BAB 10 : Mengenal Lingkungan Pedesaan

20 3 4
                                        


"Di desa ternyata sangat sejuk. Pemandangannya begitu indah dan menarik."

~ Adnan Faturrahman ~

Sore hari, Adnan diajak oleh Fadhilah ke lapangan, di mana anak-anak bermain bola. Adnan memandang anak-anak itu, tiba-tiba bayangan seorang anak kecil tengah bermain sepak bola dengan pria paruh baya menghampiri.

"Setiap sore, anak-anak selalu bermain bola di sini. Kalau kamu mau gabung sama mereka nggak masalah. Biar makin akrab dengan anak-anak di desa ini," ujar Fadhilah.

Adnan mengangguk. "Boleh, ya?"

"Bolehlah. Kata siapa nggak boleh. Mereka anak-anak yang baik, kok. Gabung saja. Setelah bermain nanti, setor hafalan bacaan salatmu, ya?" Adnan kembali mengangguk.

Adnan menghampiri anak-anak yang tengah bermain sepak bola, membuat anak-anak menghentikan aktivitas mereka.

"Kakak boleh gabung di sini?" tanya Adnan dengan gugup. Ia masih merasa asing dengan lingkungan barunya.

"Boleh, Kak. Silakan," sahut salah satu anak laki-laki.

"Terima kasih. Perkenalkan nama Kakak Adnan." Adnan menjabat satu persatu tangan anak laki-laki di sana.

"Salam kenal, Kak. Ayo, main." Adnan mulai bermain sepak bola dengan anak-anak. Tidak disangka, ternyata Adnan cukup pandai dalam bermain sepak bola dalam keadaan belum mengingat memorinya. Ia membuat anak-anak sangat kagum kepadanya. teknik permainan yang Adnan lakukan sangat hebat. Iya juga berhasil mencetak gol.

"Wah, Kak Adnan hebat!"

"Keren!"

Mereka asyik bermain dan Adnan cepat akrab dengan mereka.

Karena sudah lelah, mereka memutuskan mengakhiri permainan. "Besok Kakak ke sini lagi, ya?" pinta salah satu anak-anak.

Adnan mengangguk. "Iya, Kakak akan ke sini lagi, kok. Ya udah, Kakak pulang dulu."

Adnan bersama Fadhilah menaiki motor. Sepanjang perjalanan, Adnan melihat pemandangan pedesaan yang indah dan udaranya yang sangat sejuk, padahal sudah sore hari.

"Di sini sejuk, ya, Bi."

"Iya, begini kalau di desa. Karena di desa ada gunung, banyak tanaman, sawah, perkebunan, dan lain-lain. Beda dengan di perkotaan. Di kota itu sangat panas, banyak polusi karena banyaknya kendaraan yang memakai bahan bakar menimbulkan polusi udara. Terlebih, di kota tidak memiliki banyak pohon dan banyak yang ditebang dan tidak ditanami kembali. Itulah mengapa di kota sering kali mengalami banjir. Karena tidak adanya tempat penyerapan air akibat pohon-pohon ditebang tanpa melakukan reboisasi lagi."

Adnan mengangguk paham dengan apa yang Fadhilah jelaskan. "Aku tidak tahu bagaimana di kota. Tapi,  kayaknya aku dari kota ya, Bi?" tanya Adnan.

"Iya, kamu dari kota. Pakaian kamu bagus dan bermerek. Kamu juga ada ponsel dan memakai barang-barang mahal. Sayangnya udah rusak dan nggak bisa diperbaiki," sahut Fadhilah.

"Tidak apa, Bi. Aku tidak masalah dengan lebih lama di sini. Karena aku sepertinya ingin tinggal lebih lama karena penasaran dengan suasana di sini."

Bidadari Hati Untuk Adnan (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang