Ahmad Dahlan yang Panas

41 4 0
                                    

Sunyi mewarnai hari, deru napasku memburu mengikuti irama mobil merah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sunyi mewarnai hari, deru napasku memburu mengikuti irama mobil merah itu. Keringat ku menghujan mebasahi pipi. Namun, yang kulakukan hanya diam, sambil meratapi hari. Dengan lusuh aku berjalan menyusuri sepanjang jalan Ahmad Dahlan yang terik ini dengan segenap emosi. Ku kepal kan tanganku hingga buku - buku tanganku memutih, ku isap oksigen dengan brutal sakan - akan aku tak kan menghirupnya lagi. Bulir - bulir keringatku meluruh hingga membasahi seragam yang kupakai siang ini.

Ku hembuskan nafas pelan, ku tatap nanar jalanan ramai yang tampak menertawakan luapan amarahku hari ini. Ku mengalah pada terik matahari yang kian membara, ku berjalan pelan menuju tempat persinggahan di pinggir jalanan yang kian memanas seolah olah bisa melelehkan apapun yang berada di atasnya.

"Ra!" suara bariton tegas membuyarkan lamunanku. 

"Eh, kamu nangis?" tegur Mark netranya menyapa raut muka ku yang tampak sedikit linglung. Sontak sensor di tanganku mendeteksi cairan hangat yang mengalir bebas di kedua pipiku.

"Kelilipan Mark," jawabku klasik. Sedangkan Mark langsung menatapku dalam kemudian memalingkan wajahnya ke arah jalanan, kemudian ia mengambil persinggahan di sampingku.

Kutatap lamat - lamat sosok Mark yang kini terlihat tak alah lusuh dan berantakan. Sadar akan tatapan ia menoleh dan netraku segera bertabrakan dengan netra hitamnya. Sedetik kemudian Mark mengulas senyum khas yang ia miliki.

"Ra, ayo pulang," ucapnya, sedangkan aku masih setia menatap netra hitamnya, masing - masing dari kami saling mengetahui bahwa kami sama - sama memiliki beban fikiran maupun mental yang membuat siang hari yang terik ini menjadi semakin terik.

"Ra, kadang dunia memang kejam, dan tidak adil. Namun di dalamnya penuh akan cobaan yang membuat kita kuat. Penuh dengan lekukan, seperti jalanan, teruslah berjalan, nikmati saja segala pemandangan di sepanjang sisinya, hingga suatu saat nanti, aku, kamu, dan semuanya akan berada di ujung jalan dan kita bisa melihat jalanan yang indah, dan yang membuatnya indah adalah lekukan - lekukan itu Ra," ucap Mark sebelum berdiri dan menuju kereta cepat beroda dua miliknya.

 Penuh dengan lekukan, seperti jalanan, teruslah berjalan, nikmati saja segala pemandangan di sepanjang sisinya, hingga suatu saat nanti, aku, kamu, dan semuanya akan berada di ujung jalan dan kita bisa melihat jalanan yang indah, dan yang membuat...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lianggara Maraka

Hingga suatu saat nanti, aku, kamu, dan semuanya akan berada di ujung jalan dan kita bisa melihat jalanan yang indah, dan yang membuatnya indah adalah lekukan - lekukan itu

.

26th August 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

26th August 2020

rewrite 21st July 2023

Tentang Rasa || Kim SunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang