Bab 11

948 76 3
                                    

Whatttt!!!  1k Views😭🤩🤩 so happy😍
Thank you buat teman² yang udah baca cerita absurd ini🤧

Happy Reading

***

Semenjak kejadian terakhir kali, kehidupan Arlen berjalan seperti biasa. Bangun pagi, berangkat sekolah, pulang lalu mampir ke markas. tiada yang istimewa setelah kejadian tersebut.

"Cil lu ke mana kemarin gue udah nunggu Gue nyari lu ke panti tapi kata Bunda lu udah pergi?"

Arlen terdiam sebentar terkejut mendengar pertanyaan dari Deni. Dapat pemuda itu rasakan tatapan dari dua sahabatnya. Arlen meringis di dalam hati melihat tatapan menanti dari Zean dan Cael.

"Ah? iya hm, gue ya, gua pergi kemarin  ke luar gitu, cari angin iya cari angin" jawab Arlen tergagap

Zean dan Cael nampak ragu mendengar jawaban Arlen. Apalagi ekspresinya terlihat sekali ada yang disembunyikan.

"Owh, gitu. Kirain lu kemana gitu."

Arlen diam-diam merasa lega mendengar jawaban Deni.

Cael mendengus kecil melihat sahabatnya yang mau saja dikibulin bocah ini. Lelaki tahu jika Arlen berbohong mengenai alasannya. Gerak-gerik Arlen yang berbohong sudah katam oleh Cael. Lelaki itu bahkan yakin jika Zean juga tahu hal itu.

"Balapan, hm?" Suara berat Zean menghancurkan kelegaan yang dirasakan Arlen.

Bocah itu memejamkan matanya, merutuki Zean yang membongkar kebohongannya. Sungguh, Arlen nggak sanggup kalau begini. Ia lupa jika dua sahabatnya yang lain sangat jeli. Gara-gara Deni ini, membuat Arlen merasa lengah.

"Hah? Balapan lu cil?" tanya Deni tak percaya.

Arlen perlahan menaikkan pandangannya kepada Zean dan Cael yang bersidekap tangan. Tatapannya sih emang tenang, tapi auranya itu woy, bikin Arlen sesak napas.

"Hehe, nggak kok bang, cuman ya gitu," aku Arlen sembari tertawa paksa.

Mendengar jawaban Arlen, Zean mendengus singkat sebelum menjitak kening putih Arlen.

Ctak

"Aduhh."

"Lu ya cil, bisa-bisanya lu pergi tanpa kita. Kalo terjadi apa-apa gimana, hah?"

Arlen hanya mengerucutkan bibirnya lucu sembari mengusap bekas jitakan Zean. Mana mau dia ngajak sahabatnya ini. Bisa-bisa bukannya tanding malah jadi penonton.

Cael menghela napas, sebelum mengganti tangan Arlen yang mengusap keningnya. Lelaki itu bisa melihat kulit sahabatnya yang memerah. "Udah, lele kamu mau abang kamu ini jantungan?"

Arlen menggeleng pelan. "Lalu kenapa pergi sendiri, hm?"

Arlen melirik sebentar pada Zean dan Deni yang menanti jawabannya. "Maaf deh, lele salah."

Cael hanya bisa tersenyum lemah. Walaupun ia tak pernah melarang Arlen buat balapan, namun jika harus sendiri lelaki itu merasa khawatir.

"Masih sakit?" tanya Zean mengalah.

Mendengar Zean yang bertanya, Arlen merasa lega karena lelaki itu tidak marah lagi padanya.

"Sikitt..." rengek Arlen. Mata bulatnya sedikit berkaca-kaca. Bibir merah muda itu bergetar lucu, sembari menatap penuh pada Zean.

Melihat itu, Zean tak kuasa menahan kekehannya. Lelaki itu menarik Arlen kepangkuannya dan membenamkan bocil itu dipelukannya.

Sangat sulit sekali sebenarnya untuk marah pada Arlen. Bagaimana bisa memarahi tampang polos tidak bersalah ini.

"Maaf oke, abang salah," ucap Zean sembari mengelus punggung Arlen.

Arlen yang membenamkan wajahnya di lekukan leher Zean, tersenyum puas. Tidak sia-sia ia menonton film azab di youtube. Akhirnya, bisa juga ia pakai saat ini. Lelaki itu berpikir, apa besok-besok ia tambahkan saja jadwal menontonnya?

***

Tbc.

Weh Arlen, berdosa banget kamu nakk😭

Ngaku siapa yang ngajarin Arlen tipu muslihat itu?

Gimana chapter ini? Semoga suk ya. Maaf juga kalo pendek. Nanti kalo mood aku tambahin deh.

Jangan lupa follow, vote dan komen yaw

Maaciw

That WarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang