3. Post Memory Vene

1 0 0
                                    

Krieeeettt

Decitan pintu kayu terdengar lantang di ruangan yang gelap itu. Dua sosok pria berpostur tubuh lumayan tinggi melangkah masuk kedalam ruangan yang remang.

Derap langkah mereka menggema. Perlahan namun pasti keduanya terus melangkah hingga mencapai bagian ruangan yang disorot oleh beberapa cahaya hijau dari sebuah tabung silinder raksasa yang menjulang tinggi.

"Ah, kalian."

Suara bass hangat menyambut kehadiran kedua pria itu yang kini terlihat wajah mereka.

"Tuan Presiden dan ajudannya." Sambung sang suara.

"Kupikir kau sudah membaca pesanku...." Ketus sang presiden yang menatap kosong kearah pemilik suara yang merupakan sosok pria bersurai coklat klimis yang kini tersenyum manis kearah mereka.

"Tenanglah Tuan Presiden, aku tahu pikiranmu sekarang dipenuhi oleh kecemasan."

"Aku tak butuh basa basi, aku butuh informasi, pastur sialan!"

Pria yang dipanggil 'pastur' itu hanya tertawa oleh betapa kerasnya sifat sang presiden saat ini. Ia memahami betul apa yang dicemaskan sang presiden.

"Kau benar-benar ingin mengetahui pemilik Abyssal Vene itu bukan?" Tebak si pastur yang kini memainkan sebuah gelas beaker berisi cairan aneh berwarna merah pekat.

"Ya, katakan!"

"Dia adalah putra salah satu mantan ajudan ayahmu dulu."

Ucapan pria itu sukses membuat sang presiden membulatkan matanya.

"Putra Gatot?" Tanya nya yang dibalas dengan anggukan.

"Cukup mengejutkan bukan?" Pria itu tersenyum licik.

"Dan yang lebih mengejutkan, dia membentuk kelompok pengguna Kristal Vene yang akan menghancurkan rencanamu."

"Diam!"

Suara sang presiden menggema sangat kuat di ruangan tersebut. Amarah yang ia pendam kini menimbulkan sebuah sisik merah aneh di tangannya.

Sang ajudan yang setia berdiri disampingnya pun mulai panik menatap sisik merah aneh muncul dari tubuh sang presiden.

"Chris.....kami mohon bantuanmu untuk mengatasi orang-orang ini." Ucap sang ajudan yang mulai meneteskan keringat dingin.

"Apa imbalannya?"

Bruaaakkk

Sang presiden yang berada diambang batas kesabarannya pun melemparkan sebuah kursi yang ada didekatnya kearah tembok, menghancurkan benda tersebut menjadi berkeping-keping.

Sementara pastur tersebut hanya menatap sifat sang presiden dengan tatapan kosong nan tenang. Sesekali lengannya menyingsing debu yang menempel di baju lab nya.

"Baiklah, aku tahu kau sangat marah. Tapi ingat kontrak kita...." Ia berdiri dari kursinya, berjalan menghampiri sang presiden dan nada ucapannya menjadi jauh lebih licik.

"Kebangkitan Eos adalah bagian dari rencanaku.....dan roh naga akan menjadi milikmu."

"Itu kesepakatan kita....."

Fate of Nostrallion

"Past Memory Vene?"

"Ya, penyakit yang dirasakan hampir semua pemilik Kristal Vene." Jelas Ruby sembari menghela nafas.

"Sebenarnya mbak kurang terlalu paham akan penyakit ini, yang benar-benar memahaminya adalah Bang Rizal."

Fate of NostrallionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang