Bab 14

811 67 6
                                    

Met lagi 👋
Ada yg nungguin cerita ini nggk?

***
Arlen mengendap-endap berjalan keluar menuju motornya. Dengan perlahan, laki-laki itu menggiring motornya keluar meninggalkan halaman markas. Sesekali ia melihat kiri kanan, memastikan tidak ada yang memergokinya.

Saat ini Arlen sedang dalam misi melarikan diri dari pawangnya. Siapa lagi jika bukan Cael dan Zean. Kalau Deni, Arlen yakin bisa membodohinya. Kecil-kecil begini, ia bisa dibilang pintar. Walau peringkatnya di atas Deni sih.

Prinsipnya, tidak apa-apa jika bodoh, tapi jangan jadi yang terbodoh. Pastikan ada orang yang lebih bodoh dari kita. Muehehehehe

Oke skip.

Setelah memastikan jaraknya sudah aman, Arlen mulai menghidupkan motor dan melaju pergi.

Hari ini ia harus melakukan sesuatu yang urgent. Sudah lewat jadwal, ia harus mengunjungi  orang itu. Karena itu, ia tidak mau ada yang mengetahuinya.

Arlen melirik sebentar jam tangannya, sebelum menarik gas lebih dalam.

Sudah saatnya.

***

Rian menanti tak sabaran kepulangan daddynya. Dari tadi lelaki itu berdecak kesal sembari melihat pintu depan berkali-kali. Alga yang sedari tadi memperhatikan kelakuan kakaknya ini hanya bisa menggeleng kepala. Sedikit heran karena kakak keduanya itu tumben-tumbenan berada di rumah jam segini.

"Ck, kenapa sih kak?" tanya Alga.

"Daddy kenapa lama banget sih pulangnya." Rian berdecak lagi.

Alga menghembuskan napas lelah. "Kan biasanya daddy emang pulang malam. Lagian kakak ngapain sih dari tadi?"

Rian menoleh sebentar menatap adiknya. "Kakak mau bicarain tentang  adek."

"Hah? Aku maksudnya?"

"Ck, nggak. Tapi bungsu kita yang hilang."

Alga mengerjap sebentar. Masih proses memaknai kalimat Rian. Sebelum melotot paham,  "Ma-maksudnya? A adek ketemu?"

"Kita tunggu daddy."

Mendengar itu, Alga merasakan dadanya berdegup lebih kencang. Napasnya sedikit tersengal. Berita ini sungguh mengejutkan. Akhirnya, setelah beberapa tahun ada kabar mengenai adiknya. 

"Aish, daddy kenapa lama banget sih?" kali ini gerutuan tak sabaran itu berasal dari Alga. Rian hanya menggeleng saja. Dasar, tadi saja ia dikomentari. Sekarang lihat siapa yang seperti cacing kepanasan itu.

***
Daren melangkah memasuki rumahnya sembari menjinjing jas hitam di tangannya. Bersama anak sulungnya, Sean. Hari ini pekerjaan seperti biasa lumayan padat.

"Pelajari lagi file yang daddy kirim tadi."

"Baik, dad."

Saat melewati ruang keluarga, Daren sedikit bingung melihat dua anaknya yang lain terlihat sedang menunggu seseorang.

"Daddy!" Seru Alga seraya berdiri saat melihat kedatangan daddy.

Daren dan Sean saling berpandangan sebentar sebelum bergabung dengan Rian dan Alga.

"Ada apa?" tanya Daren ketika melihat raut wajah anaknya.

"Dad, kapan kita bawa adek?"

"Sebentar lagi. Sabarlah, daddy sedang mengurus semuanya."

"Tapi kapan dad? Alga udah nggak sabar ketemu adek."

"Tenang saja, sebentar lagi bungsu Selger akan hadir di sini."

Alga masih ingin protes, namun melihat tatapan abangnya, Sean, ia mengurungkan niat. Tak apa, sebentar lagi. Ia pasti akan bertemu adiknya.

***

Tbc.

Seneng akhirnya bisa up lagi.
Gimana? Ada teka-teki baru lagi nii

Semoga suka yaa☺️

Jangan lupa votement and makasih yg udh votement. Semangat kalian bikin aku semangat juga buat up🤩

Sampai jumpa di chap selanjutnya😉

That WarmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang