Jatuh bukan sekedar kata, malainkan rasa
Jika aku ditakdirkan menjadi hujan, maka aku akan selalu berdiri, dan siap kau jatuhkan berkali - kali
.
.
.
#tentangrasa
-
disclaimer: all about halusinasi penulis sebagai fans Eric dan Sunwoo garis keras
so...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dentum jarum jam menggema di seluruh penjuru rumah minimalis dua lantai yang kutinggali. Rumah pemberian ayah untuk merayakan kelulusan Kak Yanuar saat ia menjadi lulusan terbaik waktu itu. Ya, aku kembali kerumah minimalis ini dengan Kak Yanuar. Sebagai ujung dari perdebatan antara aku, Kak Eric, dan Kak Yanuar. Hingga berakhir bahwa Kak Eric akan tetap melindungi ku dari jauh dan bersikap seolah tidak mengenalku ketika di sekolah.
Ku hirup nafas pelan sebelum membuka pintu kamar ku dan turun menuju lantai dasar. Namun, indra penciuman ku mengendus wangi sebuah masakan. Dimana membuat bibirku tersenyum kecil.
"Selamat pagi putri kecil," sapa lelaki bertubuh tinggi yang menggunakan aprone warna hitam milikku, Kak Yanuar.
"Ih, kak," sanggah ku sebelum duduk di meja makan yang terletak tak jauh dari dapur tempat Kak Yanuar memasak.
"Rasanya lama sekali aku tidak kesini dan makin kesini, rumah ini seperti menjadi rumah mu hahahah," ujarnya dengan tawa kecil diakhir kalimat dan meletakkan segelas susu di depanku. 'Ah dia masih mengingat kebiasaanku,'
"Ya kak Yanuar si ga pulang-pulang, Kak Eric juga jarang kesini," jawab ku seadanya sambil meminum segelas susu tadi.
"Oh ya?" tanyanya.
"Kak Eric akan menginap di sini paling tidak seminggu sekali, tapi karena akhir-akhir ini dia sibuk dengan club dance nya, jadi gitu," ucap ku menggantung.
"Aku akan memintanya lebih sering menemanimu di sini," ucap kak Yanuar. Sedangkan aku hanya diam dan menunduk.
"Sudah lah, kamu mau berangkat? Se pagi ini?" tanya kak Yanuar yang ku balas dengan anggukan kecil.
"Aku mau belajar," jawab ku singkat.
***
Tepat pukul enam pagi. Ketika kedua kaki ku menginjak pagar belakang sekolah. Sengaja ku memilih pagar ini dan berangkat pagi untuk menghindari siswa-siswi lain. Perlahan aku berjalan menyusuri taman yang berada di depan gedung L yang merupakan gudang.
Sepi, seperti dugaan ku. Namun, tidak berlangsung lama. Dimana netra maduku menangkap kedua objek yang sangat ingin aku hindari. Atlanta Samudra Rajendra dan Kak Eric. Ya, Kak Eric. Samudra atau Kak Samudra merupakan ketua osis yang populer karena parasnya yang rupawan dengan mata lebar ditambah garis dagu yang tegas. Sedangkan Kak Eric, Eric Louis Adhitama juga ikut populer karena dia menjabat menjadi ketua club dance. Selain itu, penampilannya yang mencolok dengan rambut pirang alami miliknya. Yah, kami berdarah campuran. Namun, rupanya darah asing dari ayah hanya mengalir deras ditubuh Kak Eric. Dan how? bagaimana aku bisa sekelas dengan mereka? yahh karena aku mengambil akselerasi di tingkat junior high school.
Kak Eric dan Kak Samudra, dua orang yang bagaikan kutub, bagaikan matahari dan bulan. Keduanya bersinar dengan caranya sendiri. Keduanya sangat disegani dan populer dikalangan siswa-siswi SMA Werienst. Namun, walaupun bersahabat, keduanya memiliki sifat yang sangat berbeda. Kak Samudra yang merupakan ketua osis memiliki sifat yang ramah sedangkan Kak Eric bagai es dikutub utara. Jarang sekali melihat Kak Eric berbicara dengan orang lain kecuali Kak Samudra dan teman-teman di klub dance yang. Sungguh, sifat tersebut sangat berbeda dengan sifat yang ia tunjukkan ketika dirumah, sangat penyayang dan errr sedikit konyol.
Oke, mari kita lupakan mengenai dua orang tadi, aku harus bergegas melangkahkan kaki ku meninggalkan bagian belakang bangunan sekolah dan segera sampai di kelas yang berada di lantai tiga gedung seberang. Langkah demi langkah kulalui dengan mencoba setenang mungkin tanpa memperhatikan kedua orang tersebut. Seolah aku tidak melihatnya.
"Keyra Kanaya," Suara bariton yang lebih deep dari pada suara Kak Eric mengalun ditelingaku. Namun tubuhku terus memaksa untuk bergerak tanpa menghiraukan panggilan tersebut. Merasa diabaikan, sebuah suara kembali mengalun ditelingaku. Namun, kali ini memembuatku berhenti dan berbalik ke arah sumber suara.
"Keyra Rajedra Kanaya," ucapnya dengan suara lebih rendah. Sedangkan aku hanya menatapnya dan dan melirik Kak Eric yang hanya memasang raut wajah datar tanpa berniat untuk menghentikan temannya itu.
"Terkejut? Kenapa dari sekian banyak siswa, hanya kau yang memiliki nama yang sama denganku dan kau terlihat menyembunyikan nama tersebut?" ucapnya panjang lebar dengan intonasi datar di kalimat terakhirnya.
"Bukan urusanmu," jawabku singkat dan berbalik untuk meninggalkan lelaki itu. Sial, batinku.
"Sudahlah Samudra," terdengar suara Kak Eric yang mencoba menghentikan Kak Samudra.
"Kau bisa menghindar untuk saat ini, namun tidak untuk lain kali, Rajendra," terakhir kali.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Atlanta Samudra Rajendra
Kau bisa menghindar untuk saat ini, namun tidak untuk lain kali, Rajendra
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.