadari!"

"Iya, bidadari itu emang cantik," kata Tanjung mengulang. "udah, sekarang, ibu tolong ambilin bantal sama selimut. Biarkan dia tidur di sini."

"Dia mau tidur di sini? Kalau dia mau nginap kamu harus bilang dulu ke pak RT!" ujar Ibu.

Waduh, ibunya dikejutkan lagi. Dasar Tanjung!

"Iya, iya, besok pagi saya akan lapor ke pak RT. Kalau sekarang sudah malam, takut menganggu."

Ibunya hanya menurut. Benar juga, sekarang sudah malam. Dan di luar kelihatan mendung. Sebentar lagi akan hujan besar seperti kemarin.

Kini, Tanjung dan ibunya pun mengambilkan bantal dan selimut untuk Mayang yang ternyata sudah ketiduran di bangku.

Tanjung akan mengangkat kepala Mayang, agar bidadari itu tidur dengan bantal, tetapi keburu dihalangi oleh ibunya.

"Tanjung, sekarang kamu masuk saja ke kamar. Kamu jangan sentuh dia. Biar ibu saja yang memberikannya bantal dan selimut," kata ibu.

"Yaelah ibu, sama anak sendiri aja curiga." Tanjung kecewa. Padahal, dia cuma mau memberikan Mayang bantal. Huh.

"Sudah cepet kamu masuk ke dalam," suruh ibu lagi.

Tanjung pun pergi ke kamar dengan sangat sebal. "Iya, iya."

Ibu lalu memakaikan Mayang selimut. Setelahnya, beliau menatap wajah yang sudah tertidur pulas itu dengan saksama.

"Ini orang atau bukan ya? Cantik sekali. Apa benar yang dibilang Tanjung kalau dia ini adalah bidadari? Memangnya bidadari itu benaran ada? Bukannya bidadari itu hanya ada di buku dongeng saja?" gumamnya. Entahlah, dia sudah pusing sekali dengan kejadian-kejadian yang baru saja terjadi.

Sedangkan Tanjung di kamar langsung mengeluarkan selendang milik Mayang yang dari tadi dia sembunyikan di belakang kausnya. Dia menutup pintu kamar supaya tidak ada yang tiba-tiba melihat selendang itu.

"Jahat sekali aku mengambil selendang milik Mayang, sehingga dia tidak bisa pulang. Harus kah aku mengembalikan ini?" gumam Tanjung, bimbang. Dia sedikit merasa bersalah.

Dia pun memikirkan lagi. "Ngga! Aku ngga mau Mayang pergi. Gadis itu istimewa. Hanya dia yang mampu membuat hatiku bergetar. Jantungku berdebar-debar. Huh. Belum pernah aku menemukan gadis seperti dia. Aku yakin, Mayang adalah calon istriku!"

Dia merasa bahwa Mayang memang sudah ditakdirkan untuk dimilikinya. Terbukti ketika dia menemukan gadis itu lewat jalur burung merpati. Ya. Dia yakin, Mayang adalah miliknya! Hanya miliknya!

"Tapi .. di mana harus aku sembunyikan selendang ini agar tidak ketahuan ibu dan Mayang?"

Matanya pun melihat ke dus di atas lemari. Ya. Ibu tidak mungkin mengambil dus itu, karena tinggi sekali. Biasanya ibu selalu meminta bantuannya apabila mau mengambil barang yang tinggi.

Di dalam dus tersebut, terdapat kotak bekas sarung. Tanjung pun menaruh selendang Mayang di sana. Dia yakin, tidak ada seorang pun yang dapat mengobrak-abrik dus itu dan mengambil selendangnya.[]





Selendang Mayang ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang