Happy Reading ☘️
***
Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 lebih saat Cael melihat Zean dan Deni memasuki ruang sembari memikul tas dan bawaan Arlen yang diambil dari kelas.
Memang, sedari tadi Arlen tidak kembali ke kelasnya. Anak itu menghabiskan harinya dengan tidur bersama Cael di ruangan pribadinya. Apalagi setelah suhu tubuhnya kembali naik. Ketiga sahabat itu tidak mengijinkan Arlen kembali ke dalam kelas.
"Ayo kita segera pulang," ucap Zean sambil menunjuk menatap Arlen yang masih tertidur pulas di pangkuan sahabatnya itu.
Setelah menempelkan baby Fever ke dahi anak itu suhu tubuh Arlen perlahan mulai menurun. Hal itu dipengaruhi oleh obat yang sempat diminum oleh Arlen sebelum terlelap.
Cael memutuskan menggendong Arlen ala bridal style karena tak tega membangunkan Arlen yang masih tertidur pulas. Mereka bertiga beriringan berjalan menuju parkiran.
Untung saja hari ini Cael membawa mobil sehingga ia tidak kesusahan membawa Arlen. Perlahan ia memasukkan Arlen ke bangku penumpang di belakang dengan hati-hati. Remaja dipelukannya tidak terganggu sedikitpun oleh pergerakan Cael.
Cael tersenyum gemes melihat bagaimana pipi chubby itu terjepit.
Cup
Setelah memastikan Arlen berbaring dengan nyaman, Cael menutup pintu penumpang dengan hati-hati.
" Gue bawa Arlen ke apart."
Zean dan Deni mengangguk, "Oke, hati-hati. Kabari kalo ada sesuatu."
Berpamitan dengan Zean dan Deni, Cael melajukan mobil bersama Arlen menuju apartemennya. lagi pun ia yakin setelah ini pun kondisi Arlen akan kembali memburuk. Sudah jadi kebiasaan tubuh Arlen ini jika sudah demam pasti akan manja dan tidak mau ditinggal karena itu Cael membawa Arlen apartemen pribadinya.
Setelah memarkirkan mobil ke basement apartemen Cael menggendong Arlen menuju lantai 7 tempat apartemennya berada. Walaupun sudah berpindah-pindah , herannya Arlen tidak juga terusik oleh gerakan apapun membuat Cael semakin gemes dengan tingkah Arlan.
Dasar kebo. Dengus Cael
Di depan pintu apartemen, Cael menempelkan jarinya, kemudian membuka pintu setelah unlock. Ia berjalan menuju salah satu kamar yang biasa digunakan Arlen dan teman-temannya untuk menginap.
Dengan hati-hati, Cael meletakkan Arlen ke ranjang. Meski sudah hati-hati, ternyata kali ini pergerakannya mampu membuat Arlen melenguh.
"Sstt... Kembali tidur." Cael mengelus pelan kepala Arlen.
Arlen mengerjap sebentar, sebelum akhirnya kembali tertidur.
Cael tetap mengelus kepala Arlen sampai benar-benar yakin jika Arlen sudah terlelap. Lelaki itu membenarkan selimut Arlen sebelum beranjak pergi.
Drrtt drrtt..
Cael mengambil ponsel Arlen yang berdering. Menatap Arlen sejenak, sebelum beranjak pergi sembari mengangkat panggilan tersebut.
"Halo"
"Ar- maaf, ini siapa ya?"
"Saya Cael, sahabat Arlen, bunda"
"Owh nak Cael, Arlen nya mana, El?"
"Arlen lagi tidur, nda. Tadi di sekolah badannya hangat bun, demam."
"Gimana sekarang keadaan Arlen? Udah minum obat?"
"Udah, nda. Oh, iya bunda ada apa telpon Arlen?"
"Itu, bunda udah nungguin Arlen, katanya mau ke panti bantuin bunda buat nyambut donatur hari ini. Tapi, nggak papa. Tolong jaga Arlen ya, El?"
"Baik bunda"
Sedikit berbasa-basi, panggilan pun berakhir. Cael meletakkan kembali ponsel Arlen di atas nakas, lalu keluar membiarkan Arlen beristirahat.
***
Arlen mengerjapkan matanya, meringis sedikit merasakan pusing di kepalanya. Arlen mengedarkan pandangan, kemudian sadar jika ia berada di apartemen Cael.
"Oh, udah bangun?"Cael berjalan sambil membawa semangkuk bubur dan air. Meletakkannya di atas nakas.
"Gimana?"
"Mendingan," Cael menempelkan tangannya ke dahi Arlen, mengecek suhu. Benar, udah turun daripada sebelumnya.
Cael mengambil makanan tadi, "Makan dulu, habis tu minum obat."
Untuk kali ini, Arlen hanya menurut patuh memakan makanan bayi ini. Setelah habis, dilanjutkan dengan minum obat.
"Oh, ya tadi bunda nelpon," ujar Cael sembari memberikan air pada Arlen.
Arlen mengangguk paham, "oh bunda, ngap- ASTAGAA, GUE LUPA!"
Buru-buru Arlen beranjak dari ranjang. Melihat itu, Cael memegang cepat lengan Arlen.
"Kemana?"
"Gue lupa mau bantu bunda hari ini."
Cael menarik pelan tangan itu, "Udah abang kasih tau tadi. Jadi nggak usah datang."
"Ah, nggak nggak. Gue mau bantu." bantah Arlen
Cael menggeleng tegas, "Nggak. Lo harus istirahat." tegas Cael tak mau dibantah.
Mau tak mau Arlen kembali duduk ke ranjang. Tak ingin lebih jauh membantah sahabatnya ini. Bisa-bisa punishment part 2 akan terjadi.
***
Tbc
Jangan lupa Vote dan Komen yaa
Maaciw🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
That Warm
Teen FictionCerita Brothership ✔️ Bukan BxB❎ *** Dengan fakta kalau ia di buang, Arlen bersyukur Hena, pengurus Panti Asuhan kencana, bersedia mengadopsinya. Ditambah tiga sahabat yang protektif tingkat dewa yang terkadang membuat Arlen merasa pusing. Apalagi...