Bab 1

2.5K 113 2
                                    

Memikul fakta jika ia adalah anak yang dibuang oleh orang tuanya sewaktu bayi, membuat Arlen terkadang harus menyimpan kekecewaannya selama ini. Meski, bunda–panggilan pengurus panti– selalu rata membagi kasih sayang, namun tidak dipungkiri ada sebagian kecil dari hatinya ingin mengetahui alasan mengapa ia dicampakkan.

Apa ibunya membencinya?

Atau apa ia lahir karena kesalahan sesaat saja?

Entahlah, berbagai pertanyaan telah lama berkecamuk di dalam benaknya. Dan sialnya, Arlen nggak tahu kapan harus menerima jawabannya. Dari yang selama ini Arlen ketahui, bunda menemukan Arlen kecil di depan gerbang panti asuhan. Saat itu langit mulai menumpahkan air ketika bunda mendengar suara bayi menangis kencang dari arah depan. Walau awalnya bingung karena tidak ada bayi saat itu di dalam panti, bunda melangkah kaki ke arah gerbang. Dan saat itulah, bunda menemukan seorang bayi yang menangis seorang diri. Bayi malang itu adalah Arlen. Tidak ada petunjuk apapun terkait siapa yang meletakkan bayi itu di depan panti. Hanya ada tanda lahir berbentuk bintang di bahu kirinya.

Semenjak itu, Arlen tumbuh dan tinggal di panti. Selama hampir 15 tahun pemuda kelewat imut itu menghabiskan sebagian besar harinya.

"Lele!" teriak seseorang dari arah belakang.

Pemuda yang dipanggil lele tersebut tidak menoleh sedikitpun ke arah si empu. Sudah terlalu kenal dengan suara yang memanggilnya. Tinggal tunggu aja hingga tangan merangkul pundaknya

Hap

"Lele, napa nggak nyahut sih?"

Deni, pemuda yang berteriak memanggil Arlen tadi, merupakan salah satu sahabat Arlen sejak SMP. Lelaki yang suka membawa permen lolipop ini, selalu senang jika harinya dimulai dengan melihat wajah kesal Arlen. Walau harus sering kena tabok, ni laki belum kenal juga dengan namanya jera.

Arlen menepis tangan yang merangkul pundaknya, "Ish, lepasin bego," sungut Arlen

"Oh, udah berani ngumpat, hm?"

Deg

Bangsat, monyet, babi. Seluruh umpatan berputar di kepala Arlen saat mendengar suara berat dari arah belakangnya. Lehernya tiba-tiba merasa merinding. Pelan Arlen memutar kepalanya dan melihat sosok dua lelaki yang bersidekap tangan, yang sebelah kiri menaikkan salah satu alis dengan tatapan tajam sedangkan lelaki yang sebelah kanan menatap Arlen dengan tenang. Tapi Arlen tau, semakin tenang tatapan dia, semaki ketir Arlen dibuatnya.

"Hehehe, abangg~" cengir Arlen kikuk

Lelaki yang dipanggil abang, Zean dan   Cael, dua sahabat Arlen yang lain. Sebenarnya Arlen satu angkatan dengan mereka, namun karena umurnya lebih kecil, makanya Arlen memanggil Zean dan Cael abang. Pengecualian buat si Deni. Mana sudi Arlen manggil abang ke dia.

"Nyebut apa tadi?" tanya Zean menantang.

Arlen menggeleng ribut, "Nggak ada kok, bang. Itu tadi-hm-apa yaa, oh ya ni si Deni ribut mulu bang, hehe," jawabnya panik.

Deni yang menjadi tersangka cuman tertawa saja menatap Arlen kewalahan diintrogasi dua maung.

Cael menghela napas, memutuskan mendekat sembari mengusak rambut Arlen, "Udah. Adek udah sarapan belum?" tanyanya lembut.

Mendengar Cael yang bertanya lembut, Arlen cepat-cepat memeluk abangnya ini. Kesempatan menghindar dari amukan Zean. Untung Cael peka, kalau tidak habislah riwayat Arlen.

"Belom, abang. Laper," rengek Arlen manja sambil mendusel hidungnya ke dada Cael.

Zean berdecih melihat Arlen seperti itu. Udah katam dia dengan trik lelaki imutnya ini. Untung sayang.

Cael tersenyum lembut, mengelus bagian belakang kepala Arlen.

"Ayo, kantin dulu"

"Jom, abang," sahut Arlen semangat seraya menarik tangan Cael.

Deni dan Zean mengikuti dari belakang. Tingkah Arlen yang menggerakkan tangan Cael ke kiri dan kanan menimbulkan jerit gemes dari murid lain yang melihat. Hanya bersama tiga sahabatnya, Arlen bertingkah seperti anak bungsu. Manja kebangetan.

Zean menatap tajam belakang Arlen yang semakin imut terlihat ketika ia berjalan seperti itu.

"Shit, gemes banget, bangsat," lirihnya   sayu.

***
Tbc.

Hai, aku bawa cerita baru. Cuman buat iseng-iseng aja. Konflik kemungkinan ringan. Rencananya ini cerita dibuat untuk menghibur aja.

Jangan lupa Vote dan Komen yaa

That WarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang