8. Dorsechutte

2 0 0
                                    

Braakkk

"MAAF BOS SAYA AGAK TERLAMBAT!!" Pekik Shafa setelah membanting pintu kayu tersebut tanpa merasa bersalah.

"Ya ampun Shafa, bisakah kau tak teriak-teriak seperti itu? Dan jangan membanting pintu, itu akan membuatnya cepat rusak." Keluh Akbar yang kini mengucek matanya.

Shafa pun memutar bola matanya, ke kanan dan ke kiri. Ia pun menyadari hanya ada Akbar dan dirinya di ruangan itu.

"Ehh, bos belum datang?" Tanya Shafa. "Menurutmu?" Akbar bangkit dari sofa, melakukan sedikit peregangan sebelum kembali duduk di sofa itu.

"Kau seperti tak tahu kebiasaan bos kita saja." Celetuk Akbar sambil menguap. Shafa pun menghela nafas kemudian berjalan menuju sofa kosong yang ada dihadapan Akbar.

"Eba gimana?" Tanya Akbar singkat. "Sudah lebih baik, kemungkinan nanti sore dia akan bergabung dengan kita."

Terdengar suara decitan pintu dari arah dimana Shafa datang. Namun bukannya orang yang mereka tunggu, justru sosok Reyhan yang muncul.

"Maaf aku terlambat." Ucapnya.

"Tidak, kau lebih awal daripada bos kita." Sahut Akbar yang kemudian memutuskan untuk pergi ke dapur, entah membuat secangkir kopi atau sekedar mengambil sekaleng biskuit.

Reyhan yang menatap kepergian Akbar pun kini terpaut pada sosok Shafa yang menatapnya lugu.

"Gimana Eba?" Dan dia pun menanyakan pertanyaan yang sama dengan yang ditanyakan Akbar sebelumnya.

"Lebih baik." Jawab Shafa, kali ini lebih singkat. "Kalau Nanda?"

"Masih belum sadar." Jawab Reyhan kemudian menghela nafas pelan. Ia pun memilih duduk di sofa tempat Akbar duduk sebelumnya.

"Kau tahu Reyhan, roh aneh yang kuhadapi tadi pagi benar-benar merepotkan...." Keluh Shafa.

"Ohh ya? Kupikir Spirit Artifact milikmu mampu dengan mudah menghabisi para roh dari belakang."

"Aku tahu, tapi kau bisa lihat sendiri kita menghadapi roh aneh yang sama."

"Maksudku, roh dengan kekuatan es itu benar-benar merepotkan. Mereka dapat dengan mudah membekukan udara sekitar yang membuat kemampuan Spirit Artifact ku menjadi tak berguna."

Reyhan hanya terdiam atas penuturan Shafa. Ia sejenak lupa bahwasanya mereka punya beberapa masalah yang belum terselesaikan.

Salah satunya adalah penyelidikan terhadap jenis roh yang mereka hadapi semenjak kehancuran stasiun tersebut.

"Shafa!!! Bisakah kau membantuku disini!!" Terdengar suara bariton Akbar yang melengking dari arah dapur. "Sebentar, aku kesana!" Jawab Shafa kemudian bergegas menuju dapur, meninggalkan Reyhan yang kini terbenam dalam pikirannya.

Penyelidikan kasus stasiun.

Penyelidikan Kota Rosalvynna.

Mengungkap identitas asli kelompok misterius yang menjadi masalah dari berbagai teror beberapa bulan terakhir.

Membantu Pastur Chris dalam rencananya.

Setelah dipikir-pikir lagi, ada banyak hal yang memang belum diselesaikan oleh Reyhan saat ini.

"Ya tuhan...." Gumamnya sembari mengadahkan kepalanya pada bantalan sofa, menghadap keatas tanpa alasan.

Kriiiiinngg

Beruntungnya, sebelum ia kembali melayang pada pikirannya, ponselnya berdering. Reyhan pun reflek duduk pada posisi semula, merogoh ponselnya kemudian menatap pada layar ponselnya agar mengetahui siapa yang ingin menelponnya saat ini.

Fate of NostrallionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang