Bab 10

990 68 0
                                    

Hehe, maap baru balik
Lagi sibuk banget di real life

Happy Reading😚
***

Alga memarkirkan motornya sembarang tempat. Wajahnya terlihat sedikit lelah. Padahal sewaktu main kejar-kejaran dengan preman tadi tidak terasa sakitnya. Tapi ketika memasuki pekarangan rumah, baru terasa pegal dan ngilu di badannya.

Alga berjalan sembari merenggangkan bahu dan lengannya. Sesekali tangannya singgah ke bahu.

"Kenapa lo?"

Alga sedikit terkejut mendapati pertanyaan dari arah sampingnya.

Rian, lelaki yang berwajah tegas itu menatap tajam ke arah Alga. Keningnya sedikit berkerut menatap kondisi Alga yang bis dibilang tidak terlalu baik.

"Ada masalah tadi sedikit." Alga menghampiri abangnya yang sedang memangku laptop. Ia yakin itu pasti laporan-laporan penting perusahaan daddynya.

Rian mengangguk paham. Setelah itu lelaki itu mulai fokus kembali ke kerjaannya. Meninggalkan si bungsu yang sedari tadi mencuri pandang ke Rian.

Walaupun Rian menyadarinya, tetapi lelaki itu tidak berinisiatif bertanya. Ia hanya menunggu apa yang akan disampaikan oleh adiknya.

"Bang"

Benar, bukan. Rian tersenyum samar mendengar panggilan Alga. Sebagai jawaban, lelaki itu cuman bergumam singkat. Matanya tidak lepas sedikitpun dari layar laptop.

Alga lebih dahulu memperbaiki gaya duduknya. "Bang, boleh ngadop anak orang nggak, sih?"

Rian tersedak mendengar pertanyaan adiknya. Apaan?

"Uhuk uhuk, lo ngehamilin anak gadis orang?" tanya Rian dengan ekspresi tidak percaya.

Alga melotot membantah. "Ck, nggak gitu."

Setelah menenangkan dirinya, Rian memberikan fokus penuh pada adiknya.

"Jelasin!"

"Ehem, maksudnya tu gini. Tadi gue ketemu seseorang dan nggak tau kenapa gue mau banget dia selalu di dekat gue. Jadi, boleh nggak gitu gue adopt tu anak?"

Rian menatap lama wajah adiknya. Jarang sekali adik di depannya ini menganggap orang lain sebagai keluarganya.

Rian menghela napas panjang, wajah Alga sudah menunjukkan tanda-tanda serius. Tidak ada unsur candaan dalam ucapannya.

"Coba tanya Daddy sama Bang Sean. Kalo mereka ngeizinin, abang ngikut aja."

Jawaban Rian membuat Alga tersenyum sumringah. Lelaki itu lantas mengecup pipi kiri Rian sebelum berlalu cepat menuju ruang kerja daddynya.

Cup

Rian terpaku sejenak menerima serangan adiknya. Pipi kirinya masih bisa merasakan rasa hangat yang ditinggalkan di empu. Rasa hangat menyebar di wajahnya. Rian tersenyum lebar sembari membenamkan wajahnya di telapak tangannya.

Jarang sekali Alga memberikan dia kecupan. Apa Alga sebahagia itu? Entahlah, Rian hanya berharap yang terbaik bagi adiknya itu.

***
Alga tergesa gesa membuka pintu ruang kerja daddnya.

"Daddy!!!" serunya semangat.

Suara Alga yang tiba-tiba mengejutkan orang di dalamnya. Ia beruntung menemukan kakak pertamanya di sini juga.

Daren sedikit terkejut menatap kehadiran anak ketiganya ini. Apalagi dengan teriakan yang entah kenapa terdengar begitu semangat. Begitupun dengan Sean. Keningnya berkerut tipis.

"Eh, maaf daddy," suara Alga terdengar sedikit bersalah dan malu karena baru menyadari sikap impulsif nya tadi. Apalagi di dalam terdapat sekretaris daddynya. Pasti mereka tadi sedang membicarakan  pekerjaan.

Lelaki itu merutuki dirinya yang tidak berpikir panjang. Alga berencana langsung undur diri, namun panggilan daddynya mengurungkan niatnya.

"Boy, kemarilah." Suara berat Daren membuatnya berjalan mendekati daddynya.

"Kiro, urus masalah tadi," titah Daren pada sekretarisnya.

"Baik, tuan." Setelahnya Kiro undur diri dan berlalu dengan cepat.

"Nah, ada apa kau tergesa-gesa seperti tadi, hm?" tanya Daren.

"Daddy, Alga mau adopsi orang," ucap Alga tegas tanpa basa-basi.

Sama dengan Rian, Daren dan Sean tersentak mendengar permintaan Alga.

"Alga, apa kamu sadar apa yang sedang kau ucapkan?" Suara Sean terdengar dingin.

Alga menundukkan kepalanya. Ia tahu jika permintaan sangat tidak mau akal. Namun, ia tidak bisa membiarkan Arlen jauh darinya.

"Boy, kemarilah," panggil Daren sembari menepuk sisi kosong di sampingnya.

Alga menurut dan mendudukkan pantatnya di samping daddynya.

"Sekarang ceritakan. Kenapa kamu ingin melakukan adopsi? Kamu tidak menghamili seorang gadis, bukan?" tanya Daren menyelidik.

Alga menggeleng brutal. "Mana mungkin daddy. Buat aja belom pernah."

"Alga!" peringat Sean.

Alga cengengesan sebentar, baru kemudian memasang kembali raut serius.

"Daddy, kakak, tau bukan, kalo Alga nggak pernah suka jika orang lain masuk ke keluarga kita."

"Tapi tadi, Alga ketemu seseorang yang buat Alga takut buat jauh darinya. Padahal kami baru aja ketemu, namun entah kenapa Alga ngerasa nyaman dengan dia."

Daren dan Sean tetap diam mendengarkan penjelasan lelaki di depannya ini. "Karena itu, Alga mau izin boleh nggak kalo Daddy adopsi dia?"

"Siapa namanya?"

"Alga cuman tahu namanya Arlen, Dad."

Daren dan Sean saling menatap sebentar, sebelum Sean mengalihkan pandangan pada adiknya.

"Kamu ada fotonya?"

Alga menggeleng lesu. "Nggak ad-" ucapan Alga terpotong saat ujung netranya menangkap sedikit dokumen yang tersingkap dan memperlihatkan gambar seseorang yang Alga kenal.

"Dad, ini orang ini. Arlen yang Alga sebut dia orangnya," seru Alga semangat sembari menunjuk foto di tangannya.

Baru kemudian tersadar, kenapa foto Arlen ada di ruang Daddy. "Kenapa foto Arlen ada di sini? Daddy dan kakak kenal dengan Arlen, kah?"

Daren dan Sean saling melempar tatapan penuh arti. "Baiklah, daddy akan adopsi anak ini," putus Daren.

Mendengar itu, Alga langsung melupakan pertanyaannya tadi dan segera berseru sembari melempar badannya ke pelukan Daren.

"Yes, makasih daddy. Sayang daddy," ucapnya bahagia.

Daren mengelus punggung Alga pelan.   "Me too, boy." Senyumnya mengembang perlahan dengan berbagai maksud di dalamnya.

***

Tbc.

Hai, sori lama up nya🤧

Jangan lupa vote dan komen ya biar aku tambah semangat.

Maaciw🌻

 

That WarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang