Minggu, 17 April 2034
12:35
Gedung Sistem Pertahanan Leinzu, Kota Leinzu"Heh, kupikir kau akan terlambat lagi, Ahlan." Ejek seorang wanita yang berdiri di puncak gedung yang setengah rusak itu.
"Ohh, Yosi...." Pria dengan surai gondrong yang dipanggilnya barusan hanya menatapnya dengan tenang.
Sang wanita yang dipanggil Yosi itu menunjukkan senyum miringnya, menyadari betapa tenangnya orang yang selalu ia ganggu tersebut.
"Ekspresimu selalu membosankan." Komennya.
"Ya, karena aku bukan Mika yang mudah adu mulut denganmu saat kau mengejeknya." Jelas Ahlan.
"Heh, aku jadi kangen berdebat dengannya~"
"Sudahlah, kita sedang dalam kondisi serius saat ini."
Ahlan merogoh sakunya dan mengeluarkan sebungkus rokok. Tangannya mengambil sebatang dan kemudian ia nyalakan dengan korek api besi yang memiliki ukiran hiu di sisinya.
"Berikan padaku satu." Pinta Yosi kemudian Ahlan melemparkan bungkusan rokok beserta korek miliknya.
Yosi yang menangkapnya pun melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan pria itu, menyesap sebatang rokok yang telah ia nyalakan sebelum melepaskan kepulan asap ke udara.
"Kau selalu punya selera yang bagus soal rokok." Puji Yosi lalu membaca merk rokok milik Ahlan itu.
"Faze Purple ya." Ejanya saat membaca nama brand tersebut.
"Aku biasanya menggunakan rokok itu, rasanya memang cukup ringan." Ucapnya.
"Kapan pertama kali kau mengenal jenis rokok ini?"
"Saat aku di Paradisio."
Yosi pun ber'oh'ria dan mengangguk. "Saat kau mendapat tugas menyamar itu ya?"
Ahlan mengangguk dan melepaskan kepulan asap dari mulutnya sekali lagi.
"Aku jadi teringat salah satu sahabat lamaku yang ada disana....." Celetuk Ahlan dengan nada pelan. Yosi pun menautkan sebelah alisnya kearah perubahan nada bicara pria itu.
"Siapa?" Tanyanya penasaran.
"Fauzan. Dia laki-laki yang baik dan sedikit......bucin." Jelas pria gondrong itu.
"Bucin?"
"Ya. Jadi dia menyukai salah satu gadis bernama Desi. Hampir setiap hari aku melihat keduanya menempel seperti magnet."
"Sayang keduanya telah tiada semenjak kejadian itu."
Yosi hanya mendengus pelan mendengar penjelasan Ahlan, kemudian sebuah pikiran terlintas di benaknya.
"Kau yakin keduanya tewas?" Tanyanya membuat Ahlan menoleh.
"Sangat yakin. Manusia mana yang akan selamat dari bombardir besar-besaran seperti itu." Tuturnya.
"Benar sih.....tapi kan....."
"Oi kalian, bagaimana keadaan disini?" Terlihat sosok Danang muncul dari tangga yang langsung menuju kearah atap gedung itu.
Keduanya menoleh kearah pria dengan setelan khas nya, kemeja biru tua serta rompi kelabu.
"Sudah bersih, tak ada musuh lagi yang tersisa." Lapor Yosi.
"Tak ada jejak dari kehadiran Rizal?"
"Tak ada sama sekali."
"Artinya dia benar-benar meninggalkan gedung ini dan menugaskan mereka yang telah berubah menjadi monster untuk bekerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate of Nostrallion
FantasíaKalau berbicara tentang takdir, baik manusia maupun roh tak dapat menjawabnya. Sebuah misteri alam yang selalu dipertanyakan oleh semua kalangan. Fauzan merupakan salah satunya. Masa lalunya yang kelam saat hidup di desa terpencil pulau Paradisio me...